Tribun Tanggamus
Gubernur Arinal Sebut Ulu Belu Jadi Pilot Project Kartu Petani Berjaya
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengunjungi gabungan kelompok petani kopi Komunitas Bumi Ulu Belu, di Pekon Sukamaju, Kecamatan Ulu Belu, Kamis (18/6
Penulis: Tri Yulianto | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, ULU BELU - Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengunjungi gabungan kelompok petani kopi Komunitas Bumi Ulu Belu, di Pekon Sukamaju, Kecamatan Ulu Belu, Kamis (18/6/2020).
Kunjungan tersebut untuk mengetahui produksi kopi, mulai dari pengelolaan tanaman sampai kendala pemasaran, khususnya yang dialami oleh para petani kopi di Kecamatan Ulu Belu.
Menurut Arinal, sebenarnya Lampung dan khususnya Tanggamus adalah penghasil kopi sejak dulu.
Namun kualitas kopi asal Tanggamus belum bisa bersaing di pasar skala nasional.
"Dari dulu kopi Lampung begini-begini saja. Sebenarnya apa permasalahannya? Kenapa kopi kita ini belum bisa di atas kopi dari daerah lain," ujar Arinal.
• Gubernur Lampung Arinal Djunaidi Datangi Ulu Belu Dialog Bersama Petani Kopi
• Kisah Guru di Ulu Belu Tanggamus, Rela Gadaikan Gaji Demi Bantu Petani Angkut Hasil Bumi
• ATM BCA di Tanjung Senang Dibobol Maling Baru Diisi Rp 376 Juta 2 Hari Lalu
• Bobot Hanya Naik 7 Ons dalam 3 Bulan, Bocah di Bakauheni Dirujuk ke RSUD Bob Bazar
Sebagai gubernur dan juga pernah bergelut dengan bidang pertanian dan tanaman pangan, tentunya Arinal bersedia mengadakan program peningkatan pertanian, salah satunya kopi.
"Kami juga ingin masyarakat di Lampung, khususnya para petani, meningkat kesejahteraannya dari hasil pertanian yang jadi usahanya," ujar Arinal.
Menurutnya, apabila masyarakat petani sejahtera, maka pemerintah daerah dari tingkat kabupaten dan provinsi juga bangga.
Sebab itu menandakan pembangunan pertanian berhasil.
Untuk itulah Pemprov Lampung juga mengajak Universitas Lampung bersama-sama membuat terobosan untuk kemajuan bidang pertanian.
Pemprov Lampung bersedia mengatasi segala permasalahan yang dihadapi petani.
"Kami bersedia memfasilitasi petani untuk mengatasi masalah modal dengan adanya program KUR (Kredit Usaha Rakyat). Tentunya itu bisa dimanfaatkan para petani. Dan, Ulu Belu saya jadikan pilot project Kartu Petani Berjaya bidang perkebunan," ujar Arinal.
Ia juga minta agar para petani kopi tetap menjaga jumlah produksi buah dan kualitas buah kopi.
"Kami juga minta petani jaga kualitas produknya, seperti memetik buah kopi yang sudah merah, karena itu lebih baik rasanya," terang Arinal.
Ia juga berharap agar para petani dan daerah sentra produksi pertanian agar tetap menjaga produk unggulan daerahnya.
Jangan semua tempat dijadikan tanaman kopi, tapi ada tanaman lain seperti lada dan ternak juga.
Kukuh, petani kopi di Ulu Belu, mengatakan, banyak permasalahan yang dihadapi pada petani, mulai dari sarana dan prasarana pertanian, harga jual buah kopi sampai sumber daya manusia.
Semua itu akhirnya membentuk paradigma para petani kopi bahwa mereka hanya sebatas untuk pemenuhan hidup dengan bekerja sebagai petani kopi.
"Kami meminta agar pemerintah mendorong produksi kopi. Sebab selama ini kami juga menghadapi naik turunnya jumlah produksi. Harapannya ada program khusus untuk peningkatan produksi buah kopi," terang Kukuh.
Ia menjelaskan, selama ini harga jual buah kopi masih rendah dan sering berubah-ubah.
Harga kopi tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan para petani.
Akhirnya para petani kopi hanya mengolah kopi sebatas kemampuannya.
Hal itu pula yang akhirnya membuat kualitas kopi belum bisa diharapkan.
"Sebagai petani kopi kami juga ingin buah kopi kami bagus. Tapi untuk membuat seperti itu juga perlu usaha yang keras lagi," ujar Sumirat, petani kopi lainnya.
Hadi, petani lainnya, berharap pemerintah mendorong pemasaran kopi, baik bentuk buah dan hasil olahannya.
Sebab sudah banyak petani kopi yang kini membuat berbagai merek produk bubuk kopi.
"Kami juga ingin pemerintah membantu memasarkan hasil kopi. Sebab sekarang ini banyak petani mengolah kopi bubuk, tidak cuma dijual setelah kopi dipanen saja," kata Hadi.
Menurut Kukuh, komunitasnya berisi beberapa kelompok tani.
Selain memproduksi buah kopi, mereka juga memprosesnya ke tahap pasca produksi.
Hal itu untuk mendorong pertumbuhan UMKM agar harga jual kopi meningkat.
Selama ini harga kopi kering berkisar Rp 19 ribu per kg.
Padahal, harapannya bisa di angka Rp 25 ribu sampai Rp 35 ribu per kg.
Untuk mencapai itu maka para kelompok tani mengolah kopi ke produk jadi dengan berbagai merek seperti Ikhwan 165, Beloe Klasik, Mekar Jaya, Kabawok Kopi, Dewi Shinta, Srikandi, Aw, Talang Teluk, Desty Coffee, Galen Coffee, Kopi Mude, Ubeloe, Kopi Raja, Coffee House, Rendingan Kopi.
Sementara Bupati Tanggamus Dewi Handajani menyambut baik kunjungan kerja Gubernur Lampung ke Kecamatan Ulu Belu.
"Dengan kunjungan ini kami harapkan dapat meningkatkan motivasi dan kinerja dalam pembangunan di wilayah Kecamatan Ulu Belu," kata Dewi.
Ia mengatakan, Kecamatan Ulu Belu ini kaya akan potensi dan sangat menjanjikan untuk dikembangkan, seperti kopi, bawang putih, peternakan kambing dan sapi.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tanggamus Catur Agus Dewanto mengakui Ulu Belu memang jadi sentra produksi kopi, dan untuk Kecamatan Air Naningan untuk produksi lada.
Untuk produksi kopi di Tanggamus rata-rata tiap hektare 1,5 ton. (Tribunlampung.co.id/Tri Yulianto)
