Eks Anak Buah Donald Trump Sebut Presiden AS Berusaha Menabur Perpecahaan di Amerika Serikat

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan baru-baru ini terkait kerusuhan di AS, dengan mengatakan bahwa Amerika adalah bagian dari

Editor: Romi Rinando
REUTERS/TOM BRENNER
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berjalan melewati bangunan yang dikotori oleh graffiti demonstran di Taman Lafayette, seberang Gedung Putih setelah sebelumnya dia berada di Gereja St John. Aksi itu terjadi ketika kerusuhan dalam aksi protes terjadi, menyikapi kematian pria kulit hitam bernama George Floyd di Minneapolis pekan lalu.   

Mattis juga menyatakan bahwa Trump sedang menyiapkan “konflik palsu” antara militer dan masyarakat sipil.

Mattis juga lontarkan kritik pedas terhadap aksi Trump yang berpose dengan sebuah alkitab di sebuah gereja bersejarah pada Senin (01/06).

Untuk melanggengkan aksi Trump ini, para penegak hukum disebut secara paksa mengosongkan Lafayette Square, yang berada di seberang Gedung Putih, dari para demonstran yang melakukan unjuk rasa secara damai.

Mattis mengatakan dirinya tidak pernah membayangkan pasukan militer “akan diperintahkan dalam keadaan apa pun untuk melanggar hak-hak konstitusional warga negara, apalagi hanya untuk sebuah aksi berfoto bagi Trump, dengan pimpinan militer berdiri di sampingnya.”

Kritik pedas semacam ini jarang terjadi karena Mattis di masa lalu mengatakan bahwa tidak pantas baginya mengecam seorang presiden yang sah. Namun, pada Rabu (03/06), Mattis menuduh Trump berusaha memecah belah Amerika dan secara tegas mengecam tindakan militerisasi terhadap kerusuhan sipil yang terjadi.

Sebelumnya pada Rabu (03/06), Menteri Pertahanan AS Mark Esper beri sinyal bahwa dirinya tidak mendukung keputusan Trump menerjunkan pasukan militer untuk berpatroli di negara itu.

“Pilihan untuk menggunakan pasukan tugas aktif dalam peran penegakan hukum seharusnya hanya digunakan sebagai pilihan terakhir dan hanya dalam situasi paling mendesak dan mengerikan. Kita tidak berada dalam salah satu dari situasi itu sekarang,” katanya dalam sebuah konferensi pers.

Trump sebelumnya meminta para gubernur untuk mengerahkan pasukan Garda Nasional AS untuk menangani aksi unjuk rasa yang berubah menjadi aksi anarkis, dan mengancam bahwa dirinya dapat mengirim pasukan militer aktif jika pasukan Garda Nasional tidak mampu menangani kerusuhan tersebut.

Menhan AS Tolak Keinginan presiden

Sebelumnya, Pentagon menyatakan bahwa tidak ada pasukan tugas aktif yang dikerahkan ke wilayah ibu kota, Washington DC, untuk mengatasi aksi protes.

Pernyataan ini  kontradiktif dengan penjelasan Presiden AS Donald Trump  yang mengancam akan mengirimkan pasukan militer untuk menangani kerusuhan di Washington.

Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (4/6/2020), Menteri Pertahanan AS Mark Esper memiliki sikap yang bertolak belakang dengan Trump dalam menghadapi situasi panas saat ini.

Ia pun sempat mengikuti pertemuan Gedung Putih dan diskusi internal Pentagon yang diadakan pada Rabu kemarin.

Mengutip pernyataan Sekretaris Angkatan Darat AS Ryan McCarthy, The Associated Press melaporkan bahwa keputusan Esper itu dimaksudkan untuk memastikan dilakukannya penegakkan hukum di ibu kota AS terkait kasus kerusuhan yang baru saja terjadi.

Kendati demikian, tidak jelas apakah Esper juga melakukan pembicaraan dengan Presiden AS Donald Trump terkait keputusan ini.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved