Tribun Bandar Lampung

Cerita Dosen di Lampung Budidayakan Ikan Lewat Budidamber, Bisa Panen Ikan Sekaligus Sayur

Ia mengatakan mengawali budidaya ikan dalam ember ini sejak tahun 2015 silam, kemudian ia lanjutkan dengan penelitian.

Penulis: Muhammad Hardiansyah Kusuma | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Hardi
Juli Nursandi dan Istri Musdalifah di lokasi Budidamber miliknya. Cerita Dosen di Lampung Budidayakan Ikan Lewat Budidamber, Bisa Panen Ikan Sekaligus Sayur 

Laporan Reporter Tribun Lampung Muhammad Hardiansyah Kusuma

TRIBUN LAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Inovasi baru dilakukan oleh Juli Nursandi seorang dosen Budidaya Perikanan di Politeknik Negeri Lampung membudidayakan ikan melalui media ember (Budidamber).

Ia mengatakan mengawali budidaya ikan dalam ember ini sejak tahun 2015 silam, kemudian ia lanjutkan dengan penelitian.

Awalnya ia mengaku ingin menyaingi tabulampot (Tanaman Buah Dalam Pot), karena ia melihat walaupun kecil memiliki kelebihan.

"Bisa diletakkan di teras, di rooftop atap atau bisa diangkat-angkat. Nah kayaknya kalo di perikanan ada bagus juga pikir saya. Untuk itu kita buat apalah medianya yang ada dari Aceh sampai Papua, untuk itu pilihannya jatohnya ke ember," ungkapnya kepada Tribunlampung.co.id saat dijumpai di kediamannya, Jumat (10/7/2020).

Lanjutnya, secara teknologi ember ini jika memelihara ikan lele satu liter dapat menghidupi satu ekor ikan lele.

Jadi jika ember yang ia gunakan penuhnya 80 liter diisi hanya 60 liter air, maka kurang lebih bisa 60 ekor ikan lele yang dihasilkan.

Kisah Pilu Gadis Lampung Timur, Diperkosa Paman dan Relawan lalu Dijual ke ASN

Warga Natar Positif Corona, Lampung Selatan Bertambah 21 OTG

Kapal Berisi Jenazah ABK asal Lampung Sempat Singgah ke Singapura

Begal Berpistol Rampas Honda Vario, Korban: Itu Motor Pinjaman

"Tetapi karena memang masa panennya dua setengah bulan sampai tiga bulan, kalo benihnya sebesar kelingking lima sampai tujuh centimeter itu dua sampai tiga bulan, ada yang loncat ada yang dimakan kucing untuk itu sampai 100 pun tidak apa-apa satu ember itu," jelasnya.

Awalnya juga, lanjutnya diatas ember-ember ikan miliknya hanya menanam kangkung.

Jadi dengan media kecil atau portabel dapat dipindah-pindah.

"Kita bisa panen ikan bisa panen sayuran juga, ini kategorinya aquaponik yaitu pemeliharaan ikan dan pemeliharaan sayuran tanpa tanah," jelasnya.

Lanjutnya aquaponik ini jika di luar negeri atau Indonesia yang lain harus menggunakan filter, pompa, dan banyak alat-alat lainnya.

Pakai listrik untuk itu ia mencari cara membuat itu untuk jadi sesimpel mungkin.

Sehingga mudah untuk diterapkan dari Aceh hingga Papua, ingin menggunakan listrik atau tidak.

Dari kota sampai ke desa dari gunung sampai ke laut.

"Harus tangguh mangkanya desain kita se simpel mungkin. Jadi ini kita sudah bawa ke tengah laut juga, ke keramba jaring apung nadahin air hujan di tengah laut dimasukkan ikan lele ditanam dengan kangkung tetap bisa hidup," ungkap ayah tiga anak ini.

Awalnya memang kangkung lanjut dia tetapi untuk saat ini seperti yang terpantau oleh Tribunlampung.co.id saat di lokasi, sudah tampak sayuran seperti sawi, seledri yang tanam pada atas-atas ember ikan miliknya tersebut.

Sementara ini ikan-ikan yang terisi di dalam Budidamber miliknya tersebut seperti ikan betok, kemudian lele, patin, gurame, gabus, dan ikan sepat.

Enam ikan tersebut yang ia rekomendasikan.

Awalnya pada percobaan ia mengaku hanya empat ember.

Sementara untuk saat ini kurang lebih sudah 24 ember yang ia gunakan untuk budidaya ini.

"Karena ada Covid-19, rame webinar jadi ini hanya untuk kepentingan webinar," kata dia. Ia mengatakan jika ikan lele memang pertumbuhannya cepat, ketika kita memasukkan benih ukuran lima sampai tujuh centimeter panennya dua sampai dua setengah bulan.

Walaupun dalam waktu satu setengah bulan sudah ada yang besar dan layak goreng.

Tetapi untuk sampai total dua setengah sampai tiga bulan.

Jadi waktu panen tergantung besar benih yang digunakan.

Kemudian setelah penelitian pembesaran ikan dari kecil orang complain lagi karena terlalu lama menunggu waktu setengah bulan untuk makan ikan.

Untuk itu ia mencoba penelitian kedua dengan membeli dari pasar yang sudah layak goreng.

Kemudian disimpan kembali di dalam ember, fungsinya sebagai kulkas hidup.

Karena biasa menyimpan ikan di dalam kulkas.

Untuk teman-teman yang ada di desa atau di pulau yang kesulitan listrik.

"Nyimpen ikannya dimana, ya di ember dalam keadaan segar," tambah Juli.

Modal awal yang butuhkan untuk satu ember kurang lebih 120 ribu sampai 150 ribu.

Hal tersebut sudah termasuk bibit, ember, arang dan cup gelas, kemudian pakan ikan sampai panen.

Dalam satu ember yang menampung air sebanyak 60 liter, ia mengatakan dapat menghasilkan ikan tiga sampai dengan enam kilogram.

Tergantung sudah biasa memelihara ikan atau belum, jika pemula biasanya sisanya hanya 40 sampai 50 persen dari bibit.

Tetapi untuk orang yang sudah biasa memelihara ikan bisa 90 persen ikan yang hidup.

Selama proses ini ia mengaku tidak mengalami hambatan, kemudian lanjut dia pemilihan bibit ikan juga harus diperhatikan.

Memberi makan ikan juga tidak berlebihan karena sisa makanan dapat merusak kualitas air dan beracun.

"Contohnya ikan menggantung di permukaan kepalanya diatas dan ekor dibawah itu tandanya dibawah banyak kotoran," tambahnya.

Untuk budidaya ikan dalam ember ini ia mengatakan dapat juga menggunakan air PDAM akan tetapi kaporitnya harus dibuang terlebih dahulu.

"Tarok di ember dimakan selama enam sampai tujuh hari baru dimasukkan ikan. Air hujan pun bisa endapin dua hari baru dimasukkan ikan, air sumur apalagi," pungkasnya.

Sementara sang istri Musdalifah mengaku mendukung apa yang dilakukan oleh suaminya.

Ia juga ikut serta dalam pembuatan dan proses Budidamber yang dilakukan suaminya.

"Sebagai istri saya sangat mendukung apa yang dilakukan oleh suami, karena sangat bermanfaat. Kalo bapak lagi di kampus siang saya yang kasih makan, yang urus karena juga selama pandemi Covid-19 ini nggak ada kegiatan. Karena dagangan juga lagi ditutup,"pungkasnya.
(Tribunlampung.co.id/Muhammad Hardiansyah Kusuma)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved