Liputan Khusus Tribun Lampung
Warga Bandar Lampung Gali Sumur Bor hingga 70 Meter
sebagian warga harus memperdalam sumur bor mereka yang tak lagi berair. Bahkan, ada yang melakukannya lebih dari sekali hingga kedalaman 70 meter.
Penulis: Romi Rinando | Editor: Ridwan Hardiansyah
Dosen Fakultas Teknik Unila, Ofik T Purwadi menuturkan, penurunan tinggi muka air tanah dalam terjadi akibat konsumsi air lebih banyak, dibanding jumlah air yang terserap ke dalam tanah.
Kebutuhan air bersih di Bandar Lampung, lanjut Ofik, diperkirakan mencapai 200,29 juta meter kubik pada 2016.
Hal itu untuk memenuhi rumah tangga, industri, dan area publik. Jumlah itu pun akan semakin meningkat seiring penambahan jumlah penduduk dan perkembangan industri maupun area publik.
Sementara, air yang terserap ke dalam tanah hanya 121,17 juta meter kubik per tahun.
"Jadi, setiap tahun ada kekurangan debit air 79,12 juta meter kubik. Kekurangan itu membuat tinggi muka air tanah dalam semakin menurun," kata Ofik.
Kepala Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPPLH) Bandar Lampung Siddik Ayogo mengaku telah mengetahui kondisi penurunan tinggi muka air tanah dalam.
"Kami punya program jangka pendek dan jangka panjang yang terus berjalan. Yang utama, kami lakukan penghijauaan di beberapa lokasi. Bahkan, kami juga dibantu sejumlah perusahaan yang memberikan bibit pohon," kata Siddik.
Selain penghijauan, pemkot menggalakkan dilakukan pembuatan lubang biopori dan embung penampung air hujan di daerah UIN Raden Intan dan kawasan Way Halim.
Berita ini telah diterbitkan di Koran Tribun Lampung berjudul "Warga Gali Sumur hingga 70 Meter" pada Minggu, 1 Oktober 2017.