Dandhy Dwi Laksono Pertanyakan Penangkapannya: Tidak Ada Klarifikasi, Langsung Penangkapan

"Apa iya ini kejahatan yang seurgen itu? Dipanggil di malam hari, tidak ada panggilan sebelumnya, tidak ada klarifikasi, jadi langsung tangkap."

Kompas.com/Fitria Chusna Farisa
Konferensi pers terkait penetapan tersangka Dandhy Dwi Laksono di Kantor AJI Indonesia, Jakarta Selatan, Jumat (27/9/2019). 

"Petugas yang datang sebanyak empat orang. Penangkapan disaksikan oleh dua satpam RT," ujar Irna Gustiawati.

Profil Dandhy Laksono

Dandhy Dwi Laksono dikenal publik sebagai pendiri WatchDoc, rumah produksi yang menghasilkan film-film dokumenter dan jurnalistik.

Sebagai sutradara, dia pernah membesut sejumlah film dokumenter yang dianggap kontroversial seperti "Sexy Killers" dan "Rayuan Pulau Palsu".

Anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia ini juga dikenal sebagai aktivis yang kerap mengkritik pemerintah, termasuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Pada tahun 2017, Dandhy Laksono pernah dilaporkan kepada polisi oleh Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) karena tulisan yang diunggah ke akun Facebook miliknya.

Tulisan itu dianggap menghina Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri sekaligus Ketua Umum PDIP.

Ditangkap 5 hari setelah diskusi tentang Papua dengan Budiman Sudjatmiko

Jurnalis sekaligus aktivis HAM Dandhy Laksono dalam sebuah acara debat dengan politisi PDIP Budiman Sudjatmiko terkait masalah di Papua, di auditorium Visinema, Jakarta Selatan, Sabtu (21/9/2019).

Penangkapan Dandhy Laksono terjadi selang 5 hari setelah dia debat dengan politikus PDIP Budiman Sudjatmiko soal referendum Papua.

Debat berlangsung, Sabtu (21/9/2019).

Dalam debat tersebut, Budiman Sudjatmiko berpendapat bahwa referendum bukan jalan terbaik bagi Papua.

Sedangkan, Dandhy Laksono menilai bahwa referendum bisa menjadi salah satu cara untuk mengakhiri konflik dan pelanggaran HAM di Bumi Cenderawasih.

Menurut Budiman Sudjatmiko, referendum malah berpotensi menimbulkan perpecahan dan menjadikan Indonesia terdiri dari negara kecil yang saling bertentangan.

Proses fragmantasi itu secara geopolitik dikenal dengan istilah Balkanisasi.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved