Kilas Balik 21 Mei 1998
Ini Sumber Dana Mahasiswa Saat Jatuhkan Soeharto, Kata Adian Napitupulu
"Pakaian dari celana dalam sampai piyama dikasih. Enggak ngerti maksudnya," ujarnya sambil tertawa.
Adian menceritakan, ia yang saat itu berkuliah di Universitas Kristen Indonesia (UKI) mesti menumpang bus dari pos UKI di Cawang menuju tempat melancarkan aksi.
Karena itu, ia pun membantah jika ada ada pihak yang menyebut para mahasiswa tersebut banyak uang.
"Orang bilang banyak duit. Enggak ada. Siapa yang biayai? Pada 18 Mei itu ya kami, air mineral, satu gelas berdua. Serak-serak kami enggak ada minuman," ucapnya.
Barulah selepas 18 Mei 1998, kata dia, para mahasiswa demonstran tak lagi kelaparan. Bantuan berdatangan dari banyak pihak.
Semua pihak dinilai Adian berlomba ingin berebut peran kesejarahan seusai Soeharto jatuh.
Pada momen tersebut, pangan berlimpah. Para mahasiswa yang biasa menyantap masakan rumahan di Warung Tegal, pasca-jatuhnya Soeharto, dipasok banyak makanan, termasuk makanan cepat saji.
Bahkan, Adian menuturkan, para mahasiswa akhirnya mengenal roti dengan bungkus bertuliskan "bakery" serta roti-roti berisi daging, di kala sebelumnya, mereka hanya menyantap roti dengan taburan gula.
Kiriman nasi bungkus juga terus berdatangan, sekalipun para mahasiswa tak memintanya. Saking banyaknya gelontoran pangan, mereka pun sampai sakit perut.
"Makanan yang tidak pernah kami makan, di sana banyak. Kami kan spesialisasi warteg," kata dia.
Tak hanya bantuan pangan, bantuan sandang juga banyak dikirim masyarakat.
"Pakaian dari celana dalam sampai piyama dikasih. Enggak ngerti maksudnya," ujarnya sambil tertawa.
BACA JUGA: Di Malam Jelang Soeharto Mundur, Habibie: Saya Bukan Pengecut
Bantuan pangan dan sandang hasil kiriman banyak pihak tersebut akhirnya dibagikan kepada masyarakat oleh para mahasiswa demonstran.
"Setiap sore, kami keliling dengan mobil kampus dan mobil pribadi mahasiswa, bagikan ke mana-mana karena kelebihan," tutur Adian.