Mengejutkan, Ada Jenderal yang Mengaku Kuda Troya Bagi Oknum yang Manfaatkan Kesucian KPK
Mengejutkan, Ada Jenderal yang Mengaku Kuda Troya Bagi Oknum yang Manfaatkan Kesucian KPK
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Mengejutkan, Ada Jenderal yang Mengaku Kuda Troya Bagi Oknum yang Manfaatkan Kesucian KPK
Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Brigjen Pol Aris Budiman, kembali mbalela. Kali ini ia mengungkit kejanggalan dalam penanganan kasus megakorupsi KTP elektronik atau E‑KTP.
Uniknya, tindakan itu dilakukan Aris seusai acara pelantikan Deputi Penindakan KPK, Brigjen Pol Firli, dan Direktur Penuntutan, Supardi, Jumat (6/4). Aris menuturkan, KPK tidak pernah memeriksa Johannes Marliem, saksi kunci kasus E-KTP yang kemudian tewas bunuh diri di Amerika Serikat.
Baca: Meski Sendiri, KPU tetap Sediakan Satu Kursi di Samping Ahmad Jajuli
Selain itu, menurutnya, penyidik KPK juga tidak menggeledah perusahaan Johannes, PT Biomorf Lone Mauritius. Padahal, Johannes dan perusahaannya punya peran penting dalam korupsi E‑KTP.
Aris menambahkan, masih banyak kebobrokan di kasus penanganan E‑KTP. Namun dia enggan membeberkan seluruhnya.
Baca: Tuduhan Acara Settingan, Kini Muncul Unggahan Foto Formulir Pendaftaran Partisipan Karma Anteve
Sebelumnya Aris pernah mbalela yaitu memenuhi panggilkan Panitia Khusus (Pansus) Angket KPK bentukan DPR, tanpa izin atasannya. Akibat kejadian itu Dewan Pertimbangan Pegawai (DPP) KPK merekomendasi adanya pelanggaran etik yang dilakukan Aris Budiman. Dari 10 anggota DPP, delapan anggota menyatakan Aris Budiman bersalah dan dua lainnya menyatakan tak bersalah.
Aris mendadak mengumpulkan wartawan yang meliput pelatikan Firli dan Supardi. Ia kemudian meluapkan keluh kesah. "Ngumpul semuanya, biar tahu semua kelakuan di dalam (KPK). Ngumpul semuanya," kata Aris kepada para wartawan.
Raut wajah Aris penuhi emosi. Ia mengaku kecewa pada KPK. Perwira tinggi Polri bintang satu itu mengaku baru menerima email internal KPK, pada Jumat pagi.
Email tersebut, lanjut Aris, mengenai proses perekrutan penyidik. Aris mengaku kecewa lantaran di email tersebut, seorang kepala satuan tugas (kasatgas) yang akan kembali ke KPK justru dituduh sebagai kuda troya.
"Hari ini (Jumat kemarin--Red) saya terima email penerimaan pegawai, seorang kasatgas saya minta kembali menjadi penyidik di KPK. Ia adalah penyidik yang baik. Termasuk penerimaan beliau, dan di dalam KPK dikembangkan seolah‑olah ini seperti kuda troya," ungkap Aris.
Belum diganti
Kuda troya merupakan istilah di dunia politik untuk menyebut musuh dalam selimut. Aris mengaku, membalas email tersebut dengan menyatakan ia sebagai kuda troya bagi oknum di KPK.
"Saya balas email itu. Saya katakan saya adalah kuda troya bagi oknum‑oknum yang manfaatkan kesucian KPK untuk kepentingan pribadi," tegasnya.