Tribun Bandar Lampung
Masuk Jaringan Abu Hamzah, Terduga Teroris di Bandar Lampung Simpan Bom di Loteng Rumah Tetangganya
Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polda Lampung menangkap seorang terduga teroris berinisial RS alias PS (23), warga Jalan Sam Ratulangi.
Penulis: hanif mustafa | Editor: Teguh Prasetyo
RS pergi tanpa pamit selama satu bulan pada Desember 2018 lalu.
Ia pergi membawa serta adiknya F, berusia 12 tahun, yang masih SD.
"Dia pergi tanpa pamit. Gak bilang-bilang, pergi begitu aja. Gak bawa apa-apa. Dia menghilang satu bulan, membawa adiknya. Jadi saya lapor ke polisi bahwa kehilangan anak," tutur DM, ibu dari RS yang ditemui di rumahnya Jalan Samratulangi, Penengahan Raya, Kecamatan Kedaton, Minggu (10/3/2019).
Saat pergi itu, RS membawa motor. Usai menghilang selama satu bulan, RS tiba-tiba pulang dan tidak cerita apa-apa serta tidak membawa motornya lagi.
"Saya tanya, katanya dia di Serang. Mungkin otaknya sudah kecuci. Gak tahulah," cerita DM.
Namun usai pulang dari Banten, RS kembali pergi entah ke mana selama satu minggu.
"Tapi dia tidak bawa lagi adiknya. Karena selepas balik dari Serang, adiknya langsung saya pisah," tambah DM.
Semenjak pergi ke Serang itu, kata DM perilaku RS mulai berubah.
"Saya itu sempat curiga dengan prilaku anak saya. Saya pesen ke ke dia (RS) jangan sampai melanggar hukum kerena kita ada undang-undangannya," katanya.
Namun pesan ibunya itu rupanya dibantah oleh RS.
"Malah dia jawab bilang jangan takut sama Undang-undang gitu, ya saya bilang sama suami, terus kami cerita sama Bhabinkamtibmas atas perubahan anak saya ini," tandasnya.
• Mimpi Cium Kaki Ibu, Terduga Teroris Asal Lampung Pulang dari Palu
Terpisah Ketua RT 3 LK II Gang Suhada, Penengahan Raya, Saiung Siswomulyono mengatakan, sebelum ditangkap polisi, RS sempat pergi ke Palu setelah sebelumnya pergi ke Serang.
Baru sekitar 20 hari lalu, RS pulang ke rumah orangtuanya. Selama 20 hari itu, RS terlihat tidak pernah keluar rumah.
"Awalnya sih sering keluar ke masjid. Tapi setelah dari Palu di rumah saja," sebutnya.
RS terus dia, baru pulang setelah bermimpi bersimpuh di kaki ibunya.
"Alasan pulang mimpi nyium kaki maknya. Pulang ke sini gak ada ongkos, akhirnya jual handphone," jelasnya.
Pemuda ini dikenal warga sosok yang pendiam dan kurang bersosialisasi sejak kecil.
"Dia itu pendiam, gak pernah menegur siapa pun di jalan baik kawan muda dan orang tua, main selonong boy," ungkapnya.
Menurutnya, RS juga tidak punya teman di Kampung Penengahan. RS juga dikenal tidak suka melihat orgen tunggal.
RS bahkan pernah melempar rumah orang yang sedang menampilkan orgen tunggal.
"Itu sebelum dia pergi ke Banten. Ya, hanya sekali," cerita dia.
RS belum berkeluarga alias masih bujang. Sebelum pergi ke Banten dan Palu, RS sempat berdagang tas di perempatan Sukamenanti.
RS juga pernah menjual batu akik saat musim batu akik.
(tribunlampung.co.id/hanif mustafa)