Tragedi Pramuka yang Tewaskan 9 Siswa SMP di Sleman, Kematian Khoirunnisa saat Ultah

Total ada 257 siswa siswi yang mengikuti susur sungai di Sungai Sempor, Jumat lalu. Saat itu, di lokasi kegiatan tidak sedang turun hujan.

Tribun Jogja
Dedy Sukma melepas kepergian anaknya, Khoirunnisa Nur Cahyani, dalam pemakaman di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Sleman, Sabtu (22/2/2020). Khoirunnisa adalah salah satu siswi SMP Negeri 1 Turi, Sleman, DI Yogyakarta yang menjadi korban tewas dalam kegiatan pramuka di Sungai Jempor, Jumat (21/2/2020). 

Sebelum hanyut, ungkap Rini merujuk cerita putrinya, Heksa sempat bergandengan tangan dengan teman temannya di tengah sungai. Kemudian tiba tiba datang arus deras dari atas. Heksa terbawa arus dan tenggelam. Namun, kakinya terjepit di sebuah batu dan berhasil menyelamatkan diri.

"Sangat disayangkan, karena seperti nggak mengenal wilayah dan kondisi (cuaca). Nggak ada koordinasi dengan orangtua dan pihak terkait," ujar Rini saat ditemui di SMPN 1, Sabtu.

Rini menceritakan, Heksa meminta izin mengikuti kegiatan pramuka pada Jumat. Pukul 11.00, tutur dia, Heksa sempat pulang. Kemudian kembali ke sekolah pukul 13.00 untuk mengikuti kegiatan pramuka.

"Siang itu langit di utara sudah gelap. Suami saya bilang tidak usah ikut pramuka, karena sepertinya akan hujan. Saya waktu itu nggak tahu ada kegiatan di sungai. Saya kira hanya di sekolah," kata Rini.

Sampai hujan turun, Rini tidak terpikir apa apa. Sekira pukul 16.30, barulah ia dipanggil ibunya (nenek Heksa). "Saya dimarahin ibu saya. Beliau bilang, ada berita (di media) anak anak SMP pada hilang, ada yang meninggal," ujarnya.

Rini kemudian beranjak ke sekolah untuk menjemput sang anak. Di sekolah, sudah banyak orangtua menangis dan mencari anaknya. Rini lalu mendapati Heksa yang menunggu di kelas 8D. "Setelah ketemu, langsung saya bawa pulang karena kondisinya basah kuyup," tutur Rini.

Hingga Sabtu siang, belum semua orangtua menemukan anaknya. Termasuk keluarga Zahra, siswi kelas 7 SMPN 1 Turi. Indosuryo Hardiansyah, paman Zahra, sejak Jumat malam berada di puskesmas untuk mencari informasi tentang keponakannya. "Sekitar pukul 01.30, ayahnya (Zahra) tiba dari Surabaya," katanya.

Mata sang ayah sembab, sedih. Sesekali ia menyeka air mata, lalu menatap layar ponselnya.

Kakak Zahra, Cindy, juga terus meneteskan air mata. Cindy kemudian menunjukkan foto Zahra dari layar ponselnya. "Anaknya agak kecil, hitam manis dia," ujarnya.

Sementara ibu Zahra menunggu di rumah. Menurut Indosuryo, ibu Zahra terus menangis. "Ibunya tadi telepon, tanya tanya. Ya semoga cepat ketemu," katanya.

Di SMPN 1 Turi, suasana begitu ramai. Aktivitas belajar mengajar diliburkan. Di samping tiang bendera di halaman sekolah, berjejer karangan bunga ucapan belasungkawa.

Kepsek Tak Tahu

Kepala SMPN 1 Turi, Titik Nurdiana, mengaku tak mengetahui agenda susur Sungai Sempor dalam kegiatan pramuka, Jumat siang.

"Kegiatan pramuka memang rutin setiap Jumat, dari pukul 14.00 sampai 15.30. Ada tujuh pembina yang ikut dalam kegiatan susur sungai. Semuanya guru SMPN 1 Turi," katanya dalam jumpa pers di SMPN 1 Turi, Sabtu.

Menurut Titik, pembina tidak berkoordinasi dengan dirinya dalam pelaksanaan susur sungai.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved