Mulai Kekeringan, Warga Perumahan Bukit Kemiling Permai Beli Air Galon untuk Masak

Warga di beberapa tempat di Bandar Lampung mulai merasakan kekeringan air sebagai dampak musim kemarau.

Editor: Yoso Muliawan
Tribun Lampung/Eka Ahmad Sholichin
Daria, warga Blok X Perumahan Bukit Kemiling Permai, (menunjukkan persediaan air galon untuk menghadapi musim kemarau. 

LAPORAN REPORTER TRIBUN LAMPUNG EKA AHMAD SHOLICHIN DAN BAYU SAPUTRA

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Warga di beberapa tempat di Bandar Lampung mulai merasakan kekeringan air sebagai dampak musim kemarau. Sebagian di antaranya terpaksa membeli air galon, khususnya untuk keperluan memasak.

Penelusuran Tribun Lampung, Rabu (9/8/2018), warga yang mengalami kekeringan air antara lain di Perumahan Bukit Kemiling Permai, Kecamatan Kemiling, dan Kelurahan Gunung Terang, Kecamatan Langkapura. Warga kesulitan mendapatkan air besih untuk keperluan mandi, mencuci, memasak, dan lainnya.

"Sudah mulai sulit dapat air. Sumur sudah mulai kering semenjak musim kemarau ini," tutur Daria, warga Blok X Perumahan BKP.

Daria hanya bisa sesekali menggunakan air dari sumurnya, itu pun dalam jumlah sedikit. Ia harus menunggu 2-3 jam sebelum bisa mengambil air lagi dari sumur menggunakan mesin air.

"Pemakaiannya terbatas, cuma buat cuci piring," keluh Daria.

"Boros listrik juga. Sehari bisa 3-4 kali hidupin mesin air. Semua urusan bisa terbengkalai gara-gara air kering," sambungnya.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih seperti minum, memasak, dan lainnya, Daria terpaksa membeli air galon sebanyak 7-8 galon setiap dua pekan.

"Buat kebutuhan masak dan minum, kami beli air galon. Beli bisa sampai delapan galon untuk jatah dua minggu. Harganya Rp 6.000 per galon. Kalau enggak begitu, minum, masak, bahkan kasih minum dan mandikan hewan peliharaan jadi terbengkalai," jelasnya.

Daria pun mulai jarang membersihkan kandang ayam serta memandikan hewan peliharaan lainnya, seperti kucing dan burung.

"Kalau kondisi air normal, bisa sehari sekali mandikan hewan peliharaan. Tapi dengan kondisi sekarang, bisa tiga hari sekali. Sampai-sampai pakai air bekas cucian baju untuk nyiram bunga," tuturnya.

Narso, warga Lingkungan I, Kelurahan Gunung Terang, Kecamatan Langkapura, mengungkapkan hal serupa terkait kondisi kekeringan air. Ia mengaku air di sumurnya sudah kering, begitu pula warga lainnya.

"Kering, tapi syukurnya masih bisa kalau makainya hemat-hemat," katanya seraya menambahkan, ada banyak warga di lingkungannya yang menggunakan air dari sumur.

Jika air di sumur benar-benar kering, menurut Narso, alternatifnya adalah memanfaatkan air pam massal dari program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat.

"Nah kalau pakai air pam massal, kendalanya, warga yang mau makai harus isi sendiri solar buat hidupin mesinnya. Tentunya itu butuh biaya lagi," ujarnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved