Pengakuan Wanita yang Menyaksikan Langsung Kesaktian Soeharto Saat Masih Jadi Presiden

Pengakuan Wanita yang Menyaksikan Langsung Kesaktian Soeharto Saat Masih Jadi Presiden

Editor: taryono
Kompas.com
Presiden Soeharto pada saat mengumumkan pengunduran dirinya di Istana Merdeka, Jakarta, pada tanggal 21 Mei 1998. 

“Eh, tak ada semenit, hujan benar-benar turun. Kami para juru masak saling berpandangan, Pak Harto sakti kali ya! Kami saling berbisik.”

Malamnya, selepas makan malam, Pak Harto bercengkerama bersama anak dan cucunya di ruang tengah.

“Ada yang dipangku Pak Harto di paha kanan dan kirinya. Ada juga yang minta dipangku Bu Tien. Suasananya hangat seperti di rumah orang biasa.”

Suara anak-anak berceloteh dan bertengkar kecil, dan terkadang ditingkahi suara Soeharto menengahi.

Selanjutnya, setelah Baiq membuka restoran ayam bakar Taliwang di kawasan Tebet Jakarta, tahun 1992, setiap kali di Istana ada acara, ia selalu dilibatkan.

Dari seringnya diundang memasak ke Istana, Ayam Bakar Taliwang Bersaudara jadi dikenal luas di Jakarta.

“Apalagi setelah para ajudan memperkenalkan saya langsung ke Pak Harto dan Ibu Tien, yang tak segan-segan mengenalkan saya juga ke para tamu.”

Baca: Menkumham Sebut Nama Raffi Ahmad Soal Pengguna Narkoba yang Direhabilitasi

Pada peringatan HUT ke-50 RI tahun 1995, Baiq juga diundang masak ke Istana.

“Saya tak menyangka, itulah terakhir kali saya bersalaman dengan Ibu Tien, sebelum beliau wafat.”

2.000 pusaka dan 200 paranormal

Meninggalnya sang istri pada 28 April 1996, konon, meredupkan aura kekuasaan Pak Harto alias Soeharto.

Bahkan, saat tampil di muka umum, ia tampak renta, tanpa cahaya.

Sesekali, matanya terkadang menerawang.

Ketiadaan pendamping, tempatnya berbagi, meronggakan kekosongan dalam hidupnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved