Tribun Pesawaran

Melihat Dekat PH Film Ayudia dan Jalan Pulangnya di Pesawaran, Perlengkapan Syuting Dibantu Bekraf

Production House PT Genia Studio yang berlokasi di Kabupaten Pesawaran memproduksi sebuah film layar lebar berjudul "Ayudia dan Jalan Pulangnya".

Penulis: joeviter muhammad | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Joviter
Rizqon Agustia Fahsa, sutradara film Ayudia dan Jalan Pulangnya, berada di depan kantor PH di Pesawaran, Rabu (19/2/2020). Melihat Dekat PH Film Ayudia dan Jalan Pulangnya di Pesawaran, Perlengkapan Syuting Dibantu Bekraf 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PESAWARAN - Production House (PH) PT Genia Studio yang berlokasi di Kabupaten Pesawaran memproduksi sebuah film layar lebar berjudul "Ayudia dan Jalan Pulangnya".

Mereka memproduksi film tersebut dengan penuh keterbatasan. Hasilnya, tidak kalah dengan film yang diproduksi PH besar.

PH Genia Studio berada di tepi Jalan Raya Kedondong, Desa Gunung Sugih, Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran.

Sekilas melihat kantornya tak ada yang menyangka di bangunan sederhana itu produksi film Ayudia dan Jalan Pulangnya digarap.

Kantor ini merupakan sebuah rumah. Di dinding kantor tersebut tertulis "menerima jasa cetak undangan, foto dan video shooting".

Kisah Warga Balam Rawat Kucing Jalanan Sejak 1983, Rela Jual Harta Benda Demi Beri Makan Kucing

Kisah Gadis Pesawaran Diajak Nikah Lewat DM, Putuskan Terima Lamaran karena Terharu Ucapan Ini

Berita Tribun Lampung Terpopuler Rabu, 19 Februari 2020 - Oknum Polisi Ditangkap BNN

BREAKING NEWS Bongkar Jaringan Perdagangan Narkotika, Polda Lampung Sita 748,4 Gram Sabu

Studio ini telah berdiri sejak 2008 dan diprakarsai oleh sineas film indie Rizqon Agustia Fahsa.

Rizqon bercerita, studio itu melayani jasa video syuting kawinan sebagai sumber pemasukan utamanya untuk memproduksi film.

Studio ini dikelola bersama anggota komunitas film indie Pesawaran.

Namun seiring waktu, anggota komunitas ini semakin berkurang.

Kini tersisa 30 aggota aktif yang akhirnya terlibat dalam film Ayudia dan Jalan Pulangnya.

Ide penggarapan film ini muncul setelah mendapat suntikan bantuan dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia di tahun 2019.

Bantuan senilai Rp 350 juta diterima Genia Studio dalam bentuk perlengkapan syuting seperti kamera, perlengkapan lighting dan komputer editing.

Bantuan ini menambah semangat anggota komunitas untuk menggarap film yang dapat dipasarkan secara komersial.

Untuk dapat ditayangkan di bioskop, sebuah produksi film harus berbadan hukum.

Berbeda dengan film pendek yang selama ini mereka garap, akhirnya Genia Studio didaftarkan menjadi PT.

"Bagi kami bantuan ini sangat luar biasa. Alat yang diberikan sesuai dengan standar film bioskop," katanya.

Dalam proses produksi Ayudia dan Jalan Pulangnya, seluruh kru yang terlibat termasuk aktor dan aktris rela tidak mendapatkan bayaran.

Tujuan mereka hanya satu, film yang mengeksplorasi budaya dan pariwisata di Lampung ini mampu mengangkat nama Lampung di kanca perfilman nasional.

Selain itu, untuk menghemat anggaran, seluruh editing juga dilakukan di studio yang sederhana itu.

Selama proses pengambilan gambar, semua kru rela bermalam di dalam tenda.

Mereka juga makan seadanya. Bahkan karena begitu sederhananya, sampai ada dua pemain yang terpaksa dipulangkan karena sakit.

"Mungkin kelelahan jadi kita antar pulang. Akhirnya pemeran syamsudin (ayah toko utama) diganti oleh saya sendiri," cerita dia.

Rizqon menyebut banyak kendala saat menjalani proses syuting.

Terutama faktor cuaca di bulan Desember itu membuat beberapa potongan film dinilai kurang memuaskan.

Karena itu, ada beberapa scenes yang harus diambil ulang setelah proses syuting kelar diawal Januari kemarin.

Lagi lagi keterbatasan dana tak menjadi penghalang dalam menyelesaikan film bergenre romansa percintaan ini. Setiap objek wisata yang mereka jadikan lokasi syuting harus mengeluarkan biaya sendiri.

Termasuk sewa kapal dan tiket masuk pantai maupun pulau.

Ia berharap film layar lebar garapan 100 persen seniman Lampung ini bisa tayang Premier 16 di CGV Maret mendatang sembari melakukan penjajakan dengan sejumlah bioskop.

"Kami gak ada target yang macam macam. Bagi kami bisa tayang Premier (nonton bareng) di CGV saja sudah puas. Karena ini sebagai pembuktian bahwa Lampung punya kreator film meski dananya terbatas. Ya semoga menjadi inspirasi bagi komunitas film indie lain," katanya.

Penata musik dan soundtrack film Ayudia dan Jalan Pulangnya, Sandi menambahkan, keterbatasan alat dan pendanaan tak menjadi halangan untuk menghasilkan sebuah karya film.

Namun untuk film layar lebar komersial ada beberapa standar yang harus dipenuhi.

"Untuk bisa di putar oleh bioskop mereka sudah menetapkan standar audio dan video, jadi itu yang harus kita penuhi," katanya. (Tribunlampung.co.id/joviter husein)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved