Tribun Lampung Selatan

Lampung Selatan Diguncang Gempa 3,4 SR, Tak Berpotensi Tsunami, BMKG Imbau Warga Tidak Panik

Gempa bumi berkekuatan 3,4 skala richter (SR) mengguncang Lampung Selatan dan sekitarnya.

Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Noval Andriansyah
TribunTimur.com
Ilustrasi gempa - Lampung Selatan Diguncang Gempa 3,4 SR, Tak Berpotensi Tsunami, BMKG Imbau Warga Tidak Panik. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA - Gempa bumi berkekuatan 3,4 skala richter (SR) mengguncang Lampung Selatan dan sekitarnya.

Berdasarkan rilis dari BMKG, gempa bumi tektonik tersebut berlangsung pada Rabu, 12 Februari 2020, sekira pukul 10.06 WIB.

Pusat gempa bumi terletak pada koordinat 5.87 LS - 105.75 BT, tepatnya berada di laut pada jarak 24 km Tenggara Lampung Selatan dengan kedalaman 1 kilometer.

BMKG memastikan gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami.

Dilihat dari dari lokasi epicenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa bumi yang terjadi merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar lokal wilayah setempat.

Gunung Anak Krakatau 10 Kali Gempa Letusan 2 Hari Terakhir, Warga Dilarang Dekati Radius 2 Kilometer

Artis Lucinta Luna Dipanggil Mas Fattah saat Dihadirkan Dalam Jumpa Pers di Polres Jakarta Barat

Bali Mendadak Diserbu Warga Negara China Minta Izin Tinggal Keadaan Terpaksa karena Virus Corona

BREAKING NEWS Polisi Dikabarkan Tangkap Oknum PNS Bawa Sabu 1 Kg di Bandar Lampung

Goncangan gempa bumi dirasakan oleh masyarakat di wilayah Panengahan, Lampung Selatan, Ciwandan Cilegon dan Merak dengan skala intensitas II MMI.

Kepala BBMKG Wilayah II Tangerang Hendro Nugroho mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut.

"Hingga laporan ini dibuat pukul 10:35 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock)," kata Hendro dalam siaran persnya, Rabu (12/2/2020).

BMKG pun mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang.

"Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan terus mengikuti informasi dari BMKG, karena BMKG akan terus memantau perkembangan gempa bumi tersebut," imbaunya.

Meski tidak terlalu kuat, warga Bakauheni, Lampung Selatan merasakan adanya goncangan gempa berkekuatan 3,4 skala richter yang terjadi pada sekira pukul 10.06 WIB, Rabu (12/2/2020).

Salah seorang warga, Ardi mengaku sempat kaget walaupun tidak sampai panik.

"Tadi memang merasa ada gempa. Sebentar, paling 3 detikkan," kata Ardi, Rabu (12/2/2020).

Hal yang sama juga dikatakan oleh Irma, warga Penengahan.

Menurut Irma, ia juga merasakan goncangan gempa.

Namun, getarannya memang tidak terlalu kuat.

"Tadi sewaktu lagi santai di rumah, terasa seperti ada gempa," ujar Irma.

Gunung Anak Krakatau 10 Kali Gempa Letusan 2 Hari Terakhir, Warga Dilarang Dekati Radius 2 Kilometer

Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau (GAK), kembali menunjukan adanya peningkatan yang fluktuatif.

Sejak Selasa (11/2/2020) dini hari hingga pukul 12.00 WIB, tercatat ada dua kali gempa letusan dengan amplitudo 36-37 mm, dan durasi 46-85 detik.

Penanggungjawab Pos Pantau GAK di Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi mengatakan, selain letusan, dari data Magma VAR Badan Geologi, PVMBG Kementerian ESDM, juga teramati adanya gempa hembusan satu kali dengan amplitudo 5 mm dan durasi 25 detik.

Kemudian, kata Andi, juga teramati adanya gempa low frekuensi sebanyak 5 kali dengan amplitudo 3-14 mm dan durasi 5-15 detik.

“Asap kawah tidak teramati, tapi untuk gempa mikrotremor terekam dengan amplitudo 0,5 – 4 mm (dominan 1 mm),” kata Andi kepada Tribunlampung.co.id, Selasa (11/2/2020).

Sebelumnya, imbuh Andi, pada Senin (10/2/2020), GAK sempat mengalami peningkatan aktivitas.

Andi menuturkan, tercatat ada 8 kali letusan yang mengeluarkan asap kawah berwarna hitam dengan intensitas tebal, berketinggian mencapai 1.000 meter.

Letusan ini, menurut Andi, memiliki amplitudo 27-40 mm dan durasi 58-127 detik.

Kemudian, lanjut Andi, teramati adanya gempa hembusan 5 kali dengan amplitudo 12-31 mm dan durasi 18-92 detik.

Serta, ada gempa tektonik jauh sebanyak 1 kali dengan amplitudo 35 mm, S-P: 11 detik dan durasi 96 detik.

“Untuk gempa mikro tremor pada Senin kemarin tercatat dengan amplitudo 0,5 – 32 mm (dominan 2 mm),” kata Andi Suardi.

Hingga saat ini, imbuh Andi, gunung api di tengah Selat Sunda, yang kini memiliki ketinggian 157 mdpl ini, statusnya masih level II waspada.

Di mana masyarakat dan pengunjung, dilarang mendekati kawah dalam radius 2 kilometer.

Aktivitas akhir tahun 2019

Sebelumnya, Gunung Anak Krakatau (GAK) masih terus menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik.

Penanggungjawab Pos Pantau GAK di desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan Andi Suardi mengatakan, pada Selasa (31/12/2019), mulai pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB, tercatat ada 3 kali letusan erupsi.

Andi menjelaskan, dari data Magma VAR Badan Geologi, Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM, pada Senin (30/12/2019), tercatat terjadi 11 kali letusan dengan amplitude 41-55 mm dan durasi 36-3.770 detik.

Teramati asap kawah berwarna kelabu dengan intensitas tebal.

Ketinggian asap kawah 200-2.000 meter di atas puncak.

Untuk pantauan CCTV yang dipasang di GAK, tertutup abu vulkanik.

Dari data Magma VAR, juga teramati adanya gempa hembusan sebanyak 4 kali dengan amplitude 9-44 mm dan durasi 32-55 detik.

“Teramati gempa tremor harmonik sebanyak 1 kali dengan amplitude 27 mm, durasi 62 detik,” kata Andi Suardi.

Gempa mikro tremor atau tremor menerus teramati memiliki amplitudo 3-55 mm. Tapi dominan 25 mm.

“Tidak terdengar adanya suara dentuman,” ujar Andi Suardi.

Untuk status GAK, tetap pada level II Waspada.

Di mana warga masyarakat nelayan dan pengunjung dilarang mendekat dalam radius 2 kilometer.

Andi Suardi mengatakan, peningkatan aktivitas GAK dalam beberapa hari terakhir ini terus dipantau.

Erupsi Hari Minggu

Gunung Anak Krakatau (GAK), kembali menunjukan aktivitas vulkaniknya pada Minggu (29/12/2019).

Sekira pukul 05.29 WIB, gunung api yang berada di tengah laut Selat Sunda itu sempat mengalami erupsi.

Hal tersebut berdasarkan data Magma VAR (Vulcanic Activity Report) Badan Geologi, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi Kementrian ESDM.

Tercatat, ketinggian kolom abu teramati sekira 50 meter di atas puncak (sekira 207 meter dari permukaan laut).

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensistas sedang condong ke arah utara.

Erupsi ini terekam seisemogram dengan amplitudo maksimum 37 mm dan durasi 1 menit 59 detik.

Visual CCTV yang ada di GAK memperlihatkan adanya letusan dengan ketinggian 200 meter dari dasar kawah.

Adanya erupsi pada GAK Minggu pagi dibenarkan oleh penanggungjawab pos pantau GAK di desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa, Andi Suardi.

“Benar tadi (Minggu) pagi terjadi erupsi, ketinggian kolom abu berwarna kelabu teramati setinggi 50 meter dari puncak,” kata Andi kepada Tribunlampung.co.id, Minggu.

Andi mengatakan, sehari sebelumnya aktivitas GAK terpantau normal.

Namun demikian, kata Andi, teramati adanya gempa low frekuensi sebanyak 30 kali dengan amplitudo 6-28 mm dan durasi 6-15 detik.

Juga teramati adanya gempa micro tremor (tremor menerus) dengan amplitudo 0,5 – 6 mm (dominan 1 mm).

Teramati adanya asap kawah berwarna putih dengan intensitas tipis berketinggian 25-124 meter di atas puncak.

Dari CCTV, juga teramati adanya asap putih tipis beketinggian 25-125 meter dari dasar kawah.

Status GAK saat ini pada level II waspada.

Di mana masyarakat dan juga pengunjung dilarang mendekati gunung api di tengah Selat Sunda itu dalam radius 2 kilometer dari kawah.

Aktivitas GAK di September 2019

Gunung Anak Krakatau dalam beberapa hari terakhir kembali bergeliat.

Gunung yang berada di Selat Sunda itu menunjukkan peningkatan aktivitas.

Dalam tiga hari terakhir, teramati adanya letusan yang diikuti dengan asap berwarna putih, kelabu, dan hitam dengan ketinggian 100-200 meter dari dasar kawah.

“Memang dalam tiga hari terakhir ada peningkatan aktivitas yang fluktuatif."

"Teramati adanya letusan ada sekitar empat kali letusan yang diikuti adanya asap berwarna putih, kelabu, dan hitam (debu),” kata Andi Suardi, penanggung jawab Pos Pantau di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Jumat (27/9/2019).

Menurut Andi, aktivitas letusan gunung yang kini memiliki ketinggian 157 mdpl tersebut terpantau melalui CCTV.

Berdasarkan data Magma VAR (vulcanic activity report), letusan memiliki amplitude 1 mm dan durasi 9-12 detik.

Kemudian juga teramati gempa vulkanik dangkal 1 kali dengan amplitude 6 mm dan durasi 7 detik.

“Untuk gempa mikrotermor terekam dengan amplitude 1-8 mm. Tetapi dominan 1 mm,” ujar Andi.

Hingga saat ini status Gunung Anak Krakatau masih pada level II Waspada.

Nelayan dan warga dilarang mendekati kawah gunung dalam radius 2 kilometer.

Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi besar pada Desember 2018 lalu.

Letusan ini mengakibatkan terjadinya tsunami Selat Sunda yang meluluhlantakkan sebagian wilayah pesisir Lampung Selatan.

Terutama di Kecamatan Kalianda dan Rajabasa.

Pascaerupsi, ketinggian Gunung Anak Krakatau yang semula 310 mdpl, kini terpangkas menjadi 157 mdpl.

Saat itu, sebagian badan gunung longsor ke laut sehingga memicu tsunami.

Gunung Krakatau memiliki sejarah letusan dahsyat pada 1883 silam.

Sebagian besar badan gunung yang memiliki tiga puncak kala itu habis dan memicu terjadinya tsunami besar di Selat Sunda.

Pada tahun 1927, muncul gunung baru yang kini dinamai Gunung Anak Krakatau di permukaan Selat Sunda.

Dua Kali Meletus pada Agustus 2019

Aktivitas Gunung anak Krakatau (GAK) yang berada di selat Sunda terpantau normal.

Tetapi masih terpantau adanya gempa hembusan dan gempa mikro tremor.

Menurut penanggungjawab pos pantau GAK di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, Andi Suardi.

Dari data magma VAR (vulcano activity report) masih tercatat adanya gempa hembusan sebanyak 24 kali dengan amplitudo 15-40 mm dan durasi 12-22 detik.

Juga termati adanya gemp vulkanik dangkal sebanyak 1 kali dengan amplitudo 8 mm dengan durasi 5 detik.

Dan untuk gempa mikro tremor (tremor menerus) termatai dengan amplitudo 2-40 mm (dominan 20 mm).

“Kalau untuk GAK aktivitasnya masih seperti sebelumnya. Masih berfluktuatif,” terang Andi kepada Tribun, Kamis (29/8).

Dirinya mengatakan hingga kini status gunung api yang kini memiliki ketinggian 157 mdpl  itu berada pada level  II waspada.

Di mana, para pengunjung dan juga nelayan dilarang mendekati gunung dalam radius 2 kilometer.

GAK sendiri sempat mengalami erupsi besar pada Desember 2018 silam.

Di mana sebagian badan GAK longsor ke laut dan memicu terjadinya Tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018 lalu, yang meluluhlantahkan sebagian pesisir Banten dan Lampung Selatan(Tribunlampung.co.id/Dedi Sutomo)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved