Teror di Sarinah dan Aksi Para Perwira Menengah Kepolisian Menanganinya

Penanganan itu tidak lepas dari peran para perwira menengah kepolisian.

AFP / BAY ISMOYO
Polisi melepas tembakan ke arah terduga pelaku yang berada di luar sebuah kafe setelah ledakan menghantam kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, 14 Januari 2016. Serangkaian ledakan menewaskan sejumlah orang, terjadi baku tembak antara polisi dan beberapa orang yang diduga pelaku. 

Dari belakang mereka, muncul Krishna, Dedy, dan Arsya.

Untung bercerita, ia menyerukan Tamat untuk menembak kaki pelaku. Sebab, kedua pelaku membawa bom.

Peluru pun dilepaskan Tamat dan mengenai kaki dan tangan pelaku. Sementara Untung melepaskan peluru tepat ke dada pelaku.

Dedy juga menembak kedua pelaku. Bom pelaku terjatuh dan meledak. Namun, pelaku belum meninggal.

Untung segera ke lokasi pelaku untuk memastikan pelaku meninggal dengan menembaknya.

Di belakang, ada Krishna yang kemudian juga menembak pelaku.

Di sisi lain, juga terdapat AKBP Herry yang mengevakuasi salah satu korban, Rais Karna. Rais yang saat itu ditembak pelaku tepat di kepala tak sadarkan diri dan tergeletak di Pos Pol Sarinah.

Herry kemudian lekas meminta ambulans untuk mengevakuasi Rais dalam posisi masih terjadi kontak tembak.

Di lapangan saat itu juga ada Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian dan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Mohammad Iqbal. Mereka terjun ke lokasi juga untuk membantu polisi lainnya dalam menumpas teroris bom di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Dalam serangan terorisme tersebut, empat teroris tewas. Dua orang, yakni Dian Ahmad dan Muhazam, tewas karena bom. Sementara dua lagi, yaitu Afif dan Muhammad Ali, ditembak mati.

Sementara itu, korban dari sipil berjumlah empat orang, yakni Rais, Rico, Amer Omali, dan Sugito. Satu di antaranya adalah Amer, warga negara asing.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved