Ini Lokasi-lokasi Terbaru Pembangunan Perumahan di Bandar Lampung, Tak Lagi di Pusat Kota
Dengan harga tanah yang tinggi, para pengembang mengaku kesulitan untuk membangun perumahan di dalam Kota Tapis Berseri.
“Kami, pengembang, memang mencari formula yang terbaik dan tepat. Agar kebutuhan masyarakat terhadap perumahan terpenuhi, dan kami juga tidak merasa terbebani dengan harga lahan yang tinggi,” kata Lisa.
Saat ini, Lisa menuturkan, lokasi favorit para pengembang perumahan adalah daerah perbatasan, antara lain Natar atau Jatiagung, Lamsel; dan Lempasing, Pesawaran. Kalaupun akan tetap membangun di dalam Kota Bandar Lampung, pengembang harus menyiasati pembangunan perumahan.
Menurut Lisa, ada dua solusi yang biasanya dilakukan pengembang, dalam menyiasati harga lahan yang melonjak di dalam kota, yaitu menaikkan harga rumah atau mempertahankan harga murah tetapi memperkecil luasan lahan.
“Sekarang ini, kecenderungannya memang lebih baik memperkecil sedikit luasan lahan. Karena jika mengambil pilihan yang pertama, jelas akan berdampak pada daya beli masyarakat,” ucap Lisa.
Pemilik PT Jatiwangi Grahatama Properti, Tri Joko Margono mengungkapkan, pengembang yang masih membangun perumahan di dalam kota, umumnya menyiasati dengan membangun perumahan cluster.
“Dalam satu tempat itu, hanya dibangun beberapa rumah. Kemudian, tidak membuat fasum (fasilitas umum) dan fasos (fasilitas sosial). Tetapi, (perumahan tersebut) sudah pasti untuk kelas menengah ke atas,” kata Tri,
Pimpinan PT Aji Bangun Properti, pengembang Perumahan Puspita Residence, Urianto Muslimin mengakui, pengembang saat ini lebih memilih membangun perumahan di pinggiran kota.
“Masih ada yang mencoba menjual perumahan di dalam kota, tetapi tidak di pusat kota, melainkan daerah pinggiran,” ucap Urianto.
Rumah Murah Tak Mungkin
Dengan kondisi harga tanah yang tinggi, Urianto menerangkan, rumah dengan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) atau rumah murah bersubsidi, sudah sulit untuk dibangun di dalam Kota Tapis Berseri.
”Meski ada lahan harga murah, misalnya, tetap ketersediaannya terbatas, tetap juga sulit untuk penjualannya,” kata Urianto.
Karena itu, pembangunan FLPP saat ini sudah semakin ke daerah perbatasan Bandar Lampung, mulai dari Karang Anyar dan Natar di Lamsel serta Pesawaran.
“Metro saja sudah mulai mahal juga harga lahannya. Jadi sudah mulai agak kesulitan untuk bisa membangun rumah FLPP di sana,” terang Urianto.
Hal serupa disampaikan Tri. Menurutnya, dengan harga lahan saat ini, pembangunan rumah FLPP di dalam kota sudah tidak mungkin dilakukan.
“Pengembang FLPP sudah ke daerah perbatasan. Selain harga masih terjangka, pengembang masih bisa dapat lahan luas,” ucap Tri.