Eks Anak Buah Donald Trump Sebut Presiden AS Berusaha Menabur Perpecahaan di Amerika Serikat

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan baru-baru ini terkait kerusuhan di AS, dengan mengatakan bahwa Amerika adalah bagian dari

Editor: Romi Rinando
REUTERS/TOM BRENNER
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berjalan melewati bangunan yang dikotori oleh graffiti demonstran di Taman Lafayette, seberang Gedung Putih setelah sebelumnya dia berada di Gereja St John. Aksi itu terjadi ketika kerusuhan dalam aksi protes terjadi, menyikapi kematian pria kulit hitam bernama George Floyd di Minneapolis pekan lalu.   

"Terkait situasi saat ini untuk tidak membawa pasukan aktif, itu karena kami tidak berpikir bahwa saat ini kami membutuhkan mereka. Tapi akan lebih bijaksana untuk punya pasukan cadangan," kata McCarthy.

McCarthy menambahkan bahwa sekitar 200 tentara akan tetap berada di wilayah ibu kota selama 24 jam ke depan.

"Ini situasi yang dinamis, kami mencoba untuk menariknya dan membawanya pulang," jelas McCarthy.

Sebanyak 1.600 tentara yang bertugas aktif, sebelumnya telah dikerahkan bergerak ke wilayah Washington pada awal pekan ini.

Mereka terus disiagakan setelah terjadinya demonstrasi brutal anti-polisi yang terus mengguncang kawasan itu.

Demonstrasi di Washington sempat mengalami peningkatan menjadi kerusuhan, penjarahan, dan vandalisme.

Ratusan tentara Garda Nasional turut dikerahkan untuk berpatroli di kota itu saat terjadinya kerusuhan.

Sebelumnya pada hari Rabu kemarin, Esper mengatakan bahwa militer seharusnya hanya digunakan untuk mengendalikan kerusuhan sebagai 'upaya terakhir'.

Secara eksplisit, pernyataan itu menentang rencana Trump untuk menerapkan Undang-Undang (UU) Pemberontakan.

UU ini dianggap memperluas otoritas presiden dalam mengerahkan tentara ke jalan-jalan di Amerika dengan dalih membantu polisi.

Pernyataan itu kontradiktif dengan sikap Trump yang lebih agresif terhadap para perusuh.

Meskipun tidak jelas apakah Trump memiliki andil dalam keputusan Esper untuk menyiagakan pasukan tugas aktif di dekat wilayah ibu kota.

Perlu diketahui, aksi unjuk rasa solidaritas terhadap kematian George Floyd serta warga keturunan Afrika-Amerika lainnya yang terbunuh oleh polisi di AS telah digelar pada ratusan kota di 50 negara bagian AS selama sepekan terakhir.

Dengan meningkatnya ketegangan ini, beberapa aksi protes pun berubah menjadi kerusuhan dan bentrokan dengan aparat penegak hukum.

Sementara aksi lainnya diakhiri dengan tindakan penjarahan dan pengrusakan properti.

Akibatnya, banyak otoritas negara bagian yang memanggil Garda Nasional untuk mengendalikan situasi ini.

Beberapa orang pun dinyatakan tewas dalam kerusuhan itu, sementara puluhan lainnya terluka.

Melihat situasi panas saat ini, Presiden AS Donald Trump telah mengerahkan pasukan militer ke ibu kota AS, Washington DC dan mengancam akan mengirimkan pasukan yang sama ke negara bagian lainnya jika aksi rusuh ini tidak segera dihentikan.

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Amerika Rusuh, Media Israel Sebut Iran, Turki, China, dan Rusia 'Happy' dengan Kekacauan Itu

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved