Tribun Lampung Selatan
Kisah Pembuat Kunci Duplikat di Lampung Selatan, Bertemu Presiden Jokowi Berkat Kegiatan Literasi
Sebagai seorang pembuat kunci duplikat, dirinya tidak pernah bermimpi bisa bertemu dan berjabat tangan langsung dengan presiden Jokowi.
Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Reny Fitriani
Laporan Wartawan Tribunlampung Dedi Sutomo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA - Lalulalang kendaraan di jalan lintas Sumatera (Jalinsum) di Dusun Muara Bakak, Bakauheni, cukup lengang pada Sabtu (1/2) siang kemarin.
Mendung terlihat menghiasi langit.
Di sebuah kios kecil, seorang pria berusia mendekati 50 tahun asyik dengan pekerjaannya merapikan kunci duplikat pesanan seorang pelanggan.
Sesekali ia masuk ke ruang khusus, tempat mesin untuk membuat kunci duplikat.
Suara mesin pun menderu, saat ia membentuk pola pada kunci duplikat hingga menyerupai kunci aslinya.
• Kisah Tragis Peserta CPNS Batal Ikut Tes SKD karena Terlambat Sekian Detik
• Kisah 9 Mahasiswa Lampung Terjebak di China karena Takut Tertular Virus Corona
• Sudah Berlari-lari, 10 Peserta Tes SKD CPNS 2020 Terpaksa Gigit Jari
• Ditinggal Istri Pergi, Pria asal Candipuro Cabuli Anak Tirinya
Setelah selesai, lalu kunci duplikat dirapikan kembali menggunakan alat kikir.
Agar sudut pada pola kunci benar-benar rapi, seperti kunci aslinya.
Tidak berapa lama, dua orang ibu rumah tangga datang.
Kedua pelanggannya ini hendak mengambil pesanan kunci duplikat yang telah dipesan sebelumnya.
Setelah membereskan pekerjaannya, pria yang memiliki postur tubuh sedang itu bersiap untuk menutup kios pembuatan kunci duplikat miliknya.
Meski waktu baru menunjukan pukul 13.30 WIB.
Sabtu sore kemarin, pria yang bernama Ardiyanto ini memiliki agenda keliling dusun di wilayah Bakauheni, sembari membawa buku bacaan untuk anak-anak.
Selain berprofesi sebagai pembuat kunci duplikat, Ardiyanto yang tinggal di Dusun Kayu Tabu Desa Klawi, Bakauheni ini juga seorang penggiat literasi.
Ia tergabung di penggiat literasi Perahu Pustaka, Bakauheni.
Sore kemarin, ia memiliki agenda menyambangi anak-anak di Dusun Pematang Macan Desa Klawi, membawakan buku bancaan gratis bagi mereka.
Dirinya pun mengajak Tribunlampung.co.id untuk ikut dalam kegiatan literasinya ke Dusun Pematang Macan pada Sabtu sore kemarin.
Usai menutup kios pembuatan kunci duplikat miliknya, Ardiyanto pun pulang ke rumahnya di Dusun Kayu Tabu.
Sebelum melakukan kegiatan literasi keliling dusun, dirinya beristirahat sejenak di rumah dan menyiapkan buku bacaan yang akan dibawanya.
Sembari dirinya memilih buku bacaan yang akan dibawanya ke Dusun Pematang Macan, Pria kelahiran 1971 di Balaraja, Tanggerang ini, bercerita kisah dan pengalamannya tergabung dalam aktivis penggiat literasi di Lampung Selatan.
Ia mulai ikut dalam kegiatan penggiat literasi pustaka bergerak sejak tahun 2017.
Saat itu Ardiyanto ikut bersama dengan Ratmiadi, karyawan PT ASDP Merak yang tinggal di Desa Klawi, yang membentuk Perahu Pustaka.
Awal berkegiatan sebagai penggiat literasi dilakukannya dengan penuh perjuangan.
Bapak dari 4 orang anak ini pernah harus memanggul kotak kardus berisi buku bacaan sejauh 8 kilometer berjalan kaki guna menyambangi anak-anak di satu dusun.
“Pertama ikut, buku bacaan belum banyak. Pernah buku terkena hujan dan basah. Harus dijemur untuk dikeringkan. Pernah juga saya memanggul kotak berisi buku sejauh 8 kilometer,” kata dia sembari mengumpulkan buku-buku bacaan yang akan dibawanya untuk ke Dusun Pematang Macan.
Tidak hanya harus memanggul buku bacaan berjalan kaki, pada awal menekuni kegiatan sebagai penggiat literasi, Ardiyanto pun disangka pedagang buku keliling oleh para orangtua.
Tapi pengalaman awal ikut sebagai aktivis penggiat literasi ini terus memacu semangat dirinya.
Ikutnya ia pada kegiatan literasi, didasari oleh ke prihatinan dirinya melihat anak-anak di dusun tempat tinggalnya dan beberapa dusun lainnya di Bakauheni yang agak lambat bisa pandai dan lancar membaca.
Ardiyanto melihat, sulitnya anak-anak mengakses buku bacaan menjadi faktor penyebab lambatnya mereka bisa membaca dengan lancar.
“Saya mendapati ada anak yang sudah duduk di bangku kelas 2 SD, tetapi membacanya belum lancar. Saya melihat, selain belajar di sekolah, mereka tidak lagi punya fasilitas buku bacaan di rumah,” kata pria yang pernah berkeliling ke beberapa kabupaten/kota di Lampung untuk kegiatan literasi ini.
Ardiyanto telah memilih buku bacaan yang akan dibawanya ke Dusun Pematang Macan.
Sabtu sore kemarin buku bacaan yang dipilihnya khusus untuk anak usia sekolah taman kanak-kanak (TK) dan SD.
Biasanya dalam sepekan, dua kali ia berkeliling ke dusun-dusun membawa cuku bacaan untuk anak-anak.
Ia banyak melakoni aktivitas literasinya kepada anak-anak pesisir pantai di Bakauheni.
Sembari memasukan buku bacaan yang akan dibawanya ke dalam tas, ia melanjutkan cerita pengalamannya.
Satu hal yang tidak akan terlupakan olehnya pada pertengahan bulan September 2017, ia mewakili Perahu Pustaka bertemu Presiden Joko Widodo.
Pertemuan itu pada saat peresmian gedung baru perpustakaan nasional (perpusnas) di Jakarta.
Dimana, para penggiat literasi mendapatkan undangan.
Pada saat itu, Presiden Jokowi juga memberikan bantuan sepeda motor untuk para penggiat literasi.
Perahu Pustakan pun mendapatkan bantuan sepeda motor dari Presiden Jokowi.
“Saya menerima langsung penyerahan bantuan secara simbolis sepeda motor dari bapak Presiden Jokowi,” kata Ardiyanto.
Bisa bertemu dengan Prsedien Jokowi secara langsung merupakan hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Ardiyanto saat awal ikut dalam aktivis penggiat literasi.
Sebagai seorang pembuat kunci duplikat, dirinya tidak pernah bermimpi bisa bertemu dan berjabat tangan langsung dengan presiden Jokowi.
Tidak hanya menghantarkan Ardiyanto bertemu langsung dengan Presiden.
Kegiatan penggiat literasi yang digelutinya sekarang, juga menghantarkannya bisa bertemu dengan beberapa sosok public figure, seperti Najwa Shihab dan mantan Menteri Pendidikan sebelumnya, Muhaji Efendi.
Pada tahun 2018 lalu, dirinya mendapatkan penghargaan dari IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia).
Saat menerima penghargaan tersebut, dirinya juga bertemu dengan penggiat dari Negara German, Anja Von Kampen.
Ardiyanto pun mendapatkan dukungan penuh dari sang istri, serta 4 orang anaknya dalam berkegiatan sebagai aktivis penggiat literasi.
Bahkan sang istri yang juga guru PAUD, tidak jarang ikut bersama dirinya berkeliling dari dusun ke dusun.
Kini, dirinya lebih mudah menjalankan aktivitas kegiatan literasinya dengan bantuan hibah bantuan sepeda motor dari Presiden Jokowi.
Untuk buku bacaan, dirinya bersama dengan perahu pustaka juga mendapatkan bantuan dan sumbangan dari berbagai pihak.
“Sekarang ada free kargo di kantor pos untuk pengiriman buku bagi penggiat literasi. Kita mendapatkan bantuan buku bacaan dan sumbangan dari berbagai pihak,” kata dia.
Kini di rumahnya di Dusun Kayu Tabu, Ardiyanto memiliki pustaka mini dengan koleksi buku sebanyak sekira 1.000 eksemplar.
Ia membuka pustaka mininya untuk anak-anak atau warga di Dusun Kayu Tabu meminjam.
Buku-buku ini pulalah yang menjadi bekal dirinya berkeliling dari satu dusun ke dusun lainnya.
Ardiyanto pun memiliki mimpi, bisa membuat pojok baca (pustaka mini) di setiap dusun di Bakauheni.
Ia ingin anak-anak yang tinggal di dusun terpencil tidak lagi sulit dalam mengakses buku bacaan.
Mentari pun mulai menggelincir ke barat.
Waktu menunjukan pukul 15.00 WIB WIB, setelah menyiapkan buku bacaan yang akan dibawanya, Ardiyanto pun berpamitan dengan sang istri.
Menggunakan sepeda motor bantuan dari Presiden Jokowi, ia berangkat menuju dusun Pematang Macan yang berjarak sekira 4 kilometer dari Dusun Kayu Tabu.
Di pos ronda di Dusun Pematang Macan, terlihat beberapa berkumpul. Beberapa orang tua juga terlihat berbincang santai sore itu.
Setibanya di tempat anak-anak, Ardiyanto pun mengeluarkan buku bacaan dari tas yang dibawanya.
Selang beberapa saat, sekira 10 anak di Dusun Pematang Macan pun langsung memilih buku bacaan yang disenanginya.
Mereka pun larung membaca buku-buku cerita yang dibawa Ardiyanto.(Tribunlampung.co.id/Dedi Sutomo)