Tribun Bandar Lampung
VIDEO - Pelaku Teror Bom Transmart Divonis 32 Bulan Penjara, Sang Ayah Menangis Histeris
Bintang membalas pelukan dengan memegang badan ayahnya kuat-kuat. Sang ayah terus memeluk seolah tak mau melepas anak kesayangannya.
Penulis: Okta Kusuma Jatha | Editor: Daniel Tri Hardanto
"Ya saya berharap ringan-ringan. Saya juga sudah meminta maaf kepada pihak Transmart dan masyarakat Lampung," tandasnya.
Hal senada diungkapkan kuasa hukum Bintang, David Sihombing.
Ia juga keberatan atas tuntutan JPU.
"Kami keberatan karena sudah meminta pihak ke pihak Transmart, dan ini kan terduga awalnya diduga teroris. Tapi, ini kan tidak," ucap dia.
Untuk itu, pada persidangan ke depan, David mengaku akan mengajukan pembelaan.
"Ini belum putusan. Kami yakin akan diputus ringan. Kami sangat optimis jika terdakwa tidak bersalah," tandasnya.
Baca: VIDEO - Reaksi Pelaku Teror Bom Transmart Usai Divonis 32 Bulan Penjara
Dalam sidang sebelumnya, Bintang Andromeda didakwa dengan sengaja telah menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat secara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional.
"Adapun perbuatan terdakwa yakni sebagai berikut. Pada hari Minggu, 13 Mei 2018 sekitar pukul 21.00 WIB, terdakwa berada di rumahnya di Jalan KUPT Dikdisbudpar, Desa Banyu Urip, Kecamatan Banyumas, Pringsewu, mendapat informasi adanya aksi bom bunuh diri di Surabaya. Terinspirasi dengan kejadian tersebut, terdakwa membuka kanal YouTube mencari teknik pembuatan bom," ungkap JPU Andri Kurniawan saat membacakan dakwaan.
Setelah mendapat video pembuatan bom, kata JPU, terdakwa pada hari Selasa, 15 Mei 2018 sekitar pukul 06.00 WIB, bertempat di kamar kos-kosan sang pacar, Lady Novelty, Jalan Nusantara VI, Labuhan Ratu, terdakwa merakit bom.
"Saat merakit bom, pacarnya tidak di lokasi. Kemudian terdakwa merakit bom dengan dua botol minuman, tiga petasan, dan lima buah paku," tutur JPU.
Setelah bom rakitan jadi, terdakwa meninggalkan kos-kosan dan pergi bekerja di BFI Finance Lampung untuk menghadiri briefing.
"Sekitar pukul 07.30 WIB, terdakwa membawa bom rakitan tersebut ke kantor. Setelah briefing, terdakwa menggunakan sepeda motor miliknya bernopol BE 8083 UH menuju MBK. Rencananya, terdakwa meletakkan bom rakitan di Bioskop XXI. Namun, karena masih tutup, ia ke basement. Namun, di sana banyak orang dan CCTV. Maka terdakwa mengurungkan niatnya," jelas JPU.
Lalu terdakwa mengalihkan objeknya ke Transmart.
Ia meletakkan bom rakitannya sekitar pukul 10.00 WIB.
"Terdakwa langsung menuju lantai atas di CGV dan langsung ke toilet pria. Kemudian meletakkan bom di toilet paling tengah. Kemudian dia pergi ke rumah keluarganya di Jalan Mayjen Sutiyoso, Kota Baru, Tanjungkarang. Di sini terdakwa mengaku ingin membuat heboh dan viral di sosial media," sebut JPU.
Sekitar pukul 11.00 WIB, Mas Ronifajri melihat bom rakitan yang diletakkan oleh terdakwa. Saksi pertama melapor ke saksi kedua Heliza Noviana untuk kemudian diteruskan ke sekuriti Arif baru dilaporkan ke pihak polisi.
"Atas kejadian tersebut, banyak pedagang dan pengunjung lari keluar, dan pengelola Transmart menutup sementara agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan," sebutnya.
Kemudian, lanjut JPU, dari hasil penyelidikan yang disebut dalam berita acara laboratoris kriminalistik nomor lab 59/BHF/2018 tanggal 18 Mei 2018 yang dibuat Puslabfor Bareskrim Polri cabang Palembang, menyimpulkan bahwa barang yang dirakit oleh terdakwa dikategorikan sebagai bom rakitan/alat peledak yang belum lengkap dikarenakan tidak mempunyai detonator dan power. Namun, isian yang terdapat di serpihan mengandung bahan peledak jenis low explosive," tutur JPU.
JPU pun menerapkan ancaman pidana dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme jo Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-undang. (*)