Fenomena Cold Surge, Angin Dingin dari China yang Masuk Lampung

Fenomena Cold Surge biasa terjadi saat Asia memasuki musim dingin, yakni di wilayah China atau dataran Tibet serta Hong Kong.

Harian Warta Kota/Henry Lopulalan
Ilustrasi - Cold Surge atau Seruakan Dingin. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Masyarakat Lampung harus semakin waspada di musim hujan ini.

Pasalnya, bukan saja banjir yang mengintai, tapi sebentar lagi akan ada fenomena alam 'Cold Surge' atau Seruakan Dingin yang masuk melalui Laut China Selatan (LCS).

Fenomena alam ini akan melintasi hampir seluruh wilayah di Tanah Air, termasuk Bumi Ruwa Jurai.

Seruakan Dingin akan menyebabkan peningkatan intensitas hujan, sebelum akhirnya berlabuh di Samudera Pasifik.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, Cold Surge ini merupakan aliran udara dingin yang berasal dari daratan Asia kemudian menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian Barat.

Atap Rumah Warga Bandar Lampung Terangkat Akibat Angin Puting Beliung

Begini Ciri-ciri Mobil Bekas Terendam Banjir

Soal Fenomena Warna Biru Menyala di Pantai Labuhan Jukung, Begini Kata BMKG Lampung

"Tanggal 5 sampai 10 (Januari 2020). Jadi saya ulangi, sebelumnya curah (hujan) bisa intensitas tinggi karena sekitar tanggal 20-an kami melihat ada gejala masuknya Cold Surge yaitu seruak atau terobosan udara dingin yang masuk lewat Laut China Selatan," ujar Dwikorita di Gedung BPPT 2, Jakarta Pusat, Jumat (3/1/2020).

Fenomena Cold Surge biasa terjadi saat Asia memasuki musim dingin, yakni di wilayah China atau dataran Tibet serta Hong Kong.

"Ini pengaruh dari perbedaan tekanan udara yang ada di China atau Tibet dengan Hong Kong. Bayangkan ada di China, Tibet, Hong Kong, pengaruhnya sampai Jabodetabek dan lainnya," jelas Dwikorita.

Lebih lanjut Dwikorita menjelaskan bahwa wilayah Sumatera Barat akan mengalami intensitas hujan yang cukup tinggi pertama kali karena menjadi gerbang masuk dari fenomena 'Cold Surge' pada 5 Januari 2020 mendatang.

"Arak-arakan aliran udara basah, berjalan di sepanjang equator ini kurang lebih diprakirakan tanggal 5 Januari masuk melalui Sumatera Barat, pantai barat Sumatera," kata Dwikorita.

Ia kemudian menambahkan 'Cold Surge' ini nantinya akan bermuara di Samudera Pasifik.

Namun akan ada beberapa wilayah di Indonesia yang terkena perlintasan fenomena ini.

Nyaris seluruh wilayah di Sumatera akan merasakan dampak yang dibawa oleh 'Cold Surge'. Oleh karena itu,

Dwikorita pun berharap agar semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat dapat memahami secara baik prakiraan yang disampaikan BMKG dalam waktu dekat ini.

"Tujuannya itu maunya ke Samudera Pasifik, intinya ke Pasifik. Tetapi jalurnya melewati Kepulauan Indonesia, masuknya lewat Sumatera bagian Barat, menuju ke Kalimantan, nyenggol ke Jawa, Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung. Sehingga mohon ini diperhatikan prakiraannya," ujar Dwikorita.

Hujan Lebat

Dwikorita pun menekankan akan ada peningkatan intensitas curah hujan selama 5 hingga 10 Januari 2020.

"Jadi pada tanggal tersebut, 5 sampai 10 Januari curah hujan intensitasnya diperkirakan meningkat lagi," kata Dwikorita.

Biasanya, kata dia, intensitas curah hujan mulai meningkat menjelang malam hingga dini hari.

Sementara pada pagi hingga menjelang siang, cuaca masih tergolong aman.

"Tapi kalau sudah menjelang gelap itu biasanya intensitasnya meningkat," kata Dwikorita.

Dalam paparannya terkait prakiraan tersebut, wilayah lainnya di pulau Jawa selain Jabodetabek juga berpotensi dilintasi ‘Cold Surge’.

