Tribun Lampung Selatan

Dalam 2 Bulan, Puskesmas Ketapang Data 22 Kasus DBD

Puskesmas Ketapang kembali mengingatkan warga untuk mewaspadai ancaman demam berdarah dengue (DBD).

Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Daniel Tri Hardanto
ABC
Ilustrasi nyamuk aedes aegypti penyebab DBD. 

Dalam 2 Bulan, Puskesmas Ketapang Data 22 Kasus DBD

Laporan Reporter Tribun Lampung Dedi Sutomo

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KETAPANG – Puskesmas Ketapang kembali mengingatkan warga untuk mewaspadai ancaman demam berdarah dengue (DBD).

Pasalnya, tingginya curah hujan saat ini berpotensi meningkatkan kasus DBD.

Apalagi Kecamatan Ketapang termasuk daerah rawan DBD.

Kepala Puskesmas Rawat Inap Ketapang Samsurizal mengatakan, selama Januari hingga Februari 2019 tercatat ada 22 kasus DBD.

Sempat Kejang dan Pendarahan, Perawat RSUD Bandar Lampung Meninggal Dunia Diduga karena DBD

Rinciannya, pada Januari ada 7 kasus dan Februari 15 kasus.

“Pada bulan Februari jumlah kasus DBD meningkat. Kita dalam setiap pertemuan selalu melakukan penyuluhan dan mengimbau masyarakat untuk menggalakkan kegiatan bersih lingkungan sebagai upaya mencegah nyamuk penyebar DBD berkembang biak,” kata dia kepada Tribunlampung.co.id, Senin, 4 Maret 2019.

Menurut Samsurizal, desa dengan kasus DBD tertinggi adalah Desa Pematang Pasir.

Jumlah kasus DBD di desa tersebut sejak Januari lalu hingga akhir Februari ada 12 kasus.

Puskesmas Rawat Inap Ketapang, ujarnya, telah melakukan penyelidikan epidemologi pada daerah ditemukannya kasus DBD.

Kemudian melakukan langkah pemberantasan sarang nyamuk DBD dan melakukan fogging.

“Kita juga tidak pernah berhenti melakukan penyuluhan dan mengimbau kepada masyarakat untuk mengantisipasi DBD dengan gerakan bersih lingkungan melalui 3M Plus,” ujarnya.

163 Kasus DBD di Lampung Selatan

Sepanjang Februari 2019, di Lampung Selatan terjadi 163 kasus demam berdarah dengue (BDB).

Dinas Kesehatan Lampung Selatan pun terus memantau perkembangan kasus DBD.

Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Lampung Selatan Kristi Endarwati mengatakan, jumlah kasus DBD terus bertambah.

 Sempat Kejang dan Pendarahan, Perawat RSUD Bandar Lampung Meninggal Dunia Diduga karena DBD

Pada pekan ketiga bulan Februari, sudah ada 152 kasus DBD.

“Ada peningkatan 11 kasus jika dibandingkan pekan sebelum akhir bulan Februari lalu,” ujarnya, Minggu, 3 Maret 2019.

Kristi mengatakan, kini sudah ada kasus DBD di setiap kecamatan.

Namun kasus DBD tertinggi ada di Kecamatan Natar, Kalianda, Tanjung Bintang, dan Jati Agung.

“Untuk di Bakauheni, Palas, Ketapang juga sudah ada laporan. Begitu juga dengan kecamatan lainnya,” kata dia.

Dia mengatakan, curah hujan saat ini menjadi salah satu penyebab tingginya kasus DBD.

Karena biasanya nyamuk penyebar DBD lebih banyak bertelur di tempat-tempat yang ada genangan airnya.

“Biasanya kalau hujan ini sampah-sampah seperti kaleng atau barang lainnya biasanya ada genangan airnya. Dan ini menjadi tempat nyamuk DBD (aedes aegypti) bertelur,” terang dia.

Kristi mengatakan, angka kasus DBD saat ini sudah mendekati total kasus tahun lalu.

Sepanjang 2018 lalu ada 191 kasus DBD di Lampung Selatan.

Sementara dari data 5 tahun, terlihat ada tren peningkatan setiap 5-6 tahun.

Kasus DBD di Lampung Selatan di tahun 2013 silam sempat cukup tinggi.

 Penderita DBD di Lampung Selatan Terus Bertambah

“Iya memang sepertinya ada pola tren peningkatan. Pada tahun 2013 silam kasus DBD juga cukup tinggi di awal-awal tahun. Dan pada tahun ini pun terlihat dari data cukup tinggi,” terang Kristi.

Dinas Kesehatan pun terus memantau perkembangan kasus DBD pada awal tahun ini.

Mengingat curah hujan memasuki pertengahan bulan Februari ini masih tinggi.

Dinas kesehatan Lampung Selatan pun tidak henti-hentinya mengingatkan pentingnya meningkatkan kebersihan lingkungan dengan pola 3M Plus.

"Kita terus mengimbau masyarakat untuk rajin menguras bak dan membersihkan barang-barang yang bisa menjadi tempat nyamuk bersarang secara rutin. Menggiatkan 3M Plus," kata dia.

Kristi menambahkan, secara teori nyamuk aedes aegypti yang membawa virus DBD memiliki siklus pertumbuhan selama 14 hari sejak larva hingga menjadi nyamuk dewasa.

Karenanya, dengan membersihkan titik-titik yang bisa menjadi tempat nyamuk bertelur secara rutin dapat mencegah berkembangbiaknya nyamuk.

"Kita selalu mendorong masyarakat untuk rutin melakukan kegiatan 3M Plus setiap pekan. Karena ini bisa memutus siklus nyamuk berkembang biak," terang Kristi.

Tetapi langkah fogging dan pemberian abate tetap dilakukan.

Fogging difokuskan pada daerah yang telah terdeteksi adanya kasus DBD guna memburu nyamuk dewasa penyebar DBD.

“Untuk fogging terus kita lakukan. Tetapi fogging ini tidak membunuh telur nyamuk. Hanya membunuh nyamuk dewasa. Yang paling baik itu membersihkan barang-barang yang bisa menjadi tempat nyamuk bertelur dan berkembang biak,” kata Kristi. (Tribunlampung.co.id/Dedi Sutomo)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved