Tsunami Pesisir Lampung
BMKG Lampung: Bulan Purnama Akan Picu Kenaikan Air Laut pada 23-26 Desember 2018
Masyarakat Lampung diimbau untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi pada 23-26 Desember 2018.
Penulis: Daniel Tri Hardanto | Editor: Daniel Tri Hardanto
"Aktivitas terkini, terakhir pada 22 Desember 2018, seperti biasa hari-hari sebelumnya, Gunung Anak Krakatau terjadi letusan. Secara visual, teramati letusan dengan tinggi asap berkisar 300-1.500 meter di atas puncak kawah. Secara kegempaan, terekam gempa tremor menerus dengan amplitudo overscale (58 mm)," tulis keterangan pers Kementerian ESDM dalam laman resminya, Minggu, 23 Desember 2018.
Pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 21.03 WIB, terjadi letusan. Selang beberapa lama, ada info tsunami.
"Pertanyaannya, apakah tsunami tersebut ada kaitannya dengan aktivitas letusan? Hal ini masih didalami, karena ada beberapa alasan untuk bisa menimbulkan tsunami," jelas PVMBG.
Kementerian ESDM melalui PVMBG mencatat, pertama, saat rekaman getaran tremor tertinggi yang selama ini terjadi sejak bulan Juni 2018 tidak menimbulkan gelombang terhadap air laut bahkan hingga tsunami.
Kedua, material lontaran saat letusan yang jatuh di sekitar tubuh gunung api masih bersifat lepas dan sudah turun saat letusan ketika itu.
"Ketiga, untuk menimbulkan tsunami sebesar itu perlu ada runtuhan yang cukup masif (besar) yang masuk ke dalam kolom air laut. Kemudian, untuk merontokan bagian tubuh yang longsor ke bagian laut diperlukan energi yang cukup besar, ini tidak terdeksi oleh seismograf di pos pengamatan gunung api," demikian tertera dalam laporan itu.
• Ahli BPPT Sebut Tsunami Pesisir Lampung Akibat Erupsi Gunung Anak Krakatau
"Masih perlu data-data untuk dikorelasikan antara letusan gunung api dengan tsunami," imbuhnya.
Potensi Bencana Erupsi Gunung Krakatau, Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter kurang lebih 2 km merupakan kawasan rawan bencana.
Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya dari aktifitas G.
Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar dalam radius 2 km dari pusat erupsi.
Sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin.
"Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 23 Desember 2018, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tetap Level II (Waspada).
Sehubungan dengan status Level II (Waspada) tersebut, direkomendasikan kepada masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Krakatau dalam radius 2 km dari Kawah," sebut keterangan tersebut.
Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan jangan memercayai isu-isu tentang erupsi Gunung Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami, serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat. (*)