Inalillahi Wainaillaihi Rojiun, Zaki Saputra Akhirnya Berpulang

Tim medis sudah bekerja dengan profesional dan berupaya memberikan pelayanan yang terbaik dan operasi berjalan dengan sukses dan lancar

Editor: Safruddin
HO
JENAZAH ZAKI - Ambulans RSUAM membawa jenazah Zaki Saputra, Kamis (8/9/2017) malam. 

Tubuh Zaki terlihat begitu kurus. Hanya kulit berbalut tulang. Wajahnya terlihat pucat. Sering ia meringis menahan sakit akibat luka di bagian perutnya itu.

Luka perut yang terbuka itu langsung bersentuhan dengan usus. Akibatnya, setiap kotoran cair ataupun padat, keluar begitu saja melalui perutnya.

"Perih kalau ngrembes," ujar Zaki dengan lirih menahan sakit, Selasa (29/8/2017) lalu.

Untuk menghentikan laju kotoran padat miliknya, perut Zaki diperban dengan kapas.

Sedangkan kotoran cairnya terus merembes membasahi perlak yang ada dipunggungnya.

Agar kotoran cair tidak meluber di sisi perutnya diberi tisu. Kapas yang membelenggu kotorannya ini hanya diganti setiap kali sudah basah dan menguning.

Penderitaan Zaki ini sudah berlangsung selama dua bulan. Selama itu pula, ia hanya bisa terbaring di tempat tidur. Akibatnya, kulit punggungnya memutih dan melepuh.

Maryanah, nenek Zaki menceritakan, musibah yang dialami cucunya ini berawal dari keluhan perut kembung. Layaknya penyakit masuk angin, Masnayah memberi pertolongan dengan kerokan.

"Awalnya masuk angin saat itu awal Juli, kemudian saya kerokin, terus saya janjiin kalau sembuh saya belikan sepatu, lah kok malah kembung besar, maka segera dilarikan ke salah satu rumah sakit yang ada di Pringsewu," jelas Maryanah kepada Tribun.

Setelah di rumah sakit, Zaki divonis usus buntu, maka perlu operasi secepatnya. Tanpa pikir panjang keluarga Zaki menyetujui untuk operasi.

"Kita gak pakai BPJS, soalnya di RS itu gak boleh, maka kami (keluarga) lewat jalur umum, operasi pertama masih muntah-muntah, kemudian operasi kedua masih ada kendala sampai operasi ketiga pihak RS tidak sanggup lagi dan harus dirujuk ke RSUAM," tukas Maryanah, warga Adiluwih,
Kabupaten Pringsewu ini

Akhirnya cucu Maryanah pun segera dirujuk ke RSUAM pada awal Agustus lalu.
Namun untuk mendapat rujukan tersebut pihak keluarga harus melunasi administrasi terlebih dahulu di salah satu RS di Pringsewu tersebut.

"Habis Rp 65 juta, tapi sudah di DP Rp 10 juta, biar bisa keluar harus dilunasi, mangkanya saya bingung biayanya banyak bener, belum lagi saya kerja cuma tukang cuci, ayahnya kerja cuma sopir travel," tukasnya lirih.

Ayah Zaki membenarkan hal tersebut. Karena biaya yang besar, ia pun berusaha ke sana kemari mencari uang.

"Ya terpaksa KTP saya tinggal sebagai jaminan, dan diberi jatuh tempo satu bulan untuk melunasi uang administrasi tersebut, dan jatuh temponya minggu ini, tapi saya mau minta keringanan lagi, sebab anak saya masih dirawat," sebut Dedek.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved