Kisah Sukses 3 Desainer Lampung, Rekrut Ratusan Ibu Rumah Tangga
Masih banyaknya ibu rumah tangga yang menggantungkan hidup dari penghasilan suami mengetuk hati tiga desainer Lampung.
Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Daniel Tri Hardanto
Dari yang belum menikah hingga sudah ibu rumah tangga.
Dinna sudah mulai merekrut mereka sejak Nuo Lambra pertama kali dibuka pada 2010.
Awalnya baru satu orang. Lalu pada awal 2011, bertambah lagi satu orang.
Sepanjang 2011, bertambah menjadi 15-20 orang.
Saat direkrut, ada beberapa dari mereka yang belum mahir menyelesaikan desain menjadi kebaya, gaun pengantin, dan baju muslim sesuai yang dijual di Nuo Lambra.
Dinna pun memberikan pelatihan kepada mereka.
Pelatihan awal yang diberikan berupa payet. Setelah itu, berlatih menjahit dan memotong bahan.
Pelatihan diberikan oleh karyawan yang sudah lebih dahulu mahir, namun tetap dalam pengawasan Dinna.
"Soalnya jumlah karyawan banyak, jadi tidak mungkin saya latih satu per satu. Saya minta karyawan yang sudah lebih mahir untuk melatih. Kalau dulu saat karyawan masih 15 orang, saya masih bisa melatih sendiri," kata Dinna.
Dinna tak menampik melatih karyawan bukan pekerjaan mudah.
Itu karena daya tanggap masing-masing karyawan berbeda.
Ada yang cepat tanggap, ada yang relatif lama.
Ada yang satu pekan sudah mahir, ada juga yang belum mahir sama sekali.
Namun, Dinna tidak mempermasalahkannya.
Baginya, yang penting karyawan memiliki semangat tinggi dalam berlatih.
Bahkan ia tidak mempermasalahkan saat ada karyawan mundur dan membuka usaha sendiri ketika sudah berlatih.
Itu karena tujuan melatih bukan hanya membantu di toko, tapi juga supaya mereka memiliki keterampilan yang bisa menjadi bekal meraih penghasilan hingga usia berapa pun.
"Keterampilan tidak memandang usia," ujar Dinna.
"Selama masih memiliki keterampilan, di usia senja pun bisa keterampilan itu bisa digunakan untuk mendapatkan penghasilan. Dengan penghasilan itu, ibu-ibu rumah tangga tidak perlu sepenuhnya bergantung pada penghasilan suami, tetap bisa menyekolahkan anak. Jangan sampai anak-anak mereka putus sekolah," tuturnya. (Tribunlampung.co.id/jelita dini kinanti)