Tribun Bandar Lampung
Pemprov Lampung Alokasikan Rp 15 Miliar untuk Bencana Alam, Masuk Pos Anggaran Tak Terduga
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mengalokasikan anggaran untuk penanganan Bencana Alam sebesar Rp 15 miliar.
Penulis: kiki adipratama | Editor: Noval Andriansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mengalokasikan anggaran untuk penanganan Bencana Alam sebesar Rp 15 miliar.
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Lampung Minhairin mengatakan, dana yang dianggarkan untuk Bencana Alam itu termasuk dalam anggaran tak terduga di APBD TA 2020.
"Iya kami ada anggaran biaya tak terduga untuk Bencana Alam, besarannya sebesar Rp 15 miliar," kata Minhairin, Senin (6/1/2020).
"Tapi, itu (anggaran) bukan khusus untuk Bencana Alam saja, dalam artian bisa juga digunakan untuk keperluan tak terduga yang lain," ungkap Minhairin.
Menurut Minhairin, besaran dana tak terduga tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan penyematan jiwa bagi korban Bencana Alam termasuk hal-hal tak terduga lainnya.
• Bencana Alam di Sulawesi Selatan, 30 Orang Meninggal dan 25 Hilang
• Lelang Jabatan Eselon II Pemprov Lampung Dibuka Februari 2020
• Wali Kota Herman HN Lantik 61 Pejabat di Lingkungan Pemkot Bandar Lampung
• BREAKING NEWS - Warga Pulau Sebesi Temukan Bangkai Ikan Paus Sepanjang 5 Meter
Sebab, lanjut Minhairin, berdasarkan pengalaman di tahun sebelumnya, anggaran untuk biaya tak terduga cukup untuk memenuhi keperluan logistik bagi korban Bencana Alam.
"Saya kira sudah cukup, karena seperti bencana di tahun kemarin saja dana itu tidak terpakai semua," sebut Minhairin.
Bangun Jalan
Demi mengantisipasi Banjir, warga Jalan Urip Sumoharjo Gang Burhan RT 12 Way Halim, Bandar Lampung, bergotong royong meninggikan badan jalan.
Intensitas curah hujan yang semakin tinggi dan kondisi drainase yang belum baik, membuat warga mencari solusi agar daerahnya tidak terendam Banjir.
Salah satunya adalah dengan meninggikan badan jalan.
Salah seorang warga Gang Burhan, Rahmat mengatakan, badan jalan ditinggikan sekitar 50 centimeter (cm).
Menurut Rahmat, jika hujan turun, jalan di Gang Burhan kerap terendam air.
Tak jarang, kata Rahmat, air masuk ke rumah warga.
Rahmat mengungkapkan, hal tersebut dilakukan atas inisiatif warga yang tinggal di sekitar Gang Burhan.
"Kalau menunggu dari pemerintah pastinya lama," kata Rahmat, Minggu (5/1/2020).
Rahmat menuturkan, biaya untuk meninggikan badan jalan tersebut didapat dari swadaya masyarakat sekitar.
"Kami iuran untuk membeli semen 5 sak, pasir satu mobil kijang," tutur Rahmat.
"Kami lakukan ini semampu kami saja, jangan sampai masuk lagi air itu ke dalam rumah," imbuh Rahmat.
Pantauan Tribunlampung.co.id, pada Minggu (5/1/2020), selain bergotong royong meninggikan badan jalan, warga juga turun ke dalam dirainase di depan Gang Burhan.
Alhasil, didapati ada tumpukan ban motor di dalam dirainase tersebut.
Tak hanya itu, sampah juga menumpuk di dalam dirainase.
Herman HN Pantau
Wali Kota Bandar Lampung Herman HN melakukan pengecekan drainase di Jalan Pulau Legundi Sukarame.
Herman HN beserta rombongan yang baru saja tiba di lokasi depan toko kue Amor langsung disambut warga sekitar.
Yudis warga Pulau Legundi Jumat (3/1/2020) mengatakan jika sudah diguyur hujan sekitar satu jam lamanya pasti jalan ini akan tergenang.
Tinggi air bisa mencapai sekitar selutut orang dewasa.
"Jadi dirainase ini di bawah ini air tidak mengalir, makanya macet hingga meluap keatas," terangnya.
Dengan jarak kemacetan tersebut sekitar 500 meter dan banyak kendaraan terutama motor jika melintas di sini saat hujan turun pasti akan mati.
Sontak mendengar keluhan warga yang mengadu kepada Wali Kota, orang nomor satu di kota tapis berseri ini langsung memerintahkan untuk petugas Dinas Pekerjaan Umum (DPU) untuk mengecek.
Lalu tak lama kemudian sekitar 10 petugas DPU langsung datang untuk mengeruk drainase yang penuh dengan sampah.
Kemudian direncanakan akan membongkar drainase yang tersumbat tersebut untuk dialiri ke jalur yang lainnya.
Wali Kota Herman HN mengatakan akan membuat jalur lainnya untuk membuang aliran air yang tersumbat.
"Jadi akan dialihkan saluran air tersebut kejalur yang lainnya, karena air tersebut menggenang saat hujan," katanya
Langsung petugas dikerahkan dan berharap beberapa hari kedepan aliran air tersebut sudah bisa digunakan.
Lalu pada saat hujan turun tidak akan ada lagi genangan di sekitar daerah tersebut.
Drainase Tertutup Sebabkan Banjir
Saluran drainase di samping Pos Lantas simpang Golf ditutup diduga menjadi pemicu terendamnya 2 rumah warga Jalan Soekarno Hata RT 13 Kelurahan Way Halim Permai, Kecamatan Way Halim.
Meski dikenal sebagai areal rawan Banjir, namun hujan pada Jumat (6/12) malam sekitar pukul 23.00 WIB menyebabkan air yang masuk ke dalam rumah setinggi dada orang dewasa.
Padahal selama puluhan tahun bermukim di sana, air hanya menggenangi halaman depan rumah.
"Biasanya Banjir cuma sebatas mata kaki," ungkap Ratani Sijabat (62) salah satu warga yang jadi korban keBanjiran, Selasa (17/12).
Ratani mengatakan pada malam itu dirinya sedang berada di Rumah Sakit.
Ia terkejut mendengar kabar dari sang anak bahwa seluruh perabotan rumah sudah terendam Banjir.
Ternyata derasnya debit air karena tanggul penahan saluran air depan rumah jebol.
Untuk mengurangi air masuk, kedua anak Ratani berupaya dengan mencoba menutup tanggul yang jebol dengan alat seadanya.
Upaya itu tak membuahkan hasil sehingga aliran air terus masuk kerumahnya.
"Akhirnya dari tengah malam sampai subuh anak saya yang kuras air," katanya.
Setelah ditelusuri yang menjadi pemicu Banjir dan jebolnya tanggul di depan rumah karena tersumbatnya drainase.
Sumbatan itu bukan karena sampah melainkan sudah di tutup secara permanen.
Ratani sendiri tak mengetahui siapa yang menutup aliran air yang mengarah ke Jalan Urip tersebut.
Ratani merinci kerugian yang dialami tidak sedikit.
Seluruh peralatan elektronik seperti televisi, kulkas, mesin air dan mesin cuci mengalami kerusakan.
Belum lagi, lanjut Ratani, dokumen penting seperti ijazah rusak terendam Banjir.
"Dulu gak pernah separah ini. Kami minta kepada pemerintah untuk membongkar sumbatan saluran air. Agar saat hujan rumah kami tidak keBanjiran lagi," tandasnya.
Sementara itu Ketua RT 13 Sang Sutrisna mengatakan drainase tersebut ditutup oleh warga RT 12.
Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi Banjir di wilayah mereka.
"Kalau dibuka akan lebih banyak lagi rumah yang keBanjiran. Untuk solusinya kami akan melaporkan dulu ke pihak kelurahan," tutupnya. (Tribunlampung.co.id/Kiki Adipratama/Bayu Saputra/Joviter Muhammad)