Orangtua dan Kakaknya Meninggal Beruntun Akibat Covid-19, Dea: Aku Ikhlas Allah Menganggap Aku Kuat
"Ini kayak mimpi buruk banget buatku. Allah kasih ujian enggak putus-putus, dari awal tahun ujianku sendiri, rumah tanggaku, kemudian orang yang aku s
Padahal, kata Dea, permintaan surat keterangan itu diwakili oleh keluarganya, namun tetap ditolak.
"Stigma negatif di masyarakat itu masih melekat bagi kami para keluarga korban Covid-19, dan aku sendiri pernah ada di posisi itu (terjangkit Covid-19)," ujar Dea.
Virus Corona Tak Bisa Dianggap Remeh
Dea merasakan betul bagaimana virus corona menginfeksi tubuhnya.
Saat terinfeksi Covid-19 itu, Dea mengalami demam tinggi dan sesak nafas. Bahkan, indra penciuman dan pengecapannya sempat hilang atau tak berfungsi.
Apalagi, virus corona secara berturut-turut juga telah merenggut nyawa ayah, ibu, dan kakaknya.
Dea sendiri merasa heran karena masih ada masyarakat yang tidak peduli, tidak percaya, bersikap masa bodoh, dan cenderung menganggap enteng virus corona.
Padahal, kata Dea, sudah ada banyak bukti dan contoh kasus tentang orang-orang yang terinfeksi dan meninggal karena Covid-19, salah satunya adalah keluarga Dea sendiri.
Namun, Dea mengakui masih banyak masyarakat yang menganggap Covid-19 ini hanyalah sebuah rekayasa dan sekadar ilusi untuk menakut-nakuti orang.
"Jadi orang-orang kayak gini, dijelasin bagaimana pun kalau mindset-nya enggak percaya atau bahkan masa bodoh, enggak bakal masuk," kata Dea.
"Karena mereka belum merasakan sendiri bagaimana rasanya kehilangan keluarga, orang-orang terdekat. Coba mereka merasakan kayak gitu, pasti bakal percaya bahwa Covid-19 itu ada," tutur Dea.
Menurut Dea, setiap orang berhak memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang Covid-19.
Dia juga tak mau menyalahkan sebagian masyarakat yang mengklaim bahwa virus corona adalah konspirasi.
Namun, Dea berharap, masyarakat yang menganggap remeh virus corona ini tak seharusnya bersikap abai, apalagi sampai membahayakan orang lain dengan tidak mematuhi protokol kesehatan.
"Bisa jadi mereka (yang menganggap remeh Covid-19) memang kebal, karena merasa masih muda. Tapi kan belum tentu orang-orang disekelilingnya," ujar Dea.