Lagi, Warga Lampung Utara Diduga Jadi Korban Lion Air Jatuh, Keluarga Lakukan Tes DNA
Lagi, Warga Lampung Utara Diduga Jadi Korban Lion Air Jatuh, Keluarga lakukan Tes DNA.
Penulis: anung bayuardi | Editor: Reny Fitriani
Menurut CEO Lion Air Edward Sirait, kondisi pesawat Lion Air PK-LQP jenis Boeing 737 MAX 8 itu dinyatakan layak terbang.
Baca: Tim Gabungan Makin Banyak Temukan Potongan Tubuh dan Serpihan Pesawat Lion Air Nahas
"Memang ada laporan mengenai masalah teknis. Dan masalah teknis ini sudah dikerjakan dengan prosedur dan maintenance yang dikeluarkan pabrikan pesawat," jelas Edward Sirait dalam konferensi pers, seperti dikutip Tribunnews.com dari Kompas TV dalam program Breaking News, Senin.
Ia juga menegaskan bahwa hingga posisi Minggu, sebelum berangkat, pesawat dinyatakan layak terbang oleh engineer yang memiliki wewenang untuk merilis pesawat.
"Saya yakinkan bahwa pesawat ini dirilis terbang oleh engineer kami," tegasnya.
Sebelum ini, ia juga menjelaskan pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 merupakan pesawat baru dan generasi terbaru dari Boeing 737-Max generasi kedelapan (Max 8).
Edward menjelaskan, pesawat Boeing 737-Max 8 ini baru saja dibeli Lion Air.
"Baru kami terima 13 Agustus 2018. Sampai di Jakarta 13 Agustus 2018, dan kami terbangkan untuk komersial 15 Agustus 2018. Pesawat ini, pesawat baru, generasi terbaru Boeing 737-Max 8," ujar Edward.
Hal senada dikatakan Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro.
Baca: Deryl, Pengantin Baru yang Jadi Korban Pesawat Lion Air JT 610, Sempat Kirim Pesan
Dia menjelaskan, pesawat tersebut laik beroperasi.
Bahkan, pesawat jenis Boeing 737 Max 8 tersebut baru dua bulan dioperasikan, tepatnya sejak 15 Agustus 2018 lalu.
"Pesawat dengan regitrasi PK-LQP jenis Boieng 737 Max 8. Pesawat ini buatan 2018 dan baru dioperasikan oleh Lion Air sejak 15 Agustus 2018. Pesawat dinyatakan laik operasi," papar Danang melalui keterangan resminya, Senin.
Pesawat ini dikomandoi Kapten Bhavye Suneja dengan kopilot Harvino bersama enam awak kabin.
Menurut Edward Sirait, Bhavye Suneja mengantongi pengalaman 6.000 jam terbang.
"Kapten penerbang ini sudah mempunyai 6.000 jam terbang dan sudah sering membawa pesawat dari Indonesia, dari Manado menuju Cina juga sudah," jelas Edward.
Sedangkan Harvino, menurut Edward, tercatat sebagai kopilot senior.
"Jam terbangnya sudah lebih dari 05.10," jelasnya.
Pesawat tersebut membawa 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak dan 2 bayi dengan 2 pilot dan 5 pramugari.
Dari 178 penumpang, 10 orang di antaranya karyawan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), 20 pegawai Kementerian Keuangan (meliputi 3 pegawai KPKNL Ditjen KN, 5 pegawai KPPN dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan, dan 12 pegawai KPP Ditjen Pajak di Bangka dan Belitung). (*)