Pengakuan Pemilik WO Pandamanda yang Tipu Puluhan Calon Pengantin

Dalam sepekan, AS mengklaim, Pandamanda rata-rata bisa melangsungkan 4 pesta pernikahan sekaligus.

Editor: taryono
kompas.com
Pengakuan Pemilik WO Pandamanda yang Tipu Puluhan Calon Pengantin 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - AS, pemilik wedding organizer Pandamanda yang juga tersangka dugaan penipuan jasa penyelenggaraan pernikahan, membeberkan sejumlah pengakuan.

Ia mengaku, tantangan terberat dalam menukangi wedding organizer yang beralamat di Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat itu, ialah mengelola sumber daya manusia ( SDM).

"Kami mulai (beroperasi sejak) 2013. Kami sih (kesulitan utama) pasti di SDM," ujar AS kepada wartawan di Mapolres Metro Depok, Rabu (5/2/2020).

Penggelapan dana oleh Pandamanda terungkap, setelah salah satu klien melapor ke polisi karena pesta pernikahannya tak dilengkapi katering, yang dananya sudah ditransfer ke rekening Pandamanda pada Minggu (2/2/2020).

Kisah Calon Pengantin Terancam Batal Nikah Gara-gara Tertipu WO Bodong, Prasetyo Sudah Pupus Harapan

Marion Jola Putus dengan Julian Jacob lalu Posting Gaun Pengantin

Calon Pengantin Ditangkap Polisi, Terancam Gagal Nikah Gara-gara Ingin Hapus Cicilan Motor

Menangis di Sidang Kode Etik, Ini Hukuman Polwan Perwira yang Tepergok Selingkuh

AS mengaku, peristiwa itu jadi kegagalan pertama Pandamanda mengelola dana calon mempelai.

Berbeda dengan versi polisi yang menyatakan bahwa Pandamanda mulai limbung pada 2018, sehingga mereka mulai menyunat paket pernikahan yang mestinya diberikan pada klien.

AS mengklaim, kejadian pada Minggu (2/2/2020) ketika katering tak hadir di pesta pernikahan disebabkan oleh kesalahan manajemen yang berujung keterlambatan pengiriman semata.

Mismanajemen tersebut, kata dia, tak terlepas dari sulitnya mengelola SDM.

"Bisa ada klien yang enggak dapat fasilitas kemarin (2 Februari 2020) itu kasusnya juga karena SDM. Kan satu hari itu kami ada 10 (event pernikahan sekaligus)," kata dia.

"Jadi kendalanya ya di transportasi, ya secara umum di SDM itu," imbuh AS.

AS mengaku dibantu sekitar 10 pegawai dalam mengelola Pandamanda.

Enam di antaranya adalah pegawai tetap yang tiap bulan ia gaji dengan kisaran Rp 1-1,8 juta.

Gaji pegawai itu bisa ia kucurkan lewat keuntungan Pandamanda yang tidak begitu besar.

"Keuntungan ada sedikit sih, yang penting kami event-nya jalan dulu saja. Kurang lebih keuntungan per event Rp 5 juta," ujar AS.

Dalam sepekan, AS mengklaim, Pandamanda rata-rata bisa melangsungkan 4 pesta pernikahan sekaligus.

Asumsinya, 2 di hari Sabtu dan 2 di hari Minggu.

"Sekarang kurang lebih sudah masuk sekitar 50 lebih order sampai Januari 2021. Cuma, ada bulan-bulan yang kosong. Enggak semuanya full," tutur AS dengan baju tahanan.

"Itu semua rata-rata bayar DP (down payment/uang muka). Ada yang Rp 10 juta, ada yang Rp 25 juta. Kami ada uang masuk, kami gunakan untuk operasional. Lalu kami kelola," ujar dia.

AS ditangkap polisi tak jauh dari kantor Pandamanda pada Senin (3/2/2020) pagi.

Ia kini dijerat Pasal 378 KUHP tentang penipuan dan diancam kurungan maksimal 4 tahun.

Pengantin tertipu WO

Ibarat petir menyambar di siang bolong, tak pernah terpikirkan dalam benak Prasetyo (27) jika dirinya akan menjadi korban penipuan Wedding Organizer (WO).

Prasetyo menjadi salah seorang konsumen WO yang tertipu, selain Prasetyo konsumen lainnya ternyata sudah banyak yang melapor dengan total kerugian mencapai Rp 1 miliar.

Hanya 24 hari menjelang hari besar pernikahannya dengan sang calon istri, Prestyo harus menelan pil pahit bahwa bos Wedding Organizer Pandamanda, Anwar Said, yang ia percaya untuk menyelenggarakan pernikahannya diringkus aparat kepolisian atas tuduhan penipuan.

Ternyata, korban dari wedding organizer tak hanya Prasetyo sendiri, melainkan berjumlah puluhan dengan total kerugian kurang lebih mencapai Rp 1 miliar.

Bak peribahasa sesal selalu datang belakangan, uang sejumlah Rp 30 juta pun sudah diberikan pada Anwar Said.

Ia dan calon istrinya, memilih paket pernikahan seharga Rp 60 juta dengan sejumlah fasilitas yang ditawarkan diantaranya termasuk katering, gaun pengantin, dekorisasi gedung, hingga cincin pernikahan.

Dijumpai TribunJakarta.com, Prasetyo berujar bahwa perjuangannya mengumpulkan uang untuk biaya pernikahannya sangatlah sulit.

“Benar-benar berat, kembang kempis semampunya saya sama calon istri nyari duit Rp 60 juta,” kata Prasetyo di Mapolrestro Depok, Pancoran Mas, Kota Depok, Selasa (4/2/2020).

Selama 1,5 tahun, Prasetyo banting tulang bekerja dan mencari rezeki untuk tambahan biaya pernikahannya, begitupun dengan calon istrinya.

“Ngumpulinnya berdua sama calon istri saya, 1,5 tahun kurang lebih. Jujur itu juga masih cari pinjaman sana-sini,” katanya.

Terkait kasus penipuan yang menjerat wedding organizer Pandamanda, Prasetyo pun tak berharap banyak pernikahannya tetapi bisa berlanjut.

Ia hanya berharap, uang sebesar Rp 30 juta yang telah ia setorkan bisa kembali lagi ke tangannya.

“Saya udah pupus harapan lanjutin pernikahan saya lewat Pandamanda ini, karena ternyata korbannya banyak banget dan ada yang dp-nya sudah lebih banyak. Saya Cuma mau duit Rp 30 juta saya yang udah masuk bisa balik lagi tanggal 20 ini, pernikahan saya juga belum tahu bisa lanjut atau nggak, kalau cari vendor lain juga bingung mana ada yang mau nerima duit Rp 30 juta saya,”pungkasnya.

Polres Depok Benarkan Laporan 

Puluhan pasangan calon pengantin terancam gagal menikah lantaran jadi korban penipuan wedding organizer.

WO yang belum diketahui namanya ini ketahuan menipu seorang pelanggannya.

Kasubag Humas Polres Metro Depok AKP Firdaus mengatakan pihaknya mendapatkan penipuan berkedok WO dari laporan pelanggan.

Firdaus menjelaskan, laporan pelanggan yang tertipu diterima pada Minggu 2 Februari 2020.
"Ada yang merasa tertipu oleh salah satu wedding organizer karena ketika acara makanannya tidak hadir,” ucap Firdaus di Polres Metro Depok, Selasa (4/2/2020).

Selanjutnya polisi menyelidiki laporan tersebut dan mengamankan Anwar Said, pemilik WO bodong tersebut.

“Hasil pemeriksaan yang bersangkutan mengakui."

"Bahwa sementara pengakuannya itu terkait kesalahan di manajemen,” tambah Firdaus.

Firdaus berujar, sementara proses pemeriksaan berjalan korban WO tersebut ternyata tak hanya satu pasangan.

"Diketahui saat ini sudah hadir ada 28 orang yang merasa tertipu."

"Tetapi memang untuk eventnya itu baru dilaksanakan minggu depan sampai Agustus,” sambung dia.

Dari 28 orang yang melapor, rata-rata korban sudah mentransfer uang sebesar Rp 50 juta hingga RP 100 juta.

“Sudah kami data adalah 28 rata-rata sudah melakukan transfer Rp 50 sampai Rp 100 juta."

"Ini kami terus melakukan pendalaman sehingga nanti kami akan sampaikan hasil penyelidikannya,” tuturnya.

Pantauan TribunJakarta.com, hingga pukul 17.30 WIB puluhan korban WO bodong tersebut masih berdatangan ke Polres Metro Depok untuk melapor.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved