2 Bulan Jadi Kota Mati akibat Corona, Hubei Cabut Lockdown

Keputusan mengakhiri lockdown di Hubei itu diambil setelah tak ada lagi ditemukan kasus penularan lokal virus corona atau Covid-19 di wilayah tersebut

AFP/DALE DE LA REY
Ilustrasi - Pemerintah China resmi mengakhiri lockdown di Provinsi Hubei, Rabu (25/3/2020). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, WUHAN - Pemerintah China resmi mengakhiri lockdown di Provinsi Hubei, Rabu (25/3/2020).

Keputusan mengakhiri lockdown di Hubei itu diambil setelah tak ada lagi ditemukan kasus penularan lokal virus corona atau Covid-19 di wilayah tersebut.

Meski terdapat 47 kasus baru, seluruhnya berasal dari luar negeri.

Sejak Februari lalu, jumlah penderita baru corona di China memang menurun drastis.

Gubernur Putuskan Lockdown Papua, Mendagri Tito Karnavian: Sama Sekali Tidak Menyetujui

Bukan Lockdown, Pakar WHO Ungkap Cara Cegah Penyebaran Virus Corona

Bebas Virus Corona, Mahasiswi Hubei asal Lampung Dilarang ke Luar Kota

Cerita Pasien Corona Berbohong, Dipaksa Dokter, Akhirnya Jujur Pernah Ikut Tabligh Akbar di Malaysia

Penurunan itulah yang menjadi alasan utama China menghapus lockdown di Hubei.

Lockdown di Hubei sendiri diberlakukan sejak Januari 2020.

Dengan berakhirnya lockdown, warga Hubei kini boleh pergi ke mana pun asalkan berada dalam kondisi sehat.

Stasiun kereta dan bandar udara yang sebelumnya ditutup juga sudah dibuka.

Warga Hubei juga diizinkan kembali bekerja.

Meski pada saat yang sama sekolah masih diliburkan.

Seorang guru besar ilmu hukum dari Universitas Wuhan, Qin Qianhong menyatakan, pembukaan lockdown di Hubei penting segera dilakukan.

Sebab, warga di kawasan itu sudah terlalu lama berada dalam kota yang terkunci.

"Sejauh ini, selain Italia, tidak ada negara lain, yang menerapkan lockdown serupa. Banyak orang dikurung di rumah mereka selama lebih dari 60 hari dan hal itu bisa memicu masalah kesehatan mental yang serius," kata Qin seperti dilansir South China Morning Post (SCMP).

Selain itu, kata Qin, karantina massal di Wuhan dan daerah lain di Hubei telah mencapai titik kritis karena banyak warga kesulitan memenuhi kebutuhan hidup mereka selama tidak bekerja.

Namun, Qin juga mengingatkan adanya risiko penyebaran infeksi baru ketika lockdown kota Wuhan dan daerah lainnya di Hubei dibuka mengingat pergerakan orang akan kembali meningkat cepat.

Apalagi, pada hari Selasa (24/3/2020), ada laporan satu kasus baru yang dialami oleh seorang dokter di Rumah Sakit Renmin, Wuhan.

Laporan itu memicu kekhawatiran soal kemungkinan ada kasus-kasus lain di rumah sakit itu yang selama ini luput tidak terdeteksi.

Meski status lockdown sudah dicabut, belum semua kota di Hubei telah mengakhiri lockdown.

Kota Wuhan, yang menjadi titik nol penyebaran virus corona, baru akan beraktivitas normal pada 8 April 2020 mendatang.

Wuhan adalah ibu kota Provinsi Hubei, yang merupakan tempat virus corona petama kali ditemukan.

Pencabutan status lockdown di Wuhan yang sudah berlangsung selama 2 bulan itu disampaikan Gubernur Hubei pada Selasa (24/3/2020).

Nantinya setelah status lockdown dicabut, warga Wuhan akan diizinkan bepergian keluar provinsi asalkan mereka memiliki kode hijau kesehatan yang artinya tidak ada kontak dengan orang yang diduga terinfeksi virus corona atau Covid-19.

Selama dua bulan di-lockdown, Wuhan bagai kota mati.

Lebih dari 300 perusahaan tutup dan semua aktivitas terhenti.

Setelah kembali membuka diri, Wuhan dilaporkan akan mengambil langkah berbeda untuk mendorong bisnis kembali bergerak berdasarkan risiko kesehatan dari berbagai daerah untuk mengurangi dampak pada perekonomian.

Ada lebih dari 81.200 kasus corona di China sejak ditemukan pertama kali akhir 2019 lalu, mayoritas terjadi di Hubei.

Sedangkan kematian akibat corona di seluruh China sebanyak 3.281 jiwa.

Dari Hubei, saat ini virus corona telah menyebar ke 169 negara.

Angka kematian tertinggi di dunia terdapat di Italia sebanyak 6.820 orang.

Di Indonesia tercatat 790 orang positif corona, 58 meninggal dunia, 31 berhasil sembuh.

Lockdown Malaysia

Sementara itu di Malaysia Pemerintah negara tersebut justru memutuskan memperpanjang masa lockdown dan pembatasan pergerakan warga hingga 14 April mendatang.

Langkah ini dilakukan seiring jumlah penderita virus corona yang terus bertambah di negara tersebut.

Seperti dikutip Reuters, perpanjangan lockdown itu Malaysia itu diumumkan oleh Perdana Menteri Muhyiddin Yassin pada Rabu (25/3).

Muhyiddin mengatakan perpanjangan dilakukan atas masukan dari Kementerian Kesehatan dan Dewan Keamanan Nasional.

Malaysia telah menerapkan lockdown mulai Rabu (18/3) selama dua pekan.

Menurut Muhyiddin, pada Rabu (25/3) kemarin ada 172 kasus baru virus corona di Malaysia.

Sehingga total penderita corona di negara itu mencapai 1.796, yang terbanyak di Asia Tenggara.

Adapun angka kematian akibat virus corona di Malaysia sebanyak 17 orang.

Muhyiddin mengatakan, angka itu akan terus naik dalam beberapa waktu ke depan.

"Tren ini diperkirakan akan berlanjut untuk beberapa waktu sebelum kasus baru mulai menurun. Ini mengharuskan pemerintah melanjutkan Perintah Kawalan Pergerakan untuk periode waktu yang lebih lama," kata Muhyiddin. (tribun network)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved