Tegal Mas Lampung

Kisah Thomas Riska Jatuh Bangun Menyulap Pulau Tegal Mas, Malam-malam Ngutang Pecel Ayam

Kisah Thomas Riska Jatuh Bangun Menyulap Pulau Tegal Mas, Malam-malam Ngutang Pecel Ayam

Penulis: Andi Asmadi | Editor: Andi Asmadi
TRIBUN LAMPUNG/ANDI ASMADI
FOTO BERSAMA - Thomas Riska (kanan) bersama konglomerat Gunawan Tjandra (2 kanan), anggota DPR RI Henry Yosodiningrat (2 kiri) dan Ahmad Muzani saat berada di Tegal Mas, Minggu (21/7) lalu. 

Dia saksi mata yang melihat bagaimana Thomas Riska dan teman-teman dekatnya membabat hutan, membangun dermaga, membuat villa dan lainnya.

"Perjuangan yang sangat luar biasa dan saya yakin beliau menderita sekali kala itu. Tapi, orang-orang melihatnya sekarang ketika dia sudah sukses mengelola pulau," paparnya.

Thomas Riska pun mengaku banting tulang, bahkan sampai banting harga diri, ketika memutuskan menjadikan Pulau Tegal kawasan wisata bahari.

Tak sedikit air mata yang tumpah, dan begitu banyak doa yang ia panjatkan kepada Allah.

Juga, pengorbanan orang-orang terdekatnya, termasuk istri dan anak-anak, yang kepada mereka ia hampir tak punya waktu lagi.

Ditemani tiga orang yang selalu bersamanya saat membangun pulau, yakni Jaya, Heri, dan Ali, Thomas Riska kemudian menceritakan dari awal dia mendapatkan "amanah" tersebut.

Sekitar 1,5 tahun lalu, ia sedang duduk di bawah pohon di Puncak Mas, kawasan wisata alam yang ia kelola lebih awal. Datang seorang perempuan yang menawarkan asuransi.

Karena Thomas tak berminat, perempuan tersebut kemudian menawarkan tanah di Pulau Tegal Mas. Mulanya Thomas menolak.

Kisah Thomas Riska Bangun Pulau Tegal Mas di Lampung yang Penuh Spot Instagramable

Tapi, setelah beberapa saat, ia jadi tertarik. Kepada Jaya, ia menyampaikan ketertarikannya. "Duitnya dari mana, Bang," kaya Jaya setelah tahu harga tanah itu.

Thomas nekat melanjutkan tawar menawar hingga akhirnya deal pada angka tertentu. Tapi, ketika itu, ia tidak punya uang bahkan untuk downpayment.

Alhasil, surat-surat rumah digadaikan, mobil beserta aset lain dijual.

Boleh dikata, Thomas modal nekat ketika mulai menjamah Pulau Tegal. Modalnya cekak. Tapi, ia berkeras hati.

Sampai-sampai, saudaranya yang PNS menyebut dia "gila" karena tidak melihat prospek apa-apa dari pulau tersebut.

Ketika ia mengerahkan puluhan orang untuk membabat pepohonan di sekitar pantai, kantongnya sedang kosong. Untuk membelikan makanan buat para pekerja, perlu duit banyak.

Ia tak kehabisan akal. Malam-malam ia meminta Jaya untuk menemui penjual pecel ayam di Desa Hanura. Beli? Bukan, ngutang dulu.

Ayamnya dibawa pulang oleh Jaya lalu disimpan di lemari es. Keesokan harinya baru digoreng oleh istrinya. Agar hemat, nasinya dimasak sendiri. Siangnya, menu itulah yang disajikan kepada para pekerja. (andi asmadi/bersambung)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved