Status Waspada, Darius Sinathrya dan Donna Agnesia Malah Ajak Anak Camping di Gunung Anak Krakatau

Aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) yang terletak di Selat Sunda, Lampung Selatan, Provinsi Lampung, makin meningkat.

Penulis: Teguh Prasetyo | Editor: Teguh Prasetyo
BNPB
Gunung Anak Krakatau meletus pada Rabu (11/7/2018) 

"PVMBG tetap memantau perkembangan aktivitas Krakatau dengan secara terus menerus untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat," ujarnya. 

Baca: Sholat Gerhana Bulan - Begini Tuntunan Sholat Gerhana Berjamaah dan Sendirian

Dan memang, beberapa hari terakhir, warga Pesisir Rajabasa, Kalianda, Lampung Selatan, dihebohkan dengan terlihatnya asap putih yang keluar dari kawah Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berada di Selat Sunda.  

Warga menduga bahwa gunung yang pernah meletus dahsyat pada 27 Agustus 1883 tersebut, sedang dalam kondisi erupsi.  

Meski dari Pesisir Rajabasa keberadaan Gunung Anak Krakatau (GAK) sangat jauh, namun bila cuaca sedang baik gunung yang tiap tahunnya bertambah ketinggiannya akan bisa terlihat dengan jelas.    

Menurut Andi, berdasarkan hasil pos pantau yang berada di Desa Hargo Pancuran, Rajabasa, Lampung Selatan, tidak ada erupsi di GAK.  

Dia mengatakan, memang pada Kamis 21 Juni 2018 lalu, sempat terlihat asap kawah membumbung tinggi dengan ketinggian mencapai 100 meter.  

Akan tetapi, terus Andi, asap kawah tersebut bukanlah erupsi.  

Baca: Live Streaming MotoGP Jerman 2018 - Valentino Rossi Menyerah Kejar Marc Marquez

Menurut dia, kondisi itu diakibatkan karena GAK dalam kondisi normal.  

“Tidak ada erupsi. Memang sempat ada asap kawah yang mencapai ketinggian 100 meter pada Kamis kemarin. Biasanya hanya sekitar 25 meter. Tapi, ini bukan karena ada peningkatan aktivitas. Tapi itu dikarenakan panas kawah yang terkena hujan,” kata Andi, Sabtu, 23 Juni 2018.  

Andi Suwardi
Andi Suwardi (Tribunlampung/Dedi)

Lebih lanjut Andi mengatakan, saat ini kondisi GAK relatif normal.  

Gempa dalam berlangsung sekitar 10-15 kali dalam sehari.  

Sedangkan untuk statusnya sendiri, masih waspada.  

“Untuk nelayan dan juga wisatawan, kita minta untuk tetap berhati-hati. Kita sarankan untuk tidak mendekati kawasan GAK,” tandas Andi.

Baca: GRAFIS: MotoGP Jerman 2018: Fakta Menarik Jelang MotoGP Sachsenring

Dan memang, apabila menyebut nama GAK, maka kenangan akan terbang pada ratusan tahun silam. Tepatnya tahun 1883 lalu saat tiga gunung api; Danan, Perbuatan, dan Rakata yang dikenal sebagai Gunung Krakatoa (Krakatau) mengamuk mengguncangkan dunia.  

Letusan gunung api ini tercatat sebagai salah satu letusan gunung api terdasyat pada era modern.   Dimana teknologi sismograf untuk mencatat aktivitas gunung api telah ditemukan.  

Saat itu, ribuan korban jiwa meninggal. Ratusan desa yang berada di pesisir pantai wilayah Lampung dan juga Banten hancur diterjang mega tsunami dari letusan Krakatau kala itu.  

Gugusan gunung Krakatau hanya menyisakan sebagian dari badan puncak Rakata. Sedangkan puncak Danan dan Perbuatan musnah bersama letusan maha dasyat tersebut.  

Puluhan tahun setelah letusan yang mengguncang dunia tersebut, perlahan muncul gunung api baru di lokasi bekas letusan Krakatau yang hanya tinggal menyisakan sebagian puncak Rakata.  

Kemunculan gunung api baru yang kini dikenal dengan nama Gunung Anak Krakatau (GAK) itu kali pertama diketahui pada tahun 1927.  

Dan hingga kini, gunung api baru ini terus tumbuh. Diperkirakan pertumbuhannya mencapai 20 inci perbulan.   Anak Krakatau yang terus tumbuh ini terus menjadi perhatian pemerintah.  

Keindahan Gunung Anak Krakatau di tengah laut.
Keindahan Gunung Anak Krakatau di tengah laut. (Tribun Lampung / Heru)

Baca: Calon Mertua Benci Banget, Ini Balasan Pacar Eza Gionino yang Tak Diduga-duga

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berada di Bandung kemudian mendirikan pos pemantauan di dua titik. Di Lampung dan di Banten.  

Pos pantau GAK yang berada di Lampung terdapat di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan. Pos pantau ini didirikan tahun 1995 lalu.    

Pos pantau ini mencatat setiap aktivitas GAK melalui alat sesmograf. Alat sesmograf ini terpasang di GAK. Selain alat sesmograf, juga ada teropong untuk bisa melihat langsung ke GAK. (*) 

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved