Momen Langka, Jenderal Tito Karnavian Cecar Habis Irjen Boy Rafli Amar
Momen Langka, Jenderal Tito Karnavian Cecar Habis Irjen Boy Rafli Amar
"Saya sampaikan apresiasi ke Pak Boy telah selesaikan disertasinya, saya sudah baca. Saya kira cukup banyak referensi dan sudah ada sejumlah kerangka teorinya. Delapan konsep dan kemudian menggunakan metodologi berpijak kepada kualitatif dibanding kuantitatif. Kemudian saya juga apresiasi pemilihan tema tentang manajemen media terutama berhubungan dengan Polri. Namun mungkin tidak ada salahnya menyampaikan pendapat tentang disertasi," ujar Tito.
Tito kemudian menyampaikan sejumlah kritikan terhadap disertasi Boy Rafli dengan bermula menyampaikan tentang disertasi itu sendiri.
Kata Tito, dsertasi berisi dua hal, disertasi di samping harus menuruti norma ke-akademikan, dan kedua substansi yang tidak lain tema masalahnya.
Salah satu penguji sempat menanyakan apa teori baru yang diulas dalam disertasi Boy Rafli Amar.
Menurut Tito, flow disertasi harus dimulai dari problem. Tidak ada penelitian tanpa persoalan
"Jadi yang tertulis dalam ini apa problemnya. Saya melihat dalam tulisan ini, seyogyanya problem could be. Seyogyanya hanya 1 pertanyaan pokok dan di breakdown pada persoalan. Kedua yang lain, menentukan persoalan memberikan hipotesis jawaban sementara atas pertanyaan. Sayangnya setelah kami baca tidak ada hipotesis," ujar Tito.
Kemudian Tito mengomentari bagian akhir disertasi.
"Di bagian akhir muncul saran praktis tapi tidk bertemu hal spesifik untuk seorang dokter. Disertasi S3 isinya sudah harus men-challange teori.
Men-challange itu menemukan teori baru atau paling mudah varian baru.
Kedua mematahkan teori yang ada atau ketiga menemukan teori baru.
Di bagian solusi kisaran praktis tapi tidak teoritis akademis. Apakah ini varian baru teori baru atau mematahkan teori atau menemukan teori baru. Kalau menemukan teori baru excellent.
Kalau mau ditanggapi boleh kalau tidak juga tidak apa-apa," ujar Tito yang disambut tepuk tangan oleh para tamu.
Tito kemudian mengulas soal manajemen media.
Kata Tito, manajemen media disampaikan karena perlu adanya upaya membangun opini publik untuk mendapatkan public support.
"Dukungan publik legitimiasi publik restu publik ini hal penting untuk negara di era demokrasi. Karena itu kekuasaan rakyat. Pemerintah atau rakyat yang ingin survive perlu mendapatkan dukungan publik," ujarnya.
Setelah menguliti isi disertai mantan Kadiv Humas Mabes Polri itu, Tito kemudian mengajukan lima pertanyaan.
"Jadi saat ini jika kita didukung publik, menganggap public support menjadi kritikal bagi polri untuk survive, menurut provendus kita menghadapi demokrasi liberal mana atau pancasila karena beda.
Ini akan menentukan public support kita harus all out atau tidak," ujar Tito.
Dalam sidang disertasi ini, hadir Kapolda Jabar Irjen Pol Rudy Sufahriady, Kadiv Humas Polri M Iqbal hingga Kapolri era 2010-2013, Jenderal (Purn) Timur Pradopo.
Sementara penguji selain Tito Karnavian, yakni :
1. Dr. Dadang Rahmat Hidayat, S.Sos.,SH.,M.Si.
2. Dr. Dadang Sugiana, M.Si.
3. Prof. Deddy Mulyana, MA.,Ph.D.
4. Dr. Edwin Rizal, M.Si.
5. Dr. Atwar Bajari, M.Si.
6. Dr. Ninis Agustini Damayani, M.Lib.
7. Dr. Siti Karlinah, M.Si.
8. Jendral Pol. Prof. H.M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D
9. Prof.Dr.Ir. Mahfud Arifin, M.S. (men)