Cerita Warga Jakarta Liburan Sekaligus Saksikan Gerhana Matahari Cincin di Itera

Mereka sengaja datang untuk menyaksikan langsung fenomena alam langka bernama Gerhana Matahari Cincin (GMC).

Penulis: Joviter Muhammad | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribun Lampung/Ikhsan
Anak-anak menyaksikan fenomena gerhana matahari cincin di kampus Itera dengan menggunakan kacamata khusus, Kamis (26/12/2019). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Puluhan orang berkumpul di lapangan Gedung A Institut Teknologi Sumatera (Itera), Kamis (26/12/2019).

Mereka sengaja datang untuk menyaksikan langsung fenomena alam langka bernama Gerhana Matahari Cincin (GMC).

Tak hanya warga Bandar Lampung, rasa penasaran terhadap fenomena alam yang terjadi belasan tahun sekali ini memikat sejumlah pengunjung wisata dari luar Sumatera.

Salah satunya Dewi, wanita paruh baya yang datang dari Jakarta bersama suami dan tiga anaknya.

Kebetulan, putra sulungnya menimba ilmu di kampus tersebut.

VIDEO Itera Observasi Gerhana Matahari Cincin

Lihat Foto Gerhana Matahari Cincin Sempurna, Terlihat Jelas dari Singkawang

Sejumlah pengunjung menyaksikan fenomena gerhana matahari cincin di halaman Gedung A Itera, Kamis (26/12/2019).
Sejumlah pengunjung menyaksikan fenomena gerhana matahari cincin di halaman Gedung A Itera, Kamis (26/12/2019). (Tribun Lampung/Joviter)

"Sekalian jenguk anak. Kebetulan juga lagi ada pengamatan gerhana, jadi semua keluarga ikut lihat ke sini," ujar Dewi.

Menurutnya, anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar sangat antusias ingin melihat gerhana.

Kendati demikian, Dewi mengaku juga sangat penasaran.

Seumur hidup, kata Dewi, baru kali ini melihat langsung proses terjadinya gerhana dengan bantuan alat.

Biasanya ia hanya mendengar dan melihat tayangan di televisi.

Satu minggu sebelumnya, Dewi diberitahukan anaknya yang kuliah di Itera bahwa pihak kampus akan melakukan observasi terbuka untuk umum.

Dewi tak menyia-nyiakan momen sekali seumur hidup dengan mengajak seluruh anggota keluarga sembari menikmati liburan akhir tahun.

"Lihat pake teropong benar-benar jelas bentuknya. Masya Allah, besar betul kekuasaan Allah," tuturnya.

Sebelum melihat gerhana menggunakan teleskop dan kacamata khusus, ia bersama anaknya mengikuti 'kuliah' singkat.

Dari sini Dewi mendapatkan pemahaman mengenai apa itu gerhana matahari.

Selain itu, Dewi dan sejumlah warga yang hadir diberi pemahaman mengenai bahaya melihat gerhana tanpa bantuan alat atau mata telanjang.

"Katanya bisa menyebabkan kebutaan. Jadi kami disediakan kacamata khusus," jelas Dewi.

Seorang pengunjung menyaksikan gerhana matahari cincin di kampus Itera menggunakan teleskop, Kamis (26/12/2019).
Seorang pengunjung menyaksikan gerhana matahari cincin di kampus Itera menggunakan teleskop, Kamis (26/12/2019). (Tribun Lampung/Ikhsan)

Kekaguman melihat gerhana juga diungkapkan Arum (40), warga Bekasi, Jawa Barat.

Ia tak menyangka bisa melihat gerhana dengan jelas.

Awalnya Arum hanya ingin berlibur di Bumi Ruwa Jurai.

Mengetahui ada info mengenai observasi yang dilakukan di Itera, Arum bersama anak dan suami bergegas menuju lokasi observasi.

"Saya dapat info dari anak saya yang kuliah di ITB. Katanya observasi gerhana juga ada di sini. Jadi nyempetin diri dulu ke sini," ujar Arum.

Pihak kampus menyediakan alat yang dapat digunakan oleh warga dengan bimbingan panitia.

Karena keterbatasan jumlah alat yang disediakan, pengunjung harus bergantian untuk mencobanya.

Koordinator observasi GMC Itera M Isnaenda memaparkan, ada 7 teleskop untuk memantau pergerakan gerhana.

Satu teleskop diperuntukkan operator streaming dan enam lainnya bisa dipakai pengunjung secara bergantian.

Itera juga menyediakan 50 pasang kacamata matahari.

"Kebetulan cuaca cukup mendukung, jadi bisa terlihat dengan jelas dengan bantuan teleskop," ungkap pria yang biasa disapa Nanda ini.

Persiapan dilakukan sejak pukul 08.00 WIB.

Hingga pengamatan pertama dimulai pukul 10.30 WIB.

Menurut Nanda, secara garis astronomis, wilayah Bandar Lampung hanya kebagian GMC 75 persen.

GMC mengalami puncak pada pukul 13.20 WIB dan berakhir pukul 14.30 WIB.

Dosen Sains Atmosfer dan Keplanetan Itera Robiatul Muztaba menambahkan, sebelum mempersilakan pengunjung menggunakan teleskop, pihaknya terlebih dahulu memberi edukasi.

Hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai GMC.

Karena banyak mitos yang melarang untuk melihat langsung gerhana.

Namun sampai saat ini mitos tersebut tak dapat dibuktikan secara ilmiah.

"Dulu mungkin orang tua kita melarang keluar rumah saat terjadi gerhana. Tapi sekarang ini bisa menjadi materi edukasi," terangnya.

Robiatul menilai, banyak mitos yang beredar dan dipercaya masyarakat lantaran kurangnya pemahaman tentang gerhana itu sendiri.

Namun ia meyakini saat ini banyak masyarakat yang tidak memercayai lagi mitos-mitos tersebut.

Sebagai bahan ajar, lanjut Robiatul, fenomena alam yang terjadi puluhan tahun sekali ini perlu diketahui semua orang.

Karenanya, pihak Itera membuka secara umum observasi gerhana matahari di lingkungan sekitar kampus.

Ia menambahkan, kurangnya edukasi mengenai gerhana matahari menjadi sebuah kesalahpahaman.

Robiatul membenarkan gerhana matahari bisa menyebabkan kebutaan mata permanen.

Hampir 100 Pegawai Pemkot Bandar Lampung Lakukan Salat Gerhana Matahari Cincin

Itu jika menatap langsung gerhana matahari dengan mata telanjang.

Karena itu, untuk menikmati fenomena ini wajib menggunakan alat khusus seperti teleskop, kacamata, atau menggunakan metode lubang jarum.

"Logikanya kan gini, saat matahari biasa atau bukan momen gerhana kalau dilihat mata secara langsung tanpa pelindung ya rusak (buta)," jelasnya. (Tribunlampung.co.id/Joviter Muhammad)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved