Eks Anak Buah Donald Trump Sebut Presiden AS Berusaha Menabur Perpecahaan di Amerika Serikat
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan baru-baru ini terkait kerusuhan di AS, dengan mengatakan bahwa Amerika adalah bagian dari
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Kerusuhan yang terjadi di Amerika Serikat menjadi perhatian di negara Amerika Serikat juga dunia.
Presiden AS Donald Trum banyak dikirik di dalam negeri dan juga disorot pemimpin negara-negara dunia.
Mantan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Jim Mattis pada Rabu (3/6/2020), pun mengkritik mantan bosnya Donald Trump, dengan sebuah pernyataan yang menuduh presiden AS itu berusaha menabur perpecahan di AS.
“Donald Trump adalah presiden pertama dalam hidup saya yang tidak sedikitpun berusaha menyatukan warga Amerika, berpura-pura mencoba pun tidak,” kata Mattis dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan secara online oleh majalah The Atlantic.
“Dia malah mencoba memecah belah kita,” tambahnya.
Mattis mengkritik keputusan Trump yang menggunakan kekuatan militer untuk menindak aksi unjuk rasa yang berlangsung atas tindakan kepolisian yang menyebabkan kematian seorang pria kulit hitam, George Floyd.

• Pria Bertato Peta Indonesia Ungkap Alasan Rusuh saat Ikut Demo George Floyd di AS
• Pasca Keok dari Khabib, Prilaku Conor McGregor Berubah, Bijak Komentari Kematian George Floyd
• Istri Polisi yang Bunuh George Floyd Ajukan Gugatan Cerai, Sedih dengan Kematian Floyd
Media Israel, Jerusalem Post, memberitakan, sejumlah negara tampak 'happy' dengan kejadian tersebut.
Pada hari Senin (1/6/2020), misalnya, media Iran banyak memberitakan sejumlah kisah yang menyoroti "keruntuhan" AS dengan mengutip sumber-sumber dari Rusia.
AS menjadi negara paling kuat di dunia setelah Uni Soviet dan negara-negara sekutunya hancur berantakan pada tahun 1989.
Namun, Rusia, China, Iran, dan Turki berusaha untuk bekerja sama lebih erat dan sering duduk di forum global yang tidak dihadiri AS.
Disebutkan, demi mengoordinasikan upaya melawan AS, negara-negara ini memiliki media pemerintah yang didanai dengan baik, seperti RT, TRT, Tasnim and Fars News Iran dan sejumlah media Tiongkok.
Kebijakan negara-negara ini adalah perlahan-lahan merusak AS dan menunggu saat-saat kelemahan AS untuk mendorong agenda mereka.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan baru-baru ini terkait kerusuhan di AS, dengan mengatakan bahwa Amerika adalah bagian dari "tatanan yang tidak adil" di dunia.
Mantan presiden Iran membuat komentar serupa tentang tatanan AS yang terus menurun. Ini merupakan referensi ke konsep poros perlawanan di Iran, dan kekalahan arogansi AS.
Saat ini, aksi protes di AS dan krisis Covid-19 telah menyebabkan situasi di Washington menurun dengan cepat.