Dikira Demam Biasa, Bocah di Lampung Utara Tak Sembuh Dirujuk ke 3 RS hingga Meninggal
Dikira Demam Biasa, Bocah di Lampung Utara Tak Sembuh Dirujuk ke 3 RS hingga Meninggal
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KOTABUMI - Seorang bayi di Kotabumi, Lampung Utara meninggal dunia seusai mengalami demam.
Awalnya, keluarga menganggap Aulia Rahma (11) hanya mengalami panas biasa dan tidak membawanya ke rumah sakit.
Setelah beberapa tak sembuh, Aulia kemudian dibawa ke puskesmas tapi juga tak mengalami perubahan.
Ternyata, Aulia didiagnosa sakit demam berdarah dengue.
• Kasus Bocah Meninggal karena DBD di Lampung Utara, Apa Bedanya DBD dan Demam Biasa?
• Ada 86 Kasus DBD Selama Januari 2020 di Lampung Selatan
• Peserta Tes Jasmani Sekolah Inspektur Polisi Sempat Drop Lihat Rekannya Pingsan Lalu Meninggal
• Cerita Wanita Hamil di Lampung Melahirkan Saat Hendak Ikut Tes CPNS, Sempat Kontraksi di Lokasi Tes
Karena kondisinya yang sudah parah, Aulia akhirnya dirujuk ke RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Karena kondisinya semakin melemah, Aulia tak dapat bertahan.
Bocah ini meninggal dunia pada Senin (3/2/2020) sekitar pukul 07.15 WIB.
Kronologi
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) menelan korban jiwa di Lampung.
Aulia Rahma (11), bocah yang tinggal di Jalan Hamimi Fairal Mega Nomor 095, Kelurahan Kotabumi Udik, Kecamatan Kotabumi, Lampung Utara, meninggal dunia karena DBD, Senin (3/2/2020).
Idhamsyah (35), paman korban, membenarkan bahwa Aulia meninggal dunia karena DBD.
Idhamsyah menceritakan, awalnya, siswa kelas V MI Al Islamiyah itu diduga mengalami demam biasa sejak Kamis (30/1/2020).
Saat itu, buah hati pasangan Koharipandi dan Sari itu, sempat dibawa ke Puskesmas Kotabumi Udik.
Karena tidak ada perubahan, Aulia dibawa ke Rumah Sakit Maria Regina, Kotabumi.
Akhirnya mereka membawa korban ke IGD RSUD Ryacudu, Kotabumi.
"Memang saat di IGD itu trombosit keponakan saya hanya mencapai 37 ribu," kata Idhamsyah.
Belum cukup sampai di situ, Aulia dirujuk ke RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung untuk menjalani observasi, Minggu (2/2/2020).
Karena kondisinya semakin melemah, Aulia tak dapat bertahan.
Bocah ini meninggal dunia pada Senin (3/2/2020) sekitar pukul 07.15 WIB.
Sebelum mengembuskan napas terakhir, kata Idhamsyah, Aulia sempat berteriak kesakitan.
"Emak, sakit. Suara itulah yang terdengar dengan lantangnya. Keluarga merasa aman dan berharap bisa sembuh," imbuhnya.
Namun, ternyata itulah kalimat terakhir yang diucapkan Aulia.
Idhamsyah menceritakan, sebelum meninggal dunia badan Aulia sangat dingin.
Setelah itu diikuti keluarnya darah dari hidung korban.
8 kecamatan rawan
Sebelumnya, sebanyak 4 warga dilaporkan terkena penyakit demam berdarah dengue (DBD).
• 12 Kasus DBD di Lampung Barat Sepanjang Januari 2020
• Mutasi Besar-besaran di Tubuh Polri, Kepala BNNP Lampung hingga Kapolres Diganti
• Reaksi Wakapolda Lampung Lihat Kondisi Anak Buah Tewas karena Dikeroyok Massa
Keempatnya merupakan warga Desa Ketapang, Sungkai Selatan.
"Namun satu yang sudah dinyatakan terkena DBD, dirawat di RS Handayani. Ketiga lainnya masih dilakukan obeservasi oleh petugas dari rumah sakit," kata M Yusuf, kepala seksi pengendalian penyakit, Diskes Lampung Utara, Senin 6 Januari 2020.
Menurut Dia, setelah mendapat laporan adanya warga yang terkena DBD, pihaknya langsung melakukan penyemprotan (fogging) di rumah warga tersebut.
"Hari ini langsung kami fogging di rumahnya," terangnya.
Untuk wilayah yang rawan atau banyak warga yang terkena DBD, Yusuf menyebut ada delapan kecamatan yang harus mewaspadainya penyebaran DBD.
Yakni kecamatan Kotabumi, Kotabumi Utara, Kotabumi Selatan, Abung Selatan, Blambangan Pagar, Bunga Mayang dan Bukit Kemuning.
"Berdasarkan tahun -tahun sebelumnya penderita DBD terbanyak dari delapan kecamatan itu," ujarnya.
Untuk chikungunya, pihaknya belum mendapatkan laporan korban penderita chikungunya.
Ia mengatakan dengan meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular
DBD.
"Jadi kita lakukan pencegahan dengan menggulirkan program pemberantasan sarang nyamuk," terang Dia.
Dia juga mengimbau masyarakat agar menerapkan pola hidup bersih dan menggalakkan kampanye Gerakan 3M plus dan melaksanakan gerakan gotong royong.
"Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara 3M Plus merupakan salah satu upaya pencegahan yang paling efektif dan efisien. Dan ini fapat dilakukan oleh semua masyarakat," paparnya.
Gerakan 3 M plus yakni Mengubur, Menguras, Menutup, dan Menabur bubuk abate ke tempat penampung air.
"Salah satunya melakukan fogging serta menyosialisasikan kepada masyarakat agar bisa menjaga kebersihan dengan (3M) Menguras, Mengubur, Mencegah," tandasnya.
Kenali Perbedaan Demam Dengue dan DBD, Gejala dan Pencegahannya
Saat musim hujan telah tiba, ada banyak penyakit yang bisa menghampiri manusia.
Salah satunya demam berdarah dengue (DBD).
dr Isura Febrihartati dari Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek mengatakan, selain DBD ada juga DD (demam dengue).
Bedanya Demam Dengue tidak ada pecahnya pembuluh darah plasma tapi DBD ada pembuluh darah plasma yang pecah.
Namun baik DD maupun DBD sama-sama disebabkan nyamuk aedes aegypti.
Ciri-ciri nyamuk itu adalah tubuhnya berwarna hitam putih dan banyak hidup di air bersih.
"Tapi tidak menutup kemungkinan, nyamuk itu bisa hidup di genangan air yang biasanya muncul di musim hujan. Untuk itu saat sudah memasuki musim hujan sebaiknya waspada dengan nyamuk itu," kata dr. Isura
Ciri-ciri DD adalah demam 39-40 derajat celcius selama 2-7 hari.
Pada hari 3-4 timbul ruam kulit makulopapular/rubeolliform.
Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie pada kaki bagian dorsal, lengan atas, dan tangan. Convalescent rash, berupa petekie mengelilingi daerah yang pucat pada kulit yang normal, dan dapat disertai kulit yang gatal.
Sedangkan dalam DBD terdapat tiga fase yakni fase demam, kritis, dan masa penyembuhan. Fase demam adalah demam tinggi 2-7 hari, dapat sampai 40 derajat celcius, dan terjadi kejang demam.
Selain itu dijumpai facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorokan dengan faring hiperemis, nyeri dibawah lengkung iga kanan, dan nyeri perut
Sedangkan pada fase kritis terjadi puncak kebocoran plasma, sehingga pasien dapat mengalami shock hipovolemik.
Pada fase ini penting untuk mengenali warning sign untuk mengatasi syok.
Warning sign terjadi menjelang akhir fase demam antara hari 3-7.
Tanda awal berupa muntah terus menerus dan nyeri perut hebat. Perdarahan mukosa spontan atau perdarahan ditempat pengmbilan darah merupakan manifestasi perdarahan penting
Lalu sering ditemukan hipatomegali.
Terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 sel / mm3, kenaikan hematokrit diatas data dasar dan leukopenia (≤5000 sel/mm3).⁴
Kemudian fase penyembuhan. Dalam fase ini apabila pasien dapat melalui fse kritis selama 24-48 jam, terjadi reabsorbsi cairan dari ruang ekstravaskular keruang intravaskular, yang berlangsung secara bertahap 48-72 jam
Fase penyembuhan ditandai dengan deuresis membaik dan nafsu makan kembali merupakan indikasi untuk menghentikan cairan pengganti.
Gejala umum dapat ditemukan sinus bardikaria/aritmia dan karakteristik confluent petechial rash seperti pada DD.
Masa pengobatan DBD hingga sembuh membutuhkan waktu satu sampai dua minggu.
Tapi tidak semua pasien DBD harus menjalani rawat inap dirumah sakit untuk mengobati DBD.
Pasien yang menjalani rawat inap adalah pasien yang mengalami demam tinggi, pendarahan (misal mimisan dan muntah darah), serta pasien yang mengarah ke kondisi gawat darurat.
DBD Bisa Dicegah
Caranya dengan makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup. Kemudian perhatikan kebersihan lingkungan dengan melakukan 3M (menguras, menutup, dan mengubur).
Langkah pencegahan selanjutnya adalah dengan melakukan fogging dan menggunakan bubuk abate.
Fogging dapat mematikan nyamuk jerawat. Sedangkan bubuk abate bisa mematikan jentik pada air.
Lalu gunakan pakaian lengan panjang dan celana panjang.
Gunakan juga obat penangkal nyamuk mengandung DEET pada bagian tubuh yang tidak terlindungi. Jika mengalami demam tinggi, segera minum obat penurun panas. (Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra)