Kasus Corona di Indonesia
Nikotin Rokok Mampu Halangi Virus Corona? Guru Besar UGM Bantah: Merokok Itu Tak Sehat!
Guru Besar UGM Prof Dra Yayi Suryo Prabandari, MSi, PhD menegaskan, perokok lebih rentan terkena virus corona (Covid-19).
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Perokok lebih rentan terkena virus corona (Covid-19).
Hal tersebut disampaikan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dra Yayi Suryo Prabandari, MSi, PhD.
Guru Besar UGM tersebut sekaligus membantah isu yang beredar di media sosial terkait nikotin rokok yang bisa menghalangi virus corona masuk ke paru-paru.
Di tengah ramainya klaim bahwa nikotin rokok dapat menghalangi virus Sars-Cov2 menginfeksi paru-paru dan menimbulkan Covid-19, Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) berpendapat lain.
Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM Prof Dra Yayi Suryo Prabandari, MSi, PhD tidak membenarkan klaim bahwa merokok bisa mencegah Covid-19, seperti yang diberitakan dalam media sosial.
• Harapan Baru, Remdesivir Obati Virus Corona, Hasil Uji Klinis di Amerika Serikat
• Gara-gara Corona, Bocah 5 Tahun Ditolak Warga Tak Boleh Turun dari Kapal untuk Berobat
• Jumlah Kasus Corona di Indonesia Berada di Urutan Pertama di Antara Negara-negara ASEAN
• Biaya Perawatan Pasien Corona di Rumah Sakit Capai Rp 16,5 Juta per Hari
“Klaim yang beredar sangatlah keliru karena kebiasaan merokok itu tidak sehat."
"Justru merokok menjadikan seseorang menjadi lebih rentan terhadap serangan virus, bakteri, dan penyakit lainnya,” papar Prof Yayi, seperti dikutip dari TribunnewsBogor.com, Sabtu (18/4/2020).
“Dalam sebuah penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal internasional menyebutkan, bahwa pasien Covid-19 yang merokok dua kali lebih berisiko dan membutuhkan perawatan intensif di ICU, membutuhkan alat bantuan penapasan, mengalami kematian karena Covid-19," imbuh Prof Yayi.
Menurut dia, perokok sudah mempunyai masalah di paru-paru akibat zat-zat kimia yang terisap saat merokok.
Saluran napas perokok berkurang fungsinya akibat aktivitas merokok dalam jangka waktu lama.
"Para perokok rentan terinfeksi virus, salah satunya dikarenakan dari aktivitas merokok itu sendiri."
"Merokok melibatkan kontak jari tangan dengan bibir secara intens yang membuka peluang bagi virus untuk berpindah dari tangan ke mulut," katanya.
Lebih lanjut dijelaskan, risiko tersebut tidak hanya pada perokok yang menggunakan cara tradisional.
Orang yang merokok dengan cara kekinian, yakni memakai rokok elektrik atau vape, juga memiliki risiko yang sama besarnya.
Pengguna vape yang sebagian besar dari kalangan milenial memiliki kebiasaan menggunakan produk rokok secara bersama-sama.