Aliran Sesat di Lampung Tengah

Sadari Kesalahannya, Ketua Aliran Sesat di Punggur Akan Diterima Warga

Menurut warga, selama ini para pengikut Kerukunan Keluarga Asma Allah (Kekalah) sangat tertutup.

Penulis: syamsiralam | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribunlampung.co.id/Syamsir Alam
Mardiono (kedua dari kanan), ketua aliran Kekalah di Kecamatan Punggur, menemui MUI dan Forkopimcam Punggur, Rabu (8/7/2020). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PUNGGUR - Warga Kampung Totokaton, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah bersedia menerima kembali Mardiono.

Menurut warga, selama ini para pengikut Kerukunan Keluarga Asma Allah (Kekalah) sangat tertutup.

Mereka melakukan ritual di kediaman sang ketua, Mardiono, pada malam hari.

Warga membenarkan pengikut Kekalah bukan warga Kampung Totokaton.

Meski demikian, warga siap menerima Mardiono kembali karena telah kembali ke jalan yang benar dengan mengakui kekeliruannya.

BREAKING NEWS Mengaku Keliru, Aliran Sesat di Lampung Tengah Ritual Pakai Makam Kosong

Ditemukan 23 Makam tanpa Jenazah di Rumah Pengikut Aliran Sesat Punggur

Ambil 4 Kg Ganja, Tukang Parkir di Pringsewu Cuma Diupah Rp 200 Ribu

Oknum ASN Lampung Timur Kena OTT, Polda Lampung Masih Periksa 4 Tersangka

"Pak Mardiono sudah ikhlas tadi mengakui kekeliruannya. Jadi warga di sini akan selalu menerima beliau berada di tengah-tengah kami," kata seorang warga yang enggan disebut namanya.

Menurut warga, pribadi Mardiono juga terbilang tertutup.

Ia lebih banyak melakukan aktivitasnya di dalam rumah.

Warga juga berterima kasih kepada Forkopimcam Punggur yang tak henti-hentinya melakukan tindakan persuasif dan melakukan penyuluhan sehingga penganut aliran sesat itu dapat disadarkan.

Kepala Kampung Totokaton Subagio mengatakan, tidak ada warganya yang menjadi pengikut aliran kepercayaan Kerukunan Keluarga Asma Allah (Kekalah).

Menurut Subagio, dari puluhan pengikut yang hadir di rumah Ketua Kekalah Mardiono, tidak ada yang berasal dari Kampung Totokaton.

"Justru tidak ada warga sini yang ikut ritual Kekalah di rumah Mardiono. Setiap malam-malam tertentu ada beberapa orang yang memang selalu datang ke rumah Mardiono untuk menjalankan ritual," jelas Subagio, Rabu (8/7/2020).

Aliran kepercayaan Kerukunan Keluarga Asma Allah (Kekalah) di Punggur menggunakan media makam kosong untuk melakukan ritual.

Tidak tanggung-tanggung, ada sebanyak 23 makam tanpa jenazah yang ditemukan aparat di Kampung Totokaton, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah.

Dengan disaksikan unsur Forkopimcam Punggur dan warga, akhirnya 23 makam tersebut dibongkar.

Kepala Polsek Punggur Iptu Amsar menerangkan, pembongkaran makam tersebut merupakan keinginan Mardiono selaku mantan ketua Kekalah.

"Selama ini kami lakukan pedekatan secara persuasif dengan melibatkan unsur Forkopimcam memberikan penyuluhan. Akhirnya hari ini makan di dalam rumah (Mardiono) dapat dibongkar," katanya, mewakili Kapolres AKBP Popon Ardianto Sunggoro, Rabu (8/7/2020).

Kapolsek menambahkan, makam-makam tersebut bukanlah makam sungguhan.

Makam yang berada di dalam rumah itu hanya sebagai sarana ritual aliran Kekalah.

"Sebanyak 23 makam tanpa jenazah bertuliskan nama-nama orang di batu nisannya, seperti Raden Brojonegoro V, Dewi Kencono Wungu, Ki Ageng Dwi Laksono, Syekh Betoro Katong, Ki Ageng Kiwih, Ki Ageng Atmo Sumintro, dan lain sebagainya," ujar Iptu Amsar.

Ritual di Makam Kosong

Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Punggur Haryanto menyebutkan, aliran kepercayaan Kerukunan Keluarga Asma Allah (Kekalah) selama ini dianggap telah menyimpang dari ajaran Islam.

Selain keluar dari koridor agama Islam, keberadaan penganut aliran Kekalah di Kampung Totokaton juga dianggap meresahkan warga.

"Semua ini melalui proses (diskusi) yang panjang, sampai akhirnya Pak Mardiono mengakui kekhilafannya selama ini. Beliau juga tadi minta supaya dibimbing mengucapakan kalimat syahadat," kata Haryanto didampingi camat Punggur dan unsur Forkopimcam setempat, Rabu (8/7/2020).

Ia melanjutkan, ritual aliran Kekalah selama ini melakukan ritual-ritual hampir setiap malam dengan mediasi kuburan yang ada di dalam rumah Mardiono.

Haryanto mengimbau masyarakat untuk tetap mengedepankan praduga tidak bersalah serta menyerahkan proses hukumnya kepada pihak berwenang.

Baca Syahadat 

Penganut aliran kepercayaan Kerukunan Keluarga Asma Allah (Kekalah) di Kecamatan Punggur akhirnya mengakui kekeliruannya.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Kekalah Mardiono kepada perwakilan MUI Kecamatan Punggur dan unsur Forkopimcam setempat dengan mengucapkan kalimat syahadat.

"Saya meminta maaf kepada warga sekitar (Kampung Totokaton, Kecamatan Punggur) bahwa kegiatan yang selama ini saya jalani salah dan saya akan kembali ke jalan Allah SWT," kata Mardiono, Rabu (8/7/2020).

Mardiono mengatakan, tidak ada unsur paksaan atas tindakannya dengan meminta kembali dibimbing mengucapakan kalimat syahadat.

Menurutnya, hal itu merupakan hasil diskusi panjang dirinya dengan para tokoh agama dan unsur Forkopimcam di Kecamatan Punggur.

"Saya mengakui kalau saya keliru menjalani ritual selama ini. Selain itu, kegiatan tersebut juga memang mengganggu warga sekitar tempat saya tinggal," jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Mardiono juga mempersilakan kepada para ulama, masyarakat, dan Forkopimcam untuk membongkar makam-makam kosong yang ada di dalam kediamannya sebagai salah satu sarana ritual aliran Kekalah selama ini. (Tribunlampung.co.id/Syamsir Alam) 

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved