Inilah Sosok Penyumbang Emas Monas, Dipenjara dan Semua Hartanya Dirampas Soeharto
Inilah Sosok Penyumbang Emas Monas, Dipenjara dan Semua Hartanya Dirampas Soeharto
Markam dipenjara tahun 1966 tanpa proses peradilan yang jelas.
Ketika Soeharto menjadi Presiden RI, Teuku Markam difitnah sebagai PKI dan dituding sebagai koruptor dan Soekarnoisme.
Pada tahun 1966 Teuku Markam dipenjara tanpa ada proses pengadilan.
Pertama-tama ia dimasukkan tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke Guntur, selanjutnya berpindah ke penjara Salemba, Jl. Percetakan Negara.
Lalu dipindah lagi ke tahanan Cipinang, dan terakhir dipindahkan ke tahanan Nirbaya, tahanan untuk politisi di kawasan Pondok Gede Jakarta Timur.
Tahun 1972 ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Subroto selama kurang lebih dua tahun.
Teuku Markam baru bebas tahun 1974. Soeharto, Ketua Presidium Kabinet Ampera I, pada 14 Agustus 1966 mengambil alih aset Teuku Markam berupa perkantoran, tanah dan lain-lain, yang kemudian dikelola PT. PP Berdikari yang didirikan Suhardiman, Bustanil Arifin, Amran Zamzami atas nama pemerintahan RI.
Pada tahun 1974, Soeharto mengeluarkan Keppres N0 31 Tahun 1974 yang isinya antara lain penegasan status harta kekayaan eks PT Karkam/PT Aslam/PT Sinar Pagi yang diambil alih pemerintahan RI tahun 1966 berstatus pinjaman yang nilainya Rp 411.314.924 sebagai modal negara di PT. PP Berdikari.
4. Raga Dipenjara, Harta Dijarah
Penderitaan Markam bukan hanya ketika ia difitnah kemudian dipenjara.
Ada satu lagi kezaliman yang menimpa padanya dan dilakukan oleh pemerintah Soeharto.
Ya, hal tersebut tak lain adalah diakusisinya semua properti dan harta Markam menjadi milik negara.
Kantor, tanah-tanah, bisnis, dan apapun yang jadi milik Markam, diambil oleh pemerintah.
Yang lebih miris, tak sedikitpun hartanya yang disisakan untuk keluarga dan anak-anaknya.
Alhasil, hidup sanak keluarga saudara kaya ini terlunta-lunta padahal sebelumnya sangat berkecukupan.
Setelah Markam keluar di tahun 1974, ia dan keluarganya juga masih kesusahan untuk mengklaim hartanya lagi.
Baca: Sang Komandan Geleng-geleng Lihat Kelihaian Sniper Kopassus, Bos Fretilin Tumbang dari Atas Kuda
5. Nama Markam Tetap Belum Bersih
Bebas dari penjara bukan menjadi hal yang benar-benar bagus bagi Markam.
Ia masih sering mendapatkan pandangan menghina orang-orang karena dianggap sebagai antek PKI.
Padahal Markam jelas berjuang keras untuk bangsa ini, juga untuk orang-orang yang memandangnya sinis itu.
Yang disesalkan Markam dan keluarganya adalah namanya yang tak kunjung dibersihkan.
Bahkan ketika kekuasaan Orde baru tamat, ia juga tak mendapatkan namanya direhabilitasi. Alhasil, sampai tua Markam tetap dianggap pengkhianat.
Padahal apa yang dilakukannya bagi bangsa ini benar-benar besar.
Miris kalau mendengar kisah sosok satu ini. Ia berjuang bagi negara, tetapi sebaliknya malah mendapatkan persiapan yang sangat tidak menyenangkan ini.
Markam sendiri mungkin tidak pernah menyesal, tapi jauh di dalam hati, sosok itu pasti mengatakan ini seperti jadinya, maka tak pernah sudi sendiri membantu Indonesia.
"Bangsa yg kerdil adalah bangsa yg lupa sejarahnya" (Dian Anditya Mutiara/Warta Kota)
SUMBER: Intisari