Tribun Bandar Lampung
Kisah Getir Suroyo, Penjahit Bermotor di Pasar Kangkung
Ketika melintas di Pasar Kangkung, Bumi Waras, Bandar Lampung, kita bisa menemukan seorang pria yang menyediakan jasa permak pakaian.
Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Ketika melintas di Pasar Kangkung, Bumi Waras, Bandar Lampung, kita bisa menemukan seorang pria yang menyediakan jasa permak pakaian.
Setiap hari, pria bernama Suroyo (52) itu harus berhadapan dengan terik matahari dan dinginnya air hujan.
Suroyo pun menceritakan kisah getirnya kepada Tribunlampung.co.id.
Dengan kacamata tebalnya, dengan teliti ia menusukkan jarum dan benang ke pakaian pelanggannya.
Tanpa kios, Suroyo menjadikan motor tuanya sebagai tempat menjahit.
• Cara Unik Tukang Cukur Keliling di Bandar Lampung, Pakai Baju Hazmat dari Jas Hujan
• Cerita Mahasiswa di Bandar Lampung Bikin Face Shield, Mampu Produksi 500 Buah per Hari
• Gasak Uang Puluhan Juta dan Emas Milik Petani di Rumbia, Pelaku Ditangkap 10 Setelah Beraksi
• Polsek Sukarame Dalami Kasus 3 Bocah Tewas Tenggelam di Campang Raya
Motor tua yang dibawanya dari daerah asalnya di Kemayoran, Jakarta itu telah menemaninya selama 15 tahun.
"Motor ini sudah saya jadikan tempat meletakkan mesin jahit sejak 15 tahun lalu," ujarnya, Kamis (25/6/2020).
Sebelum menetap di Pasar Kangkung, pria itu kerap berkeliling untuk menjemput rezeki.
"Saya memutuskan untuk menetap di sini sejak empat tahun lalu. Sebelumnya saya berkeliling," kata Suroyo.
Ia memutuskan untuk menetap di satu titik bukan karena laris.
Melainkan karena ia tak mampu lagi berkeliling dengan menggunakan motor.
"Ya karena sudah tua, tidak ada alasan lain. Jadi saya ngekos sendiri di Kupang Teba (Telukbetung Utara)," jelas Suroyo.
Sebelum mencari rezeki di Lampung, ia sempat melakoni pekerjaannya itu di kota asalnya.
Dalam sehari, Suroyo mengaku mengantongi penghasilan Rp 40 ribu-Rp 60 ribu.
"Satu pakaian biasaya dihargai Rp 7 ribu-Rp 10 ribu, tergantung tingkat kesulitan. Kalau sehari biasanya hanya Rp 40 ribu-Rp 60 ribu," kata dia.
"Seharinya 3-7 orang datang untuk menggunakan jasa permak," tambahnya.
Suroyo biasanya buka pukul 08.00-16.00 WIB setiap harinya.
Pengalaman menyentuh baginya adalah ketika ada seorang konsumen memberikan upah jahit di atas tarif yang ditetapkan.
"Tidak jarang ada orang baik yang membayar lebih," kata dia.
"Tapi kalau ada pelanggan yang kecewa ya terpaksa tidak mendapat upah jahit," sambungnya.
Salah seorang pedagang pasar mengatakan bahwa Suroyo adalah sosok yang ramah.
Ia pun disenangi oleh para pedagang.
"Bahkan ada warga yang terlihat sudah menjadi pelanggannya," kata Ari, salah seorang pedagang.
Dea, pengunjung pasar, mengatakan, dirinya selalu melihat Suroyo setiap berbelanja di pasar tersebut.
"Sering sih liat penjahit motor itu setiap ke pasar," terangnya.
(Tribunlampung.co.id/V Soma Ferrer)