Tribun Lampung Utara
Angin Kencang Robohkan Los Pasar di Lampung Utara, Begini Awal Mula Kejadiannya
Akibatnya satu los pasar di desa Wonomerto roboh akibat 'hantaman' angin kencang, Selasa, 12 November 2019 sekira pukul 17.00 WIB.
Penulis: anung bayuardi | Editor: Noval Andriansyah
Selain hembusan angin dan gelombang tinggi, terus Andi, juga memasuki musim penghujan.
“Tidak jarang di tengah laut muncul badai yang tidak terprediksi sebelumnya,” kata Andi.
Andi mengatakan, sebagian nelayan memilih untuk tidak melaut.
Kalau pun tetap melaut, terus Andi, biasanya di sekitaran pulau-pulau kecil.
Sehingga, imbuh Andi, ketika kondisi cuaca cukup ekstrim, nelayan bisa berlindung di pulau.
“Untuk mengisi waktu, kami memperbaiki alat tangkap, terkadang juga menjadi pekerja serabutan,” ujar Andi.
Kondis ini juga diakui nelayan di TPI Muara Pilu Bakauheni.
Menurut Amir, seorang nelayan, kondisi cuaca saat ini terkadang sulit untuk diprediksi.
Angin kencang kerap berhembus dan gelombang pun cukup tinggi.
Menurut Amir, sebagian nelayan memilih melaut di sekitaran pulau-pulau kecil.
Itu pun, terang Amir, nelayan yang menggunakan kapal besar.
Sedangkan untuk nelayan kapal kecil, ungkap Amir, lebih memilih untuk tidak melaut.
“Kalau kapal-kapal besar masih bisa melaut, biasanya di sekitaran pulau-pulau kecil. Tapi kalau kapal kecil banyak yang tidak melaut. Karena gelombang juga tinggi,” tandas Amir.
• 4 Bulan Nelayan Lempasing Jarang Melaut, BMKG Imbau Nelayan Waspada Angin Kencang
Meski saat ini sebagian nelayan banyak yang melaut, tetapi sejauh ini belum berpengaruh pada harga ikan.
Informasi yang diterima Tribunlampung.co.id, untuk harga ikan di beberapa pasar relatif masih stabil.
Seperti ikan layang sekitar Rp 25 ribu per kilogram, dan tongkol sekitar Rp 27 ribu per kilogram.(tribunlampung.co.id/anung bayuardi/dedi sutomo)