Cara Driver Online Nakal Raup Jutaan Rupiah, dari Order Fiktif hingga Rebutan Akun 'Nganggur'

Bisnis jasa transportasi online di Bandar Lampung digoyang kabar order fiktif.

Penulis: Teguh Prasetyo | Editor: Teguh Prasetyo
Tribunlampung.co.id/Dodik Kurniawan
Ilustrasi ojek online 

Kejar Bonus

Cerita lain datang dari Feldi, bukan nama sebenarnya. Pengemudi taksi online lainnya menuturkan, order fiktif itu dikenal dengan istilah "nembak".

Itu dilakukan dengan bekerjasama dengan orang yang memiliki akun layanan taksi online.

"Kita minta tolong orang yang kenal, teman atau saudara, atau sesama driver yang punya akun. Kemudian penumpang itu buka aplikasi dan order ke kita. Posisi kita dengan dia jangan terlalu jauh, biar order bisa masuk ke kita," jelasnya.

Setelah order diterima, kata dia, driver kemudian menjalankan mobil sesuai tujuan yang dipesan dalam aplikasi. Namun penumpang tidak ikut.

"Kalau kita dapat tembakan penumpang gak ikut, kadang kami jalaninnya gak pakai mobil, tapi pakai motor. Yang penting aplikasi jalan sesuai tujuan, biasanya jarak gak jauh-jauh dengan tarif sekitar Rp 15 ribu," ujar dia.

Dia mengatakan, sebagian driver melakukan tindakan tersebut disebabkan iming-iming bonus, karena jika mengandalkan tarif penumpang tidak sebanding biaya operasional.

"Kita ngejar bonusnya. Karena kalau dapat 15 poin kita sudah tutup poin, bonusnya Rp 180 ribu, artinya sehari dapat 15 kali orderan, tapi kan sulit. Sehari dapat 6-7 penumpang saja lumayan, makanya banyak ngakalin order fiktif gini. Tapi ini gak semua, banyak driver yang kerja bener kok," ungkap dia.

Sama seperti Saf, Feldi mengatakan, pundi-pundi uang juga bisa didapat dari reward yang ditembakkan penumpang.

Namun untuk menerima orderan program reward ini, hanya dibatasi tujuh kali orderan. Itupun harus diselingi orderan non-reward atau cash. Karena jika tidak, maka acun driver bisa di- suspend atau diblokir.

Dia menambahkan, penghasilan total driver online baik insentif maupun program reward maksimal Rp 320 ribu dalam satu hari untuk satu akun.

Namun biasanya driver memiliki lebih dari satu akun, sehingga penghasilan mereka bisa berkali-kali lipat, tergantng berapa akun yang dimiliki.

"Kadang driver itu akunnya gak satu bisa dua lebih, makanya penghasilannnya bisa banyak. Kadang akun driver online yang sudah tidak dipakai banyak yang nyari, harga pasarannya minimal Rp 500 ribu. Kalau pendapatan saya gak tentu Rp 500 ribu-Rp 700 ribu itu juga gak bersih, karena ada potongan dari aplikasi," kata Feldi yang punya tiga akun aplikasi transportasi berbasis online.

Sementara Chandra, bukan nama sebenarnya, mengaku biasanya mereka melakukan kegiatan order fitktif itu pada malam hari, ketika real order sepi.

"Biasanya mulai jam 8-11 malam itu ngejar poin. Kalau diatas jam 12 malam itu untuk ngejar reward," jelasnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved