Tsunami Pesisir Lampung
Beredar Surat Peringatan Air Pasang Capai 1,7 Meter, BMKG Maritim: Tidak Berdampak Tsunami
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Lampung, Sugiono memastikan keaslian surat peringatan tersebut.
Penulis: Noval Andriansyah | Editor: Ridwan Hardiansyah

Saat kejadian, Teguh dan Sahroni bermain di tepi Pantai PPI Bom.
Tiba-tiba, gelombang tinggi datang.
Teguh dan Sahroni berlari untuk menyelamatkan diri.
“Gelombang datang tiga kali. Pertama, merobohkan motor yang kita pakai. Kita kemudian lari. Tapi, gelombang kedua dan ketiga datang,” beber Teguh.
Teguh sempat berpegang pada batu saat gelombang datang.
Pascatsunami, Teguh kehilangan jejak Sahroni.
“Saya nggak tahu dia kebawa ombak apa nggak. Tapi, saya masih belum menemukan dia,” ujar Teguh.
• UPDATE TSUNAMI LAMPUNG BANTEN - Terkubur Reruntuhan Bangunan, Bocah 5 Tahun Ditemukan Selamat
Ayah Peluk Anak Tergulung Ombak
Di Way Muli Timur, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Nasoha (45) tak pernah menyangka bahwa suara gemuruh yang didengarnya merupakan ombak besar.
Ketika tsunami Lampung datang sekira pukul 21.00 WIB, Sabtu (22/12/2018), Nasoha bersama sang anak sedang berada di rumah.

Saat ombak pertama datang, kata Nasoha, ia sempat keluar rumah dan mencari sumber suara.
"Pas keluar, ternyata air sudah naik ke rumah setinggi lutut. Saya cepat masuk lagi ke rumah narik anak untuk keluar," cerita Nasoha, Minggu.
Nasoha sempat mengira air yang memasuki rumahnya hanyalah ombak pasang air laut.
Tetapi, lanjut Nasoha, ombak kedua setinggi empat meter lebih datang, dan langsung menghantam rumahnya.
"Saya nggak sempat ngapa-ngapain lagi. Sama anak cuma bisa pelukan saja. Terus dalam sekejap saya sudah tergulung ombak," tutur Nasoha.
Nasoha mengalami luka robek di lengan kanan dan telinga kanan, serta memar di pelipis mata kiri.