"Nah jadi untuk wilayah (lintasan) tadi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung kemudian sampai Jabodetabek dan Jawa. Ini Jawa ya, tidak hanya Jabodetabek, jadi DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur itu juga potensi," papar Dwikorita.

Selanjutnya, setelah tanggal 11 hingga 15 Januari 2020, diprakirakan pergerakannya masuk ke Kalimantan Barat.

"Ini terus bergerak ke arah Timur melewati bagian Selatan lalu ke Kalimantan bagian Timur, akhirnya mampir di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara," ujar Dwikorita.

Dwikorita menuturkan bahwa 'Cold Surge' ini diprakirakan akan mulai masuk ke Samudera Pasifik pada 15 Januari 2020.

Ia berharap masyarakat serta pemerintah daerah yang dilintasi 'Cold Surge' ini bersiap untuk menghadapi intensitas curah hujan yang cukup tinggi pada tanggal yang ia sebutkan itu.

"Ini mereka (Cold Surge) berjalan terus, pengaruhnya tanggal 11 sampai 15, itu intensitas tinggi di zona-zona tersebut. Dan 15 (Januari) itu sudah mulai luluh, dan mereka menuju ke Samudera Pasifik," pungkas Dwikorita.

Sementara itu, Kapusdatinkom Badan Nasional Penanggulangan Bencana Agus Wibowo mengatakan sebanyak 22 ton garam siap ditebar di sekitar wilayah Jabodetabek.

Hal tersebut untuk mengatur volume hujan yang turun.

"Sudah disiapkan 22 ton bahan semai(garam). Nanti akan kita tambah lagi stoknya," ujar Agus.

Waspada Petir

Sementara BMKG Lampung memprediksi akan ada peningkatan curah hujan hingga sepekan ke depan untuk Lampung dan sekitarnya akibat Cold Surge.

Ini sebagai pengaruh angin muson Asia yang bergerak dari benua Asia menuju benua Australia.

"Memang suhu air laut Indonesia bagian barat hingga laut Jawa ada kenaikan 30-31 derajat celcius alias menghangat. Dengan peningkatan suhu ini potensi curah hujan tinggi masih terus terjadi," terang Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudy Harianto, kemarin.

Hujan ini berpotensi terjadi dari sore hingga malam hari dengan intensitas sedang hingga lebat. Hujan tersebut diperkirakan terjadi pada tanggal 5-10 Januari 2020.

Selain hujan deras, terus Rudy, dampak lainnya yakni akan berlangsung angin kencang dengan kecepatan di atas 40 km.

"Karakteristiknya mengumpulkan awan kumolonimbus dan sebelum hujan muncul angin yang signifikan mencapai di atas 40 km sehingga perlu diwaspadai," tukasnya.

Rudi mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap dampak yang ditimbulkan dari peningkatan curah hujan tersebut.

"Yang berdampak pada genangan di perkotaan, banjir bandang, tanah longsor dan juga petir. Karenanya bagi warga yang berada di tanah lapang segera berlindung. Hindari berlindung di bawah pepohonan. Sebab pohon mengalirkan listrik," beber dia.

Siaga 24 Jam

Terpisah, Kepala BPBD Bandar Lampung Syamsul Rahman mengatakan pihaknya bersiaga selama 24 jam. Memantau jika terjadi bencana.

Saat ini dalam satu hari 70 personel disiagakan. Jika Bandar Lampung sudah dinyatakan darurat bencana, BPBD bakal menambah kekuatan menjadi dua kali lipat.

"Mereka (personil) ada sift nya masing masing. Namun apabila diperlukan dan kondisi kota darurat bencana kami akan kerahkan semua personil untuk membantu korban," kata Syamsul.

Syamsul menambahkan, saat ini kota Bandar Lampung masih terpantau aman.

Hujan beberapa hari yang lalu belum berdampak parah bagi warga. Karena itu, posko darurat belum perlu untuk di buat.

"Kami ini kan sifat nya menunggu. Begitu ada bencana baru kita turun. Marilah sama sama kita berdoa semoga tidak terjadi bencana," tutup Syamsul. (tribunnews/joviter muhammad/hanif mustafa)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved