Olimpiade 2016
Eko Yuli, Lifter Kelahiran Metro yang Berasal dari Keluarga Sederhana Ini Meraih Perak di Olimpiade
Eko adalah atlet kelahiran Metro, Lampung dan berasal dari keluarga yang kurang mampu.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Atlet angkat besi Indonesia, Eko Yuli Irawan, mempersembahkan medali perak untuk Merah Putih pada Olimpiade 2016 dari nomor 62 kg, Senin (8/8/2016).
Eko berhasil mengangkat total beban seberat 312 kg hasil dari angkatan snatch 142 kg dan angkatan clean & jerk 170 kg.
Baca: Nazar Eko Yuli Belikan Mobil Adiknya dan Doa Keluarga yang Terkabul
Eko adalah atlet kelahiran Metro, Lampung dan berasal dari keluarga yang kurang mampu. Menurut catatan Wikipedia, ayahnya bernama Saman, seorang pengayuh becak, sedangkan ibunya, Wastiah adalah seorang penjual sayur.
Ketika masih duduk di bangku SD, sepulang sekolah Eko biasa menghabiskan waktu seperti umumnya anak-anak dan remaja di pedesaan dengan menggembalakan ternak kambing di sawah atau di lapangan.
Takdir Eko menjadi atlet angkat besi (lifter) berawal saat ia menyaksikan sekelompok orang berlatih angkat besi di sebuah klub di daerahnya sekitar beberapa tahun silam.
Lama kelamaan pria kelahiran 24 Juli 1989 ini pun tertarik. Pelatih klub akhirnya mengajak Eko ikut berlatih.
Berbekal izin dari orangtuanya, Eko pun mulai mengakrabkan diri dengan barbel. Eko mulai merintis prestasinya saat tampil sebagai lifter terbaik di Kejuaraan Dunia Junior 2007, di mana saat itu ia meraih medali emas. Sejak itu ia melanjutkan kariernya dengan gemilang.
Eko saat ini menetap di Kalimantan Timur. Tetapi orangtua dan sebagian besar kerabatnya masih menetap di Metro.
Sebelum turun bertanding, Eko Yuli Irawan memiliki cara khas untuk mengenal panggung tempat pertandingan cabang angkat besi di Paviliun 2 Kompleks Olahraga Riocentro, Rio de Janeiro, Brasil.
Ia datang pada saat pertandingan resmi rekannya di kelas lain. Kemudian, di tengah hiruk pikuk di stadion seusai pengalungan medali pemenang, dan saat para juara diwawancarai wartawan, diam-diam dia naik ke panggung pertandingan itu.
Seperti ketika pertandingan kelas 48 kilogram putri yang dimenangi rekannya Sri Wahyuni, Sabtu (6/8) lalu. Eko memanfaatkan waktu singkat untuk naik panggung, saat arena di bawah panggung sedang ramai oleh para delegasi yang merayakan kemenangan atletnya dan juga banyak wartawan yang mewawancarai para juara.
Tapi, ia tidak mungkin berlama-lama di panggung karena petugas bakal mengusirnya. "Sudah dapat titik-titiknya," kata Eko beberapa saat jelang tampil pada pertandingan kelas 62 kg putra.
Yang dimaksud Eko adalah titik-titik di panggung yang akan dia pijak saat pertandingan resmi. "Setidaknya saya tahu bagaimana situasinya nanti, apa yang akan saya lihat nanti saat bertanding, dan seperti apa sorotan lampu-lampu di pangggung," katanya.
Mengenal panggung dengan cara seperti itu, akan lebih dekat dengan situasi sebenarnya ketimbang mencobanya pada saat latihan atau pra-pertandingan, mengingat sorot lampu atau pun situasi penonton yang berbeda.