Diwarnai Ribut Tantang Duel di Hotel, DPRD Nyatakan Wakil Wali Kota Bandar Lampung Bersalah
Diwarnai Ribut Tantang Duel di Hotel, Waki Wali Kota Bandar Lampung Dinyatakan Bersalah
Penulis: Romi Rinando | Editor: Heribertus Sulis
Diwarnai Ribut Tantang Duel di Hotel, Waki Wali Kota Bandar Lampung Dinyatakan Bersalah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Wakil Wali Kota Bandar Lampung Yusuf Kohar dinyatakan terbukti melanggar UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Pansus dibentuk untuk menindaklanjuti dugaan pelanggaran dalam pengangkatan pelaksana tugas pejabat eselon II-IV di lingkungan Pemkot Bandar Lampung yang dilakukan Yusuf Kohar saat menjabat Plt wali kota Bandar Lampung.
Hal ini terungkap dalam sidang paripurna internal DPRD Kota Bandar Lampung tentang laporan panitia khusus hak angket terkait dugaan pelanggaran etika dan UU, Selasa, 16 Oktober 2018.
Baca: Ketua DPRD Bandar Lampung Ditantang Duel Wakil Wali Kota, Sosok Ini Sempat Memeluk Yusuf Kohar
Menurut juru bicara Pansus Nu’man Abdi, dari hasil penyelidikan dan penyidikan selama sekitar satu bulan, Yusuf Kohar dinyatakan terbukti melanggar UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Dia menjelaskan, Yusuf Kohar melanggar pasal 66 ayat 1 huruf a angka 1 yang menyatakan, wakil kepala daerah mempunyai tugas membantu kepala daerah dalam memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
Yusuf Kohar: Ya Sudahlah
Wakil Wali Kota Bandar Lampung Yusuf Kohar enggan berkomentar banyak terkait hasil kerja pansus hak angket DPRD Bandar Lampung.
Dalam laporannya sebagai hak menyatakan pendapat, pansus menyebut Yusuf Kohar terbukti melanggar UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Namun, Yusuf Kohar tak mau mengomentarinya.
“Saya tidak mau berkomentar. Ya sudahlah,” ujar Yusuf Kohar saat dihubungi Tribun Lampung, Selasa, 16 Oktober 2018.
Pansus dibentuk untuk menindaklanjuti dugaan pelanggaran dalam pengangkatan pelaksana tugas pejabat eselon II-IV di lingkungan Pemkot Bandar Lampung yang dilakukan Yusuf Kohar saat menjabat Plt wali kota Bandar Lampung.
Hal ini terungkap dalam sidang paripurna internal DPRD Kota Bandar Lampung tentang laporan panitia khusus hak angket terkait dugaan pelanggaran etika dan UU, Selasa, 16 Oktober 2018.
Menurut juru bicara Pansus Nu’man Abdi, dari hasil penyelidikan dan penyidikan selama sekitar satu bulan, Yusuf Kohar dinyatakan terbukti melanggar UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Dia menjelaskan, Yusuf Kohar melanggar pasal 66 ayat 1 huruf a angka 1 yang menyatakan, wakil kepala daerah mempunyai tugas membantu kepala daerah dalam memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
Kemudian, pasal 67 huruf d yang menyatakan, kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
Ia juga terbukti melanggar UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
Rapat paripurna akan dilanjutkan sore ini dengan agenda pandangan fraksi-fraksi di DPRD tentang hak menyatakan pendapat.
Dijadwalkan, rapat dihadiri Wali Kota Bandar Lampung Herman HN.
Rolling Pejabat Eselon
Perlu diketahui, pansus hak angket bermula dari kebijakan yang dilakukan Yusuf Kohar saat menjabat Plt wali kota Bandar Lampung pada Februari 2018 lalu.
Kala itu, Yusuf Kohar me-rolling sejumlah pejabat eselon di lingkungan Pemkot Bandar Lampung.
Baca: Buntut Pansus Hak Angket, Wiyadi Sebut Yusuf Kohar Tantang Berkelahi di Hotel Amalia
Dinilai menabrak aturan, DPRD Bandar Lampung menggelar rapat paripurna untuk membentuk pansus hak inisiatif yang dilanjutkan menjadi pansus hak angket.
Akhirnya, DPRD menggelar paripurna untuk menggunakan hak menyatakan pendapatnya, Selasa, 16 Oktober 2018.
DPRD Kota Bandar Lampung sepakat membentuk panitia khusus dugaan pelanggaran dalam pengangkatan pelaksana tugas pejabat eselon II-IV di lingkungan Pemkot Bandar Lampung yang dilakukan Plt Wali Kota Yusuf Kohar.
Pembentukan pansus dilakukan dalam rapat paripurna di gedung DPRD Kota Bandar Lampung yang digelar di ruang sidang paripurna dan dihadiri 30 dari 50 anggota DPRD Lampung, Selasa, 10 Juli 2018.
Rapat yang dipimpin Wakil Ketua I DPRD Hamrin Sugandi itu menyepakati pembentukan pansus diserahkan kepada komisi I dan diketuai oleh Nu’man Abdi.
Sedangkan anggota pansus berasal dari anggota komisi I ditambah tiga anggota, yakni Ketua Komisi II Poltak Aritonang, Ketua Komisi III Wahyu Lesmono, dan Ketua Komisi IV Handrie Kurniawan.
Menurut Hamrin, pembentukan pansus dilatarbelakangi surat usulan komisi I, yang ditindaklanjuti rapat badan musyawarah dan diteruskan ke paripurna. Pansus akan bekerja mulai hari ini.
”Pembentukan pansus dilatarbelakangi usulan komisi I terkait dugaan pelanggaran yang dilakukan Yusuf Kohar saat menjabat Plt wali kota.
Pansus bekerja mulai hari ini. Nanti akan mengundang pihak-pihak terkait seperti BKD, Yusuf Kohar, akademisi, serta pihak lainnya,” kata Hamrin.
Hamrin menambahkan, pansus dibentuk untuk mencari kebenaran dan tidak untuk mencari kesalahan-kesalahan orang lain.
“Ini bukan untuk mencari kesalahan Plt. Tapi, kita cari kebenaran. Karena selama ini Plt menganggap apa yang dilakukannya sudah sesuai aturan.
Tapi, komisi I melihat apa yang dilakukan Plt tidak sesuai. Bahkan, wali kota sudah diklarifikasi, tapi dia tidak mau hadir,” ungkap Hamrin.
Rapat paripurna ini diwarnai interupsi oleh sejumlah anggota.
Wahyu Lesmono mengatakan, sebelum pembentukan pansus, sebaiknya Yusuf Kohar dipanggil untuk diklarifikasi.
Sedangkan Hanafi Pulung meminta anggota pansus ditambah dari anggota komisi lain.
Sempat ribut di hotel
Wakil Wali Kota Bandar Lampung Yusuf Kohar dan Ketua DPRD Kota Bandar Lampung Wiyadi sempat bersitegang di Hotel Amalia, Sabtu (1/9), sekitar pukul 23.00 WIB.
Persitegangan itu diduga karena persoalan dibentuknya panitia khusus (pansus) hak angket oleh DPRD Bandar Lampung.
Diketahui, DPRD Kota Bandar Lampung membentuk pansus hak angket ini guna mengkritisi kebijakan Yusuf Kohar saat menjabat pelaksana tugas wali kota Bandar Lampung pada Februari- Juni 2018.
Saat itu, Yusuf Kohar sempat memutasi sejumlah pejabat di lingkungan Pemkot Bandar Lampung.
Kebijakan memutasi ini dinilai DPRD Bandar Lampung menyalahi aturan. Karena jabatan yang diisi telah ada pelaksana tugasnya.
Sementara saat itu Kohar menilai, kebijakan memutasi tersebut merupakan kewenangan eksekutif dan dia hanya mengisi kekosongan jabatan yang ada.
Selain itu, mutasi untuk mempercepat roda organisasi.
Yusuf Kohar menjabat pelaksana tugas wali kota Bandar Lampung karena Wali Kota Herman HN sedang cuti kampanye Pilgub Lampung 2018.
Beruntungnya, perseteruan tersebut tidak berakhir dengan kontak fisik. Pihak-pihak yang berada di lokasi melerai keduanya.
Meski begitu, situasi sempat memanas karena air gelas yang ada di meja Yusuf Kohar tumpah saat ia berdiri menghampiri Wiyadi.
Ketua DPRD Kota Bandar Lampung yang dikonfirmasi Tribun mengatakan, kejadian bermula saat dirinya ingin pulang namun tiba-tiba Yusuf Kohar berdiri dan menghampiri dirinya.
"Dia ngajak saya berkelahi. Dia bilang kenapa DPRD buat-buat pansus hak angket, sudah idealis benar apa kamu. Saksinya juga banyak," ujar Wiyadi, Minggu (2/9).
Menurut Wiyadi, pansus yang dibentuk DPRD merupakan hak yang diatur dalam tata tertib DPRD.
Langkah itu diambil karena DPRD menilai ada kebijakan yang salah dan tidak sesuai peraturan.
Pembentukan pansus juga berdasarkan persetujuan seluruh fraksi di DPRD Kota Bandar Lampung.
"Tidak masuk akal kalau dia marah karena pansus. Itu hak DPRD yang diatur. Harusnya dia datang dan jelaskan ke DPRD, kalau memang kebijakan dia benar. Tapi dia tidak pernah datang. Padahal eksekutif dan legislatif ini mitra dan kita saling menghargai," tegasnya.
Wiyadi mengaku akan melaporkan kejadian tersebut ke Polda Lampung, pada Senin (3/10).
"Saya intinya akan lapor ke Polda Lampung, karena merasa terancam," katanya.
Bantah
Sementara Yusuf Kohar saat dikonfirmasi membantah dirinya sempat bersitegang dengan ketua DPRD Kota.
"Kata siapa? Tapi kan gak ada gambarnya. Idak katek (tidak ada). Kamu kata siapa," ujar Yusuf Kohar.
Saat ditanyakan apakah dirinya benar menantang Wiyadi lebih dulu, Yusuf Kohar juga membantahnya.
"Kata siapa, kau tanya saja sama dia (Wiyadi). Kau tanya sajalah sama dia. Ya," jelas politisi Demokrat ini.
Saat Tribun menanyakan terkait adanya air gelas yang tumpah di mejanya, Yusuf Kohar juga membantahnya.
"Kata siapa, tidak ada. Kau ngeliat tidak kejadiannya. Ada yang kena gocoh (tinju) tidak. Kamu kan gak liat," jelas Kohar.