Kisah 182 Warga Lampung Dipasung, Ganggu Orang Hingga Aniaya Keluarga

Junianto (28), warga Desa Nampirejo, Kecamatan Batanghari, Lampung Timur, dipasung keluarga lima tahun terakhir karena mengalami gangguan kejiwaan

Tribun Lampung/Ikhsan Dwi Nur Satrio
Junianto (28), warga Desa Nampirejo, Kecamatan Batanghari, Lampung Timur, terpaksa dipasung karena mengalami gangguan kejiwaan. 

Namun, Juni tak kunjung sembuh. Bahkan, dokter memvonisnya harus makan obat seumur hidup.

"Segala upaya telah dilakukan untuk mengobatinya. Bahkan sampai tanah terjual. Kita pernah rawat di Rumah Sakit Jiwa Lampung di Kurungan Nyawa selama tiga bulan, hingga masuk fase perawatan jalan. Namun sekembalinya ke rumah, Juni kembali bergejolak, marah-marah, teriak, ngamuk," kata dia.

Menurutnya, keluarga tak mengerti penyakit apa yang diderita adiknya itu.

Perawat tidak memberikan penjelasan detail. Hanya disebut banyak pikiran.

Sahri menceritakan, kondisi adiknya itu terjadi ketika Juni pulang dari ibu kota setelah merantau sebagai buruh bangunan, sekitar tahun 2011.

Ia berubah menjadi sosok pendiam dan tiba-tiba marah.

Lambat laun, perilakunya kian tak terkontrol.

"Ia kerap teriak-teriak, bahkan mengamuk tidak karuan. Melempar barang, memukul, hingga sempat ingin membacok ayahnya. Bahkan sampai mengejar dan teriak mau membunuh," kata dia.

Karena tindak-tanduknya yang semakin mengkhawatirkan dan dinilai bisa membahayakan lingkungan sekitar, keluarga akhirnya memutuskan untuk memasungnya.

"Semenjak pulang itulah. Kalau dari kecil enggak kenapa-kenapa. Sehat. Normal. Memang, di keluarga saya ada empat orang kurang sehat. Itu bapak, kakak dua orang. Sama dia. Tapi mereka ini diam saja. Kalau kerja bisa, yang lain normal lah. Cuma Juni ini yang suka ngamuk. Dulu dipasung di rumah, sekarang sudah kita buatkan kamar," kenang Sahri.

Sahri pun mengaku dilema dengan kondisi sang adik.

"Siapa yang mau begitu. Siapa yang mau sakit. Saya sudah kebal dengan omongan orang, tetangga. Tapi mau gimana. Dibawa ke RS cuma tiga bulan. Suruh pulang lagi ke rumah. Lah, kalau dilepas, terus nanti mukul atau melukai orang, siapa yang tanggung jawab," tuturnya.

Sahri pun bermimpi, jika suatu saat kelak ia memiliki uang lebih akan mengobati adiknya hingga sembuh total.

Hanya, keadaan saat ini tak memungkinkan untuk melakukan pengobatan lebih lanjut terhadap Juni.

"Saya kasihan sama ibu. Karena dia ini cuma nurut sama saya. Sama yang lain (kakak dan ibu) ngamuk. Kalau RS bisa sembuhkan, dirawat di sana bertahun-tahun pun kami ikhlas. Tapi kalau rawat jalan, kita orang kecil. Memang obat gratis, cuma saya ini kuli, kalau antar, berarti enggak kerja. Sudah kita coba dulu, sampai tanah kejual. Jadi yang terbaik saat ini, ya begini (pasung)," tutupnya.

4.139 Warga Sumut Gangguan Jiwa, Ada yang Stres Dipasung 10 Tahun Tak Lolos CPNS

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved