Kasus Corona di Dunia
Direktur WHO Tentang Herd Immunity: Manusia Bukan Ternak
WHO menentang kebijakan herd immunity yang diterapkan sejumlah negara untuk mengatasi pandemi Covid-19.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JENEWA - Sejumlah negara di dunia saat ini mulai melonggarkan pembatasan dan kebijakan lockdown terhadap pandemi Covid-19.
Meski masih menjaga jarak, sejumlah negara mulai melontarkan adanya kepercayaan terhadap konsep herd immunity atau kekebalan kawanan (kelompok).
Menanggapi konsep dan isu herd immunity, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) angkat bicara.
WHO menentang kebijakan herd immunity yang diterapkan sejumlah negara untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Direktur Eksekutif Program Kesehatan WHO, Dr Michael Ryan mengatakan, lembaganya mengecam penerapan konsep tersebut untuk menangani wabah virus corona lantaran mengorbankan nyawa manusia.
• Rumah Sakit Imanuel Layani Suntik Vitamin C dan Vaksin Influenza untuk Menjaga Imunitas Tubuh
• Pakar IDI Sebut Virus Corona Bisa Mati Sendiri Setelah 14 Hari, Sistem Imun Tubuh Taruhannya
• Anggota TNI Melawan Polisi Militer saat Terjaring Razia di Tengah Jalan
• Anggota DPRD Madiun yang Terjaring Razia di Arena Balap Liar Buka Suara
"Manusia bukan herds (kumpulan ternak). "Ini (Covid-19) adalah penyakit serius, musuh publik nomor satu." kata Mike Ryan, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Rabu (13/5).
"Bagaimana jika kita akan kehilangan beberapa orangtua di sepanjang jalan? Ini benar-benar berbahaya, perhitungan berbahaya," ujar Ryan dalam konferensi pers di Jenewa dikutip dari laman resmi WHO.
Hanya saja, Ryan tidak menyebut secara spesifik negara mana yang menerapkan kebijakan tersebut.
Dalam konferensi pers di Jenewa itu Ryan menambahkan, penerapan konsep herd immunity sangat berbahaya, terlebih ketika vaksin Covid-19 belum tersedia.
"Jadi saya pikir ide ini, bahwa mungkin beberapa negara yang memiliki kebijakan pelonggaran dan tidak melakukan apa-apa akan secara ajaib mencapai herd immunity," tutur dia.
Apa yang disampaikan Ryan itu--tingkat kematian pada orang tua yang tinggi akibat Covid-19, dalam laporan Bussines Insider disamakan dengan kondisi yang terjadi di Swedia.
Negara Skandinavia itu merupakan negara yang terbilang santai dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Mereka tetap mengizinkan bar, sekolah, dan gimnasium tetap buka sambil mendorong orang untuk tinggal di rumah ketika sakit, jarak sosial, dan sering mencuci tangan untuk menghindari penyebaran virus.
Ide herd immunity dengan membiarkan virus corona menjangkiti sebanyak-banyaknya orang kini terus diperbincangkan publik, termasuk di media sosial di Indonesia.
Ide ini sempat menjadi pergunjingan saat awal-awal penanganan wabah di Inggris.