Tribun Lampung Utara

Angin Kencang Robohkan Los Pasar di Lampung Utara, Begini Awal Mula Kejadiannya

Akibatnya satu los pasar di desa Wonomerto roboh akibat 'hantaman' angin kencang, Selasa, 12 November 2019 sekira pukul 17.00 WIB.

Penulis: anung bayuardi | Editor: Noval Andriansyah
Dokumentasi Warga
Warga Desa Wonomerto bergotong royong memperbaiki los pasar desa setempat yang terkena angin kencang, Rabu, 13 November 2019. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KOTABUMI - Angin kencang kembali menerpa Kabupaten Lampung Utara.

Akibatnya satu los pasar di desa Wonomerto roboh akibat 'hantaman' angin kencang, Selasa, 12 November 2019 sekira pukul 17.00 WIB.

Kades Wonomerto, Waskito Yusika membenarkan di tempatnya, ada bangunan yang roboh akibat angin kencang.

Waskito Yusika menceritakan, kejadian tersebut bermula saat hujan turun dengan intensitas sedang mengguyur wilayah setempat.

Kemudian, kata Waskito Yusika, tidak lama datang angin yang langsung merobohkan satu unit los pasar desa Wonomerto.

“Satu Los roboh kemarin di pasar desa kami. Saya langsung ke lokasi dan benar,” ujar Waskito Yusika, Rabu 13 November 2019.

Waspada Serangan ISPA Saat Angin Kencang, Kenali Penyebab, Gejala, dan Pengobatan ISPA

Beruntung, lanjut Waskito Yusika, saat kejadian, pasar dalam keadaan sepi alias tidak ada aktivitasnya.

Kemudian, terus Waskito Yusika, ia langsung bersama dengan warga membersihkan sisa-sisa puing akibat angin kencang itu.

“Kami pagi ini (Rabu) juga bergotong royong dengan warga untuk membangun dan memperbaiki los yang roboh,” papar Waskito Yusika.

Sehari sebelumnya, lanjut Waskito Yusika, ada juga dapur dan kandang kambing milik warga yang terkena angin kencang di desanya.

“Tidak ada korban jiwa juga saat itu,” kata Waskito Yusika.

Warga Desa Wonomerto bergotong royong memperbaiki los pasar desa setempat yang terkena angin kencang, Rabu, 13 November 2019.
Warga Desa Wonomerto bergotong royong memperbaiki los pasar desa setempat yang terkena angin kencang, Rabu, 13 November 2019. (Dokumentasi Warga)

Kepala BPBD Lampung Utara Karim mengimbau, masyarakat mulai melakukan persiapan menghadapi peralihan musim kemarau ke musim penghujan.

Karim meminta, agar masyarakat bisa mengantisipasi kemungkinan terjadi bencana saat musim penghujan.

Beberapa di antaranya, kata Karim, adalah dengan memangkas daun dan ranting di pohon yang besar.

Kemudian, terus Karim, tidak membuang sampah sembarangan serta menjaga kebersihan lingkungan, saluran air dan sungai.

"Membawa payung atau jas hujan selama berkegiatan di luar ruang,” kata Karim.

Untuk jangka panjang, terus Karim, pencegahan bencana hidrometeorologi di musim penghujan bisa dilakukan dengan menanam pohon yang dapat mencegah longsor.

Menanam pohon, terang Karim, sekaligus bisa mengikat air tanah sebagai cadangan saat kemarau panjang tiba.

BMKG Kotabumi Lampung Utara mengingatkan, terjadinya angin kencang saat Lampung memasuki masa peralihan atau pancaroba, dari kemarau ke musim hujan.

Pengamat Meteorologi dan Geofisika Muda BMKG Kotabumi Rudianto, mengatakan musim pancaroba terjadi di akhir Oktober dan awal November.

Cuaca ditandai dengan terik matahari yang sangat panas dan berpeluang puting beliung di sore hari.

Untuk sementara, demikian Rudianto, durasi hujan tidak panjang, namun disertai kilat dan petir berintensitas tinggi.

Sasaran umumnya tempat tinggi, seperti pohon, atap rumah, atau bangunan di sebuah lapangan.

Angin Kencang, Nelayan Tak Melaut

Hembusan angin kencang terjadi di kawasan pesisir Lampung Selatan dalam sepekan terakhir.

Kondisi ini berdampak pada aktivitas nelayan di kawasan pesisir.

Beberapa nelayan memilih untuk tidak melaut, karena hembusan angin kencang dan gelombang tinggi kerap terjadi dalam sepekan terakhir.

Sementara sebagian nelayan masih tetap melaut, meski mencari lokasi-lokasi yang relatif aman.

“Iya sekarang hembusan angin kencang, apalagi kalau malam, gelombang laut juga cukup tinggi,” terang Andi, seorang nelayan di PPI Bom Kalianda, Minggu, 3 November 2019.

Menurut Andi, memasuki akhir tahun memang kondisi cuaca kerap berubah ekstrim.

Apalagi, kata Andi, menjelang pergantian tahun.

Selain hembusan angin dan gelombang tinggi, terus Andi, juga memasuki musim penghujan.

“Tidak jarang di tengah laut muncul badai yang tidak terprediksi sebelumnya,” kata  Andi.

Andi mengatakan, sebagian nelayan memilih untuk tidak melaut.

Kalau pun tetap melaut, terus Andi, biasanya di sekitaran pulau-pulau kecil.

Sehingga, imbuh Andi, ketika kondisi cuaca cukup ekstrim, nelayan bisa berlindung di pulau.

“Untuk mengisi waktu, kami memperbaiki alat tangkap, terkadang juga menjadi pekerja serabutan,” ujar Andi.

Kondis ini juga diakui nelayan di TPI Muara Pilu Bakauheni.

Menurut Amir, seorang nelayan, kondisi cuaca saat ini terkadang sulit untuk diprediksi.

Angin kencang kerap berhembus dan gelombang pun cukup tinggi.

Menurut Amir, sebagian nelayan memilih melaut di sekitaran pulau-pulau kecil.

Itu pun, terang Amir, nelayan yang menggunakan kapal besar.

Sedangkan untuk nelayan kapal kecil, ungkap Amir, lebih memilih untuk tidak melaut.

“Kalau kapal-kapal besar masih bisa melaut, biasanya di sekitaran pulau-pulau kecil. Tapi kalau kapal kecil banyak yang tidak melaut. Karena gelombang juga tinggi,” tandas Amir.

4 Bulan Nelayan Lempasing Jarang Melaut, BMKG Imbau Nelayan Waspada Angin Kencang

Meski saat ini sebagian nelayan banyak yang melaut, tetapi sejauh ini belum berpengaruh pada harga ikan.

Informasi yang diterima Tribunlampung.co.id, untuk harga ikan di beberapa pasar relatif masih stabil.

Seperti ikan layang sekitar Rp 25 ribu per kilogram, dan tongkol sekitar Rp 27 ribu per kilogram.(tribunlampung.co.id/anung bayuardi/dedi sutomo)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved