Erupsi Gunung Agung
Terjadi Ratusan Kali Gempa Sejak Gunung Agung Naik Jadi Status Awas
Sedangkan dalam periode pukul 00.00-12.00 Wita terjadi 58 gempa vulkanik dangkal, 318 kali gempa vulkanik dalam, dan 44 kali gempa tektonik lokal.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, AMLAPURA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pun tadi malam menetapkan status Gunung Agung naik dari Siaga (Level II) ke Awas (Level IV), yang merupakan tingkatan status tertinggi gunung berapi.
Tanda-tanda Gunung Agung bakal meletus semakin terlihat.
Puluhan binatang seperti kera dan ular sudah mulai turun gunung. Kegempaan meningkat tajam.
"Dengan ini kami sampaikan bahwa kita meningkatkan status Gunung Agung dari Siaga menjadi Awas atau Level IV. Mulai malam ini (tadi malam) status Awas pukul 20.30 Wita. Radius tadinya 6 jadi 9, yang sektoral dari 7 menjadi 12," kata Kepala PVMBG, Kasbani, di Pos Pengamatan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Jumat (22/9/2017) malam.
Dari pemantauan pos tadi malam, Gunung Agung tak terlihat.
Gunung tertinggi di Bali ini tertutup awan tebal dan turun rintik hujan.
"Kantung magma masih tetap tapi fluida sudah naik ke permukaan dan rentetan gempa semakin intensif, tapi masih belum tahu meletusnya kapan," tambah Kasbani.
Senada dengan Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, I Gede Suantika.
Menurutnya, secara visual belum tampak kepulan abu di puncak Gunung Agung tapi kegempaan terus meningkat tajam sejak tiga hari terakhir.
"Hari ini (kemarin), meningkat tajam. Dari situ akhirnya disimpulkan kenaikan status dari Siaga ke Awas pada pukul 20.30 Wita," ungkapnya.
Rekomendasi PVMBG adalah masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas, tidak melakukan pendakian dan tidak berkemah di dalam area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius 9 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung dan ditambah perluasan sektoral ke arah Utara, Timur Laut, Tenggara dan Selatan-Baratdaya sejauh 12 kilometer.
Di dalam radius ini tidak boleh ada wisatawan atau aktivitas masyarakat di dalamnya.
Kepala PVMBG telah melaporkan kenaikan status Awas tersebut kepada Kepala BNPB, BPBD Provinsi Bali dan BPBD kabupaten di sekitar Gunung Agung untuk diambil antisipasi.
Dengan peningkatan status Awas, Kepala Pelaksana Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Bali, Dewa Made Indra, mengingatkan warga untuk tidak melakukan aktivitas di daerah bahaya.
"Zona merah di radius 9 km plus sektoral barat daya, selatan, tenggara, timurlaut, dan utara sejauh 12 km," ujarnya.
Pada Jumat (22/9/2017) kemarin, peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung terus meningkat.
Gempa tektonik lokal mulai dirasakan warga yang berada di kawasan rawan bencana III, II, I (KRB I). Seperti di Kecamatan Kubu, Rendang, Manggis, dan Karangasem.
Kasbani menjelaskan, gempa hampir mencapai 600 kali.
Sedangkan dalam periode pukul 00.00-12.00 Wita terjadi 58 gempa vulkanik dangkal, 318 kali gempa vulkanik dalam, dan 44 kali gempa tektonik lokal.
Amplitudo vulkanik dalam masih stagnan rata-rata 4 sampai 8 mm.
Untuk vulkanik dangkal amplitudo 3-5 MM, durasinya 10-11 detik. Gempa tektonik lokal amplitudonya 7-8 MM, durasi mengalami peningkatan drastis dari 30-47 detik menjadi 36-89 detik.
Kasbani menambahkan, magma terus naik ke permukaan. Asap kawah mulai naik ke atas, dan menutupi gunung agung.
“Sekarang masih tinggi-tingginya (gempa). Setiap hari aktivitasnya lebih tinggi dibanding hari sebelumnya. Sejak ditetapkan level II (Waspada) tanggal 14 September, jumlah gempa puluhan. Saat meningkat ke Siaga, jumlah gempa naik hingga ratusan kali,” katanya.
Seperti diketahui, energi yang dihasilkan dari aktivitas magma di bawah kawah Gunung Agung cukup tinggi.
Itu bisa diprediksi dari jarak waktu letusan pada 54 tahun silam, dari tahun 1963.
Karakter Gunung Agung sangat eksplosif, berbeda dengan gunung berapi lainnya yang berada di Indonesia.
Dilihat dari frekuensi gempa serta kekuatan amplitudo, perubahannya begitu cepat dan meningkat begitu tajam.
Perubahan yang ditunjukkan Gunung Agung sangat berpotensi ke arah letusan.
"Tapi belum bisa dipastikan kapan terjadi letusan. Petugas akan terus membaca tanda-tanda dari gunung," tandas Kasbani.