Tribun Pringsewu

Tak Ada Firasat Buruk, Ibunda Korban Lion Air asal Pringsewu Berharap Anaknya Segera Ditemukan

Nuni dan keluarga penumpang Lion Air JT 610 lainnya mendapatkan fasilitas menginap di hotel yang disediakan pihak maskapai.

Tribun Lampung/Robertus Didik Budiawan
Eldi dan Rizki menunjukkan foto kakaknya, Wahyu, Senin, 29 Oktober 2018. 

Laporan Reporter Tribun Lampung Robertus Didik Budiawan

TRIBUNLAMPUNG,CO.ID, PRINGSEWU - Hingga hari kedua pencarian korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang, belum ada kepastian nasib Wahyu Aldila (32) dan anaknya, Xherdan Fachridzi (4).

Yuni Hesti (52), ibu Wahyu, mengaku belum memperoleh titik terang soal kabar putra sulungnya itu.

"Belum ada kabar. Belum ada kabar perkembangan info di lokasi kejadian. Jadi belum tahu nasibnya bagaimana," kata warga Lingkungan Pringkumpul III, Kelurahan Pringsewu Selatan, Kecamatan Pringsewu ini melalui telepon, Selasa, 30 Oktober 2018.

Wanita yang biasa disapa Nuni ini saat dihubungi sedang berada di sebuah hotel di Jakarta.

Nuni dan keluarga penumpang Lion Air JT 610 lainnya mendapatkan fasilitas menginap di hotel yang disediakan pihak maskapai.

Menurut Nuni, Lion Air mem-booking hotel tersebut selama 10 hari.

Selain hotel, keluarga korban juga difasilitasi transportasi dan konsumsi selama menginap.

Nuni mengaku telah mendatangi Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Selasa siang.

Petugas telah mengambil DNA Nuni.

Baca: Warga Kotabumi Diduga Naik Lion Air yang Jatuh, Istri Langsung Terbang ke Jakarta

Gunanya untuk mencocokkan dengan DNA putranya jika ditemukan. 

Oleh karena itu, sampai sejauh ini Nuni menunggu hasilnya.

Selama ini, Nuni tidak memiliki firasat buruk apa pun terkait nasib putranya.

Nuni sendiri mengaku tidak tahu jika anak sulungnya itu ke Jakarta.

Nuni mengisahkan, Senin, 29 Oktober 2018 sebelum Subuh, ia memegang ayam.

Setelah itu, ayam yang hendak dipotong itu diikat.

Nuni menunaikan salat Subuh, dan dilanjutkan dengan mencuci piring dan menyapu.

Setelah pekerjaan rumah selesai, Nuni mulai membuat bumbu gulai ayam sambil menonton televisi.

Saat itulah ia melihat tayangan berita jatuhnya pesawat Lion Air rute Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.

"Saya mengambil handphone, niatnya mengabari anak saya (Wahyu). Biasanya kalau ada apa-apa di Bangka Belitung, saya konteklah dia, seperti ada pencurian, kebakaran, kebanjiran, selalu aku kontek," ujarnya.

Sebetulnya, Nuni berniat memberi tahu Wahyu ada pesawat jatuh.

Ia ingin menanyakan keberadaan Wahyu melalui telepon.

Namun, kata Nuni, ponsel Wahyu tidak aktif.

Tidak kurang dari lima kali Nuni menelepon Wahyu, tapi tidak ada jawaban.

Kemudian ia menghubungi adik Wahyu, Eldi, yang bekerja di perusahaan pembiayaan sepeda motor di Pringsewu.

Belum lagi Nuni mengutarakan niatnya, Eldi mengatakan segera pulang ke rumah.

Nuni pun bingung dengan respons anak keduanya.

Setiba di rumah, Eldi meminta Nuni bersabar. 

Begitu melihat berita jatuhnya pesawat, Nuni baru sadar bahwa Wahyu ikut menjadi korban.

"Haduh, ya Allah," ujar Nuni menyebut asma Allah.

Nuni sama sekali tidak tahu anaknya pergi ke Jakarta untuk menonton sepak bola.

Kini Nuni berharap Wahyu segera ditemukan.

Ia juga berharap proses pencarian segera selesai, sehingga jenazah Wahyu dapat segera dimakamkan.

Baca: Usai Nonton Piala Asia U-19, Penumpang asal Pringsewu dan Anaknya Jadi Korban Jatuhnya Lion Air

Warga asal Pringsewu dipastikan menjadi salah satu korban dalam jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang, Senin, 29 Oktober 2018.

Dia adalah Wahyu Aldila (32), warga Lingkungan Pringkumpul III, Kelurahan Pringsewu Selatan, Kecamatan Pringsewu.

Wahyu menumpang Lion Air JT 610 bersama anaknya, Xherdan Fachridzi (4).

Wahyu merupakan putra pertama dari empat bersaudara pasangan Yuni Hesti dan almarhum Rismardi.

Saat berita jatuhnya Lion Air JT 610 muncul di layar kaca, Yuni sedang masak sembari menonton.

Ia tidak menyangka putra sulungnya juga berada di dalam pesawat bahas tersebut.

Sementara Eldi (27), putra keduanya, sedang berada di luar.

Namun, Eldi begegas pulang saat mendapat telepon dari sahabat kakaknya dari Bengkulu sekitar pukul 09.30 WIB.

Dia menginformasikan bahwa Wahyu ikut dalam penerbangan itu.

"Begitu diberi tahu, saya langsung pulang menemui ibu," kata Eldi saat ditemui di rumahnya, Senin petang.

Bagai kilat menyambar, Yuni langsung shock mendengar kabar tersebut.

Ia tak kuasa menahan air matanya membanjiri pipi.

Namun, Eldi tidak memberitahukan bila di dalam pesawat juga ada Xherdan Fachridzi.

Sebab, Xherdan adalah cucu kesayangan Yuni.

Namun, ketika Eldi tengah berbincang dengan Yuni, ada panggilan telepon masuk dari Putri, istri Wahyu.

Baca: Lagi, Warga Lampung Utara Diduga Jadi Korban Lion Air Jatuh, Keluarga Lakukan Tes DNA

Putri memberitahukan Yuni bila Xherdan juga ada di dalam pesawat.

Yuni kembali shock.

Padahal, kata Eldi, pada Rabu, 31 Oktober 2018 Yuni berencana mengunjungi Wahyu dan keluarganya di Desa Padang Baru, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah.

Sebab, Yuni telah dipesankan tiket pesawat oleh Wahyu.

Namun, Yuni bersama anak bungsunya, Dinda, harus terbang lebih awal untuk mengetahui kabar Wahyu dan anaknya.

Yuni terbang ke Jakarta, Senin sore.

Sementara Eldi dan adiknya, Rizki, berencana menyusul melalui jalur darat.

Eldi mengaku akan berangkat ke Jakarta selepas Magrib.

Lokasi yang dituju adalah posko keluarga korban pesawat jatuh di Bandara Soekarno-Hatta.

Eldi menceritakan, kali terakhir bertemu Wahyu dan keluarganya pada saat Idul Adha lalu.

Wahyu bekerja di Pelindo Bangka sejak 2011 silam. Sebelumnya, ia bekerja di Pelindo Tanjung Priok.

Di sana, Wahyu mendapat pasangan hidup dan menikah.

Mereka membangun rumah tangga dan menetap di Desa Padang Baru, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah.

Atas peristiwa nahas itu, Eldi hanya berharap jasad kakak dan keponakannya dapat ditemukan.

Sebab, menurut sepengetahuan dia, yang namanya kecelakaan pesawat sangat kecil kemungkinan selamat.

Baca: Pasutri Asal Metro Sebut Menantunya Diduga Turut Jadi Penumpang Lion Air JT 610 yang Jatuh

Nonton Piala Asia

Fatma tak pernah menyangka menantu dan cucunya menjadi salah satu penumpang Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Senin, 29 Oktober 2018.

Fatma menceritakan, menantunya, Wahyu Aldila (32), dan cucunya, Xherdan Fachridzi (4), berangkat ke Jakarta pada Sabtu, 27 Oktober 2018 lalu untuk menonton langsung pertandingan timnas Indonesia melawan Jepang di Stadion Gelora Bung Karno tadi malam.

"Dia memang satu bulan sekali ke Jakarta. Tapi, kemarin berangkat untuk nonton bola tadi malam. Masih sempat kirim foto pas nonton bola sama istrinya," cerita Fatma di Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang, Senin.

Cucunya memang kerap ikut ayahnya bepergian ke luar kota.

Tadi malam, bahkan cucunya sempat menangis ingin pulang.

Hal ini berbeda dari biasanya.

"Anak saya sedang hamil lima bulan. Tau kabar ada pesawat Lion Air jatuh lagi kerja langsung ke bandara. Anak saya terakhir tadi malam telepon suaminya bilang pulang pesawat pagi naik Lion. Dia langsung panik," katanya.

Saat ini, putri pertamanya sedang pulang untuk menyiapkan keberangkatan ke Jakarta.

Ia didampingi anggota keluarga lainnya masih memilih menunggu di bandara.

"Kita berharap semuanya selamat. Anak saya sedang hamil harus mendapatkan cobaan seperti ini," katanya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved