Eks Anak Buah Donald Trump Sebut Presiden AS Berusaha Menabur Perpecahaan di Amerika Serikat

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan baru-baru ini terkait kerusuhan di AS, dengan mengatakan bahwa Amerika adalah bagian dari

Editor: Romi Rinando
REUTERS/TOM BRENNER
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berjalan melewati bangunan yang dikotori oleh graffiti demonstran di Taman Lafayette, seberang Gedung Putih setelah sebelumnya dia berada di Gereja St John. Aksi itu terjadi ketika kerusuhan dalam aksi protes terjadi, menyikapi kematian pria kulit hitam bernama George Floyd di Minneapolis pekan lalu.   

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa AS sekarang harus berurusan dengan kesalahan polisi dan membanding-bandingkan AS dengan Rusia.

"Syukurlah, hal-hal yang terjadi di Amerika tidak terjadi di Rusia," katanya seperti yang ditulis media TASS Rusia.

NBCNews juga menuliskan berita yang sama. China, Rusia dan Iran menggunakan media yang disponsori negara untuk menyerang AS atas pembunuhan George Floyd dan kerusuhan sipil yang terjadi.

Menurut sebuah laporan yang dirilis Rabu (3/6/2020) oleh sebuah perusahaan swasta pendukung Amerika Serikat, tidak ada bukti adanya operasi pengaruh online yang mirip dengan campur tangan Rusia dalam kampanye presiden 2016.

s
Polisi menembakkan peluru karet dan gas air mata ke arah demonstran saat warga melakukan aksi unjuk rasa atas kematianGeorge Floyddi Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. MeninggalnyaGeorge Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat. AFP/Chandan Khanna (AFP/Chandan Khanna)

"Musuh AS menggunakan gejolak di media tradisional dan sosial dengan menggunakan narasi mereka yang sedemikian rupa," demikian bunyi laporan oleh Graphika, yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisis volume besar lalu lintas media sosial, seperti yang dikutip dari NBCNews.

Ketiga negara menggunakan kehadiran editorial online mereka yang substansial untuk mengkritik pembunuhan Floyd, reaksi polisi terhadap protes, dan Presiden Donald Trump. Akan tetapi, menurut laporan itu, tujuan mereka tampaknya berbeda.

“Tujuan utama Tiongkok tampaknya adalah untuk mendiskreditkan AS atas tindakan keras Tiongkok terhadap Hong Kong. Tujuan utama Iran tampaknya adalah untuk mendiskreditkan AS terhadap catatan hak asasi manusia Iran dan untuk menyerang sanksi AS," kata laporan tersebut balik menyalahkan negara-negara yang mengkritik AS.

Ditambahkan pula, “Media-media yang dikendalikan oleh Rusia sebagian besar terfokus pada fakta-fakta aksi protes, sejalan dengan praktik yang sudah berlangsung lama dalam meliput unjuk rasa di Barat; beberapa konten editorial individual juga menyerang kritikus Kremlin dan media arus utama."

"Malam ini, aktivitas media sosial tentang # protes & reaksi balasan dari akun media sosial terkait dengan setidaknya 3 musuh asing. Mereka tidak membuat divisi ini. Tapi mereka aktif memicu & mempromosikan kekerasan & konfrontasi dari berbagai sudut."

Sejumlah lembaga nirlaba pendukung AS justru menyalahkan kritikan yang datang dari Iran, Turki, China, dan Rusia. Mereka kerap mengabaikan upaya intervensi AS ke negara-negara lain di dunia jika terjadi unjuk rasa di negara tersebut.

Mantan Menhan AS: Trump Ingin Memecah Belah

Mantan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Jim Mattis pada Rabu (3/6/2020), mengkritik mantan bosnya Donald Trump, dengan sebuah pernyataan yang menuduh presiden AS itu berusaha menabur perpecahan di AS.

“Donald Trump adalah presiden pertama dalam hidup saya yang tidak sedikitpun berusaha menyatukan warga Amerika, berpura-pura mencoba pun tidak,” kata Mattis dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan secara online oleh majalah The Atlantic.

“Dia malah mencoba memecah belah kita,” tambahnya.

Mattis mengkritik keputusan Trump yang menggunakan kekuatan militer untuk menindak aksi unjuk rasa yang berlangsung atas tindakan kepolisian yang menyebabkan kematian seorang pria kulit hitam, George Floyd.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved