Liputan Khusus Tribun Lampung
Pasien Cuci Darah Melonjak 16 Ribu Kasus di Lampung
Tak tanggung-tanggung, pengobatan untuk pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal itu, melonjak hingga 16 ribu kasus dalam kurun waktu satu tahun.
Penulis: Romi Rinando | Editor: Ridwan Hardiansyah
RSUAM Penuh
Kasubbag Humas Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM), Akhmad Sapri menjelaskan, di rumah sakit pelat merah itu, terdapat 40 unit alat hemodialisis.
Sedangkan, jumlah pasien yang melakukan cuci darah bisa mencapai 80 orang sehari.
"Jadi, setiap hari itu rata-rata ya penuh," terang Sapri.
Untuk melayani jumlah pasien yang dua kali lebih banyak dari jumlah alat, Sapri menuturkan, pelayanan cuci darah dibagi dalam dua shif, yaitu pagi dan sore, dalam satu hari.
Pembagian cuma bisa dilakukan dalam dua shif karena proses cuci darah untuk satu pasien bisa sampai lima jam.
"Kalau pagi itu, pukul 08.00-13.00, siang pukul 13.00-18.00," katanya.
Meski begitu, Sapri menerangkan, pihaknya juga tetap membuka pelayanan cuci darah saat malam.
"Kalau yang malam jarang. Biasanya, itu sifatnya mendadak. Misalnya, ada pasien yang baru didiagnosis gagal ginjal terus harus menjalani proses cuci darah. Itu di luar jadwal rutin," ungkap Sapri.
Pasien cuci darah di RSUAM, Sapri memaparkan, mayoritas berasal dari Bandar Lampung.
Hal itu karena rumah sakit yang memiliki fasilitas alat cuci darah sudah banyak tersebar di daerah-daerah di Lampung.
"Tadinya, memang hanya RSUAM saja yang ada fasilitas hemodialisis. Tetapi sekarang, rumah sakit di daerah juga sudah punya," ujar Sapri.
Biaya Tinggi
Sementara itu, M Nasir, warga Baradatu, Way Kanan yang mengalami gagal ginjal, mengaku sudah setahun terakhir menjalani pengobatan cuci darah di RSUAM di Bandar Lampung.
Ia didiagnosis mengalami gagal ginjal pada 2016, dan direkomendasikan untuk cuci darah sebanyak dua kali seminggu